Jika bulan Mei dijadikan sebagai medal hariang, maka berarti medal hariang terjadi pada bulan mei tahun 2014 dikurangi 349 tahun, berarti jatuh pada bulan Mei tahun 1665 M. Dimana kekuasaan Sumedang waktu itu di perintah oleh Pangeran Rangga Gempol 3 atau terkenal juga dengan nama Pangeran Panembahan, yang berkuasa di tanah sumedang dari tahun 1656 hingga tahun 1706 M.
A.
Peralihan dari Kerajaan Sumedang Larang ke Pengaruh Mataram
Seperti
diketahui bahwa setelah meninggalnya Prabu Geusan Ulun pada tahun 1603 M, yang
merupakan raja terbesar Sumedang Larang, yang mewarisi tahta sunda bekas
kekuasaan seluruh tanah Pajajaran yang tidak dikuasai oleh banten dan Cirebon.
Kemudian digantikan oleh Raden
Suriadiwangsa I yang dikenal juga dengan nama Rangga Gempol I.
Ia berkuasa dari tahun 1608 hingga 1625 Masehi.
Pada tahun 1595 M, Panembahan Senopati dari
Mataram, yang berkuasa dari tahun 1586
hingga 1601 M,
mencoba memperluas wilayah
kekuasaanya ke wilayah barat sehingga
berhasil menaklukan Cirebon beserta bawahannya, meskipun kesultanan Cirebon
dibiarkan berkuasa. Sumedang Larang waktu itu dikuasai oleh
Prabu geusan Ulun, masih merupakan saingan dari kerajaan Mataram. Untuk mempererat hubungan
Mataram–Cirebon, Senopati menikahkan
salah seorang keluarganya yang bernama
Ratu Harisbaya dengan penguasa Cirebon waktu itu, Panembahan Ratu (mp. 1570-1649
M). Tetapi kemudian Ratu Harisbaya melarikan diri dan ikut dengan Prabu Geusan Ulun dari
Sumedang Larang, yang menjadikan koplik antara Cirebon-Sumedang.
Dalam konflik yang ditengahi oleh
Mataram, disepakati bahwa Harisbaya tetap menjadi istri Prabu Geusan Ulun,
dengan syarat memberikan wilayah Majalengka dari kadipaten ke timur diserahkan
ke Cirebon. Maka saat itulah wilayah Majalengka menjadi wilayah Cirebon.
Dan setelah Prabu Geusan Ulun meninggal
pada tahun 1603 M, ia kemudian digantikan oleh anak tirinya dari Harisbaya,
yang bernama Rangga Gempol 1. Karena disisi utara ke timur terdesak oleh Cirebon,
sedang disebelah barat dan utara mendapat pengaruh kuat dari Banten, dan karena
kedekatan kekerabatan dengan Harisbaya, maka Rangga Gempol 1 kemudian mengaku
kedaulatan Mataram, sehingga bentuk kerajaan berubah menjadi bawahan Mataram.
Suatu kesalahan besar dari rangga Gempol 1, karena dengan mengabdi ke Mataram,
ia harus menuruti perintah Raja Mataram untuk memimpin dan mengirim pasukan
Sumedang untuk menaklukan Madura. Karena sang penguasa dan pasukannya ke
Madura, maka kekuasaan jatuh ke adiknya yang bernama Rangga Gede. Karena
dianggap akan memberontak ke Mataram dengan bekerja sama dengan Banten, maka
Rangga gede kemudian ditahan di Mataram. Kekuasaan Sumedang jatuh ke adik ipar
dari Rangga Gede yang bernama Adipati Ukur.
B. Setelah Pemberontakan Adipati Ukur
Dipati Ukur
atau lengkapnya Dipati Ukur Wangsanata, merupakan
penguasa wilayah ukur (daerah bandung sekarang), dibawah kekuasaan Sumedang Larang.
Ia menikah dengan putri dari Prabu Geusan Ulun, yang terkenal dengan nama Nyi
Mas Dipati Ukur.
Setelah Pangeran Ranggagede dipenjara oleh
kerajaan Mataram, karena dianggap ain
mata dengan banten untuk memberontak
terhadap mataram maka jabatan
bupati wedana priangan diberikan kepadanya.
Ketika
dipati ukur menjadi bupati wedana, pada
tahun 1628 /1629 M, ia mendapat perintah dari Sultan Agung untuk menyerang
Batavia (Jakarta sekarang), yang waktu itu dikuasai Belanda, bersama-sama
pasukan Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso.
Karena kekalahannya dalam membantu
mataram melawan Belanda di Batavia (jakarta). Dari 4000 pasukan yang dibawa
menyisakan sekitar 400 pasukan yang tersisa, maka sang dipati Ukur pun berkata:
“Cadu ngawula ka jawa”, dan setelah itu Adipati Ukur pun kemudian memberontak
terhadap Mataram.
Adipati
Ukur membawa 9 umbul (pimpinan daerah) dalam penyerangan ke Batavia tersebut. Dari ke-9 umbul tersebut, 3 umbul
kemudian menghianatinya dan menjadi antek-antek mataram, yaitu Umbul Sukakerta
Ki Wirawangsa, Umbul Cihurbeuti Ki Astamanggala, dan umbul Sindangkasih, Ki
Somahita. yang menyebabkan adipati Ukur di
eksekusi di Mataram.
Setelah gerakan pembebasan (pemberontakan
versi mataram) dipati Ukur dianggap berakhir, Sultan Agung (dari mataram)
menyerahkan kembali jabatan bupati wedana
priangan kepada Pangeran Dipati
Rangga Gede yang telah bebas dari hukumannya. Tetapi Rangga Gede Hanya berkuasa sebentar
hingga meninggal pada tahun 1633 M, yang kemudian diganti oleh Pangeran rangga Gempol II , yang berkuasa dari tahun 1633
hingga tahun 1656 M.
Setelah rangga Gempol meninggal kemudian digantikan oleh Rangga Gempol 3 atau Pangeran Panembahan yang berkuasa dari tahun 1656
hingga 1706 M)
Selain itu karena ketakutan mataram terhadap
pemberontakan,, maka dilakukan
reorganisasi pemerintahan
Sumedang Larang yang kala itu telah diganti menjadi priangan. Daerah priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi
3 kabupaten, yaitu kabupaten Bandung, Kabupaten Parakan Muncang dan kabupaten
Sukapura, dengan cara mengangkat 3 kepala daerah dari priangan
yang dianggap telah berjasa menumpas
gerakan pembebasan (pemberontakan versi Mataram) dipati ukur. Ketiga orang
tersebut, adalah:
- Ki Astamanggala, Umbul Cihaurbeuti diangkat menjadi mantri Agung (bupati) Bandung dengan gelar Tumenggung Wirangun angun.
- Tanubaya sebagai bupati Parakan Muncang
- Ngabehi Wirawangsa menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha.
C. Kekuasaan Tanah Sunda di sekiar tahun 1665 M.
Setelah membaca sejarah tersebut diatas sangat jelaslah bahwa Hariang yang
berdiri tahun 1665 M, kekuasaan Sumedang berada di tangan Bupati Wedana Rangga Gempol 3 atau Pangeran Panembahan yang berkuasa dari tahun 1656
hingga 1706 M),
yang meruapakan putra dari Rangga gempol II, yang meninggal pada tahun 1656 M.
Rangga Gempol III / Paangeran paembahan dikenal sebagai bupati wedana yang
cerdas, lincah dan gagah berani.
Pada
masa pemerintahan Pangeran Panembahan ini, merupakan masa transisi, dengan
berakhirnya pengaruh Mataram dan mulai masuknya pengaruh VOC di Sumedang, Pangeran
Panembahan memanfaatkan kecerdikannya untuk menjadikan sumedang menguaai
kembali wilayah wilayah seperti yang dikuasai oleh Prabu Geusan Ulun. Ia kemudian mendapat hak penuh terhadap
wilayah antara sungai cipunagara dengan sungai ci tarum, sehingga bandung,
parakan muncang, sukapura, karawang dan juga Idramayu dapat dipersatukan
kembali dibawah pimpinan Rangga Gempol III.
Di Bandung yang menjadi bupati waktu
itu adalah Ki Astamanggala, yang
bergelar Tumenggung
Wirangun angun. Yang berkuasa dari tahun 1632 s/d 1681
m.. Sedang di Sukapura di kuasai oleh Raden
Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha 1, dipanggil Dalem
Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwi Loa Sukaraja (1641-1674).
Jadi sangat jelas bahwa Hariang berdiri tahun 1665 m ketika Sumedang dipimpin oleh Pangeran Panembahan atau pangeran Rangga Gempol 3. Dan tidak jauh beda dengan berdirinya kabupaten Bandung yang didirikan tahun 1632, atau sukapura (tasikmalaya), di tahun-tahun itu juga.
(By Adeng Lukmantara dari berbagai sumber)