Kata Pengantar
“Informasi yang sedikit adalah
awal dari pencarian:".
Dengan prinsip inilah tulisan ini disusun. Karena tidak mungkin selama ratusan tahun atau ribuan tahun nenek moyang kita tidak pernah memberikan jejak yang berarti dalam sejarah.
Kajian sejarah secara umum yang sangat menekankan tentang bukti sejarah. Untuk membuktikan sejarah, sejarah itupun perlu dicari perlu diselidiki, perlu diteliti sedemikian rupa sehingga akan didapat bukti sejarah yang akurat. Jika bukti tidak pernah dicari atau diteliti maka bukti sejarah itu tidak akan didapat.
Dengan prinsip inilah tulisan ini disusun. Karena tidak mungkin selama ratusan tahun atau ribuan tahun nenek moyang kita tidak pernah memberikan jejak yang berarti dalam sejarah.
Kajian sejarah secara umum yang sangat menekankan tentang bukti sejarah. Untuk membuktikan sejarah, sejarah itupun perlu dicari perlu diselidiki, perlu diteliti sedemikian rupa sehingga akan didapat bukti sejarah yang akurat. Jika bukti tidak pernah dicari atau diteliti maka bukti sejarah itu tidak akan didapat.
Para guru sejarah kita kebanyakan
adalah sejarawan statis, yang hanya menerima bukti sejarah dari peneliti
peneliti asing, , yang memang telah begitu berjasa dalam berbagai penelitian.
Sehingga kita terjebak pada anggapan-anggapan yang kaku tentang sejarah,
sehingga informasi sejarah seolah terkubur seiring dengan anggapan bahwa penelitian
sejarah sudah dibakukan, seperti angggapan umum masyarakat kita,
Untuk mendapatkan bukti sejarah,
berarti sejarah itu harus dicari, kemudian diselidiki dan juga diteliti sehingga
kemudian didapatkan bukti. Suatu misal dalam sejarah bahwa sungai citarum
merupakan sungai peradaban di tanah sunda. Harusnya ada penelitian aliran
sungai citarum ini dari berbagai zaman. Dan Sekarang bukti sejarah membuktikan
itu. Dengan ditemukan komplek percandian di batu jaya dan di cibuaya
membuktikan hal itu. Itupun bukan hasil dari penelitian tetapi merupakan hasil
dari kebetulan sejarah. Bukti bukti sejarah kebetulan didapat karena ada
informasi dari para petani tentang gundukan bangunan di sekitar sawahnya. Nah
disinilah kelemahan kita, bahwa semua bukti sejarah merupakan bukti kebetulan,
bukan dari upaya pencarian. Dengan logika yang sangat sederhana, karena sangat
tidak mungkin hidup ribuan tahun nenek moyang tidak pernah memberikan jejak
sejarah sedikitpun
Dengan demikian merupakan tanggung
jawab generasi sekarang untuk memulai menelitii sejarah kebudayaan kita, atau
minimal mengumpulkan seluruh data data yang mungkin akan dijadikan awal dari
penelitian sejarah ke depan.
Kesadaran akan sejarah harusnya
mulai dibangkitkan kembali, karena suatu bangsa tanpa mengetehui sejarah masa
lampaunya, hanya akan menjadi bangsa yang mengambang dan bangsa yang gampang
hancur. Karena bagaimanapun pengalaman sebagai bangsa yang hebat akan
menjadikan masa depan sebagai bangsa yang hebat juga.
I. HAL HAL MENGENAI SEJARAH SUNDA TEMPO DULU
1. Referensi Sejarah Yang sedikit
Jika kia mau mengkaji sejarah,
kita akan tahu bahwa sumber utama dalam pengkajian sejarah kita adalah sumber
referensi sejarah yang sangat sedikit, baik sumber referensi utama atau primer
maupun sekunder, yang diteliti oleh para ahli sejarah. Keengganan ahli sejarah dalam menulis buku buku tentang
sejarah dari bangsa ini, dapat dibuktikan begitu minimnya sumber refernsi yang
berupa buku hasil dari tulisan para ahli yang sangat minim. Kebanyakan dari
para pengajar sejarah tidak lebih dari ahli cerita lisan yang mengulang cerita
dari hari ke hari dan hanya sedikit yang mengungkapkan dalam tulisan. Dan jika
menulispun seolah menulis apa yang teleh ditulis oleh ahli sejarah sebelumnya
Dari minimnya hasil karya, Ahli sejarah kita seolah bukan ahli dalam meneliti, tetapi lebih
cenderung hanya menceritakan kisah kisah buku yang sudah baku yang ditulis
sebelumnya. Di negeri ini hanya sedikit ahli sejarah yang mau meneliti, mau
menyelidiki dengan susah payah. Bangsa ini memang terlalu prgamatis, sehingga
segala sesuatu harus ada hasilnya dalam waktu sekejap atau dapat dirasakan
searang juga. Buktinya hanya sedikit hasil karya tulisan dari para ahli
sejarah. Dan hanya sedikit yang menulis sejarah.
Kita harus acungi jempol pada
ahli ahli sejarah sunda awal, semisal: Atja dan lainnya, yang meninggalkan
jejak awal pengkajian sejarah sunda yang begitu komprehensif. Meskipun belum
final, tetapi harusnya memberikan modal awal dalam pencarian dan pengkajian
sejarah yang lebih universal. Karena dasar dasar seperti penerjemahan dan
tafsirnya telah dimulai olehmereka, sehingga generasi berikutnya menyeldiki
meneliti dan mencari lagi kemungkinan-kemungkinan bukti sejarah bisa di dapat
dan diteliti.
Selain mereka, seolah ahli
sejarah hanya terjebak pada pada pengulangan pengulangan sejarah yang ditulis
oleh ahli sejarah sebelumnya, yang didasarkan berdasar keinginan dari para
penguasa Sehingga kajian sejarah menjadi kajian sejarah statis, yang mengulang
dari generasi ke generasi, tergantung pada guru sejarah yang mengajarkan
2. Naskah Carita parahiyangan yang Belum dikenal Mayoritas Masyarakat Sunda
Paman saya seorang pemerhati
sejarah kebudayaan asal sumedang, juga teman ketika di SMA dan menjadi pengajar
ilmu sejarah di SMP, demikian juga guru guru sejarah lainnya yang dulu menjadi
pengajar saya. Dan mungkin sya sendiri jika tidak mencari sendiri bahan bacaan
atau data diinternet, mungkin hampir sama dengan mereka, menjadi orang yang
tidak tahu tentang sejarah nenek moyangya,
Dari semua itu
banyak sekali yang tidak mengetahui tentang Naskah Carita Parahiyangan,
ataupun naskah naskah primer sejarah sunda lainnya seperti Naskah Bujangga
Manik. Bagi mereka sumber sumber ini dianggap sebagai dongeng yang ditulis
dengan cerita diulang ulang. Padahal Naskah naskah tersebut ditulis pada abad
ke-16 M dan juga abad ke-15 M.
Naskah Carita Paahiyangan
harusnya dikaji oleh para pemerhati sejarah dan menjadi awal dari pencarian
yang lebih serius. Karena naskah ini merupakan naskah sejarah yang tersisa yang
ada hingga kini.
Kebiasaan kita yang selalu
mengekor dalam berbagai hal harus kita akhiri. Untuk membangun sejarah ke depan
setidaknya harus membuat fondasi yang kuat sekarang ini dan belajar dari
sejarah masa lampau.
Dalam mengkaji sejarah biasanya
kita tidak pernah mengkaji dari sumber yang pertama, kita tidak pernah membaca
naskah sejarah yang pertama. Sehinngga sejarah di negeri ini tidak terlepas
dari sejarah kata si ini dan si anu.
Jadi sejarah kita lebih banyak berupa sejatrah kata kata yang penuh
rekayasa, sehingga tidak pernah bisa membedakan antara sejarah dan dongeng, dan
antara sejarah dan sejarah rekayasa yang tidak jauh dari kata dongeng itu
sendiri.
2. Naskah Bujangga manik, Referensi Sejarah Penting Di Pulau Jawa
Sekarang ini dalam mengungka sejarah masa
lampau, atau sejarah di abad ke 15 M,
yntuk mengetahui kehidupan di tanah jawa diabad itu Naskah Bujangga Manik,
telah dijadikan sumber pengkajian.
Karena naskah ini memberikan berita yang sangat penting dalam keh
(lanjut)
(lanjut)
3. Mengkaji Aliran Sungai Citarum
Sungai citarum adalah sungai
peradaban di tataran sunda. Harusnya kita mulai menyelidiki tentang aliran
sungai citarum dari masa ke masa. Karena dengan meneliti aliran sungai ini,
kemungkinan besar akan didapat sisa sisa peradaban sunda.
Kebanyakan dari bukti sejarah
dalam sejarah peradaban sunda karena kebetulan, bukan karena penelitian.
Harusnya ada ahli sungai citarum di tataran sunda. Karena sungai ini merupakan
sungai peradaban dari dulu hingga kini. Sekarang saja sungai citarum telah
menjadi sungai peradaban, karena di sepanjang sungai ini telah dibangun sumber
energi listrik yang sangat besar, yang membuat urat nadi kehidupan bangsa ini
bisa bergerak dan mengalir dengan begitu lancar.
Disamping Sumber energi listrik
terbesar berasal dari aliran sungai ini. Sungai ini juga merupakan sumber air
minum. Tidak bisa dibayangkan jika terjadi sesatu dengan aliran sungai ini,
negeri ini terutama di pulau jawa akan gelap gulita dan akan kekurangan sumber
air minum, atau setidaknya bangsa ini akan kembali ke bangsa terbelakang. Atau
sumber dana yang dibutuhkan oleh bangsa ini untuk mensuplay energi listrik akan
begitu besar, bahkan mungkin akan menguras sumber APBN negeri ini, terutama
wilayah ibukota Jakarta dan sekitarnya. Ketidakpedulian terhadap aliran sungai
ini akan mengakibatkan kerugian yang amat besar bagi bangsa ini, karena begitu
besar peranannya baik pada peradaban tempo dulu apalagi sekarang.
Kembali lagi ke pengkajian
sejarah sungai citarum ini, sangat penting untuk diungkap. Karena sungai ini
menjadi sungai peradaban terutama di zaman tempo dulu. Kerajaan Taruma Negara di abad ke -5 M
menunjukan hal tersebut. Bukti bukti sejarah menunjukan hal tersebut. Dan
sungai ini memegang peraan yang begitu besar dalam urat nadi kehidupan tiap
zaman.
Setidaknya, kemungkinan besar
akan didapat sisa sisa peradaban nenek moyang uran sunda di aliran sungai
ini. Suatu misal dengan iemukannya
komplek percandian di Cibuaya dan di karawang
menunjukan hal tersebut.
Bukti sejarah di aliran sungai
citarum bukan akibat dari hasil penelitian, tetapi lebih cenderung kepada hasil
kebetulan. Karena ada laporan dari para petani di lokasinya yang menemukan
gundukan berupa batu bata yang tertata rapi.
4, Mengkaji Alran Sungai Ciliwung & Sungai Cipakancilan
Dalam tulisan Bujangga manik
sungai cipakancilan dan sungai ciliwung banyak sekali disebut. Setidaknya di
sekitar hulu sungai ciliwung dan sungai cipakancilan inilah letak ibukota
kerajaan Sunda terdapat.
Dalam kisah perjalanannya baik
yang pertama maupun yang kedua, telah begitu banyak menginformasikan tentang
letak ibukota kerajaan Sunda. Bujangga Manik dalam perjalanannya ke arah timur
Jawa dan bali menceritakan dengan jelas tentang lokasi ibukota ini. Ia pergi
dari rumahnya, alunn alun besar dan istana dengan jelas diceritakan. Dan jalan
yang dilalui dan juga tempat tempat yang dilalui juga menunjukan hal tersebut.
Penulis tidak pernah membaca dan
mengetahui, apakah sudah ada yang melakukan penelitian terhadap lokasi ibukot
berdasar dari tulisan Bujangga Manik ini.
(lanjut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar