Pengantar
Setelah
membaca buku tentang sejarah hariang, yang berjudul “Sejarah desa Hariang,
kabupaten Sumedang”, yang disusun oleh E. Sona, seorang kepala desa atau kuwu
yang memerintah dari tahun 1949 hingga 1969 M, dan disusun kembali oleh Atnawi,
seorang matan juru tulis dalam bahasa Sunda. Sungguh sangat terpesona, ternyata
nenek moyang urang Hariang telah meninggalkan karya intelektual yang sangat
berharga bagi generasi berikutnya.
Buku
ini termasuk luar biasa yang disusun di suatu desa, dan mungkin termasuk jarang
dilakukan oleh masyarakat kita. Karena itu buku ini sangat bermamfaat terutama
telah memberikan kepada kita informasi sejarah nenek moyang di Hariang, dan
juga mungkin daerah sekitarnya, karena ada hubungan sejarah, seperti: Paneresan,
Surian, Cigobang, Ci Loa, Cibalandong dan lain sebagainya.
Terlepas
dari berbagai kekurangan, buku ini sangat bermamfaat dalam mengkaji silsilah
keturunan hariang. Dan mulai hari ini kami akan mencoba membuat ringakasan Sejarah Desa hariang ini sedikit demi sedikit dalam bahasa indonesia,.
Buku yang disusun oleh Bpk. E. Sona dan Bpk. Atnawi ini seharusnya orang hariang membaca buku ini, supaya rasa hormat kita terhadap karuhun atau nenek moyang kita akan begitu besar.
I. PENDAHULUAN
Sejarah
hariang dalam buku “Sejarah Desa Hariang
Kabupaten Sumedang”, diawali oleh tokoh yang bernama Wangsawijaya, Mbah Guriang,
dan Demang Suria Wacana
1. Wangsa
Wijaya
Wangsa
Wijaya menurut buku ini merupakan anak dari bupati pertama bandung, yang
bernama Tumenggung Wira Angun Angun, atau dalam buku ini disebut dengan Dalem
gajah Agung, yang dikatakan sebagai keturunan dari Galuh. Wangsa Wijaya ini
menikah dengan Nyi Mas bayun, menurut buku silsilah Hariang merupakan putri Dalem Panembahan Sumedang, atau Rangga
gempol III, penguasa Sumedang. Tetapi kalau melihat silsilah turunan bangsawan Sumedang, Nyi Mas Bayun itu merupakan putri dari Rangga Gede, bupati sumedang ke-2, yang merupakan adik dari bupati sumedang ke-3 (rangga gempol 2).
Wangsa Wijaya dan istrinya kemudian tinggal dan mendirikan kampung atau leumbur di Hariang sekarang.
Wangsa Wijaya dan istrinya kemudian tinggal dan mendirikan kampung atau leumbur di Hariang sekarang.
Silsilah Nyi Mas Bayun
Nyi Mas Bayun masih merupakan turunan dari Raja Raja Sumedang. Raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, yaitu Prabu Geusan Ulun memiliki 3 orang istri, yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru, putri Sunan Pada. Yang kedua adalah Ratu Harisbaya, yang berasal dari Pajang Demak, dan yang ketiga adalah Nyi Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut, ia memiliki 20 orang anak.
a. Putra Geusan Ulun
dari Istrinya Nyi Mas Cukang Gedeng Waru
a. Putra Geusan Ulun
dari Istrinya Nyi Mas Cukang Gedeng Waru
- Pangeran rangga Gede, yang merupakan cikal bakal bupati Sumedang.
- Raden Aria Wiraraja 1
- Kiai Kadu Rangga Gede
- Kiai Rangga Patra kalana di Cunduk kayu
- Kiai Aria Rangga Pati di Haur koneng
- Kiai Ngabehi Watang
- Nyi Mas Demang Cipaku
- Nyi Mas Ngabehi Martayuda di Ciawi
- Nyi Mas RanggaWiratama di Cibeureum
- Raden Rangga Nitinagara di Pagaden dan Pamanukan
- Nyi Mas Rangga pamade
- Nyi Mas Dipati Ukur di Bandung
- Pangeran Tumenggung Tegal Kalong
- Kiai Demang Cipaku di dayeuh Luhur
Putra Geusan Ulun dari Istrinya ratu Harisbaya
- Raden Suriadiwangsa, II (Rangga Gempol 1)
Putra Geusan Ulun dari Istrinya Nyi Mas Pasarean.
- Raden Kartajiwa.
- Raden Mangunrana
- Raden Tampangkil
- Nyi raden Sumalintang
- Nyi Raden Nustawiya
b. Putra Pangeran Rangga Gede (mp. 1620-1624), Bupati Sumedang 2
putra Geusan Ulun menjadi bupati sumedang II, yang merupakan cikal bakal bupati Sumedang mempunyai 29 anak
- Dalem Arya Bandayuda
- Dalem Jayuda
- Dalem Wargaita
- Dalem Wanngsasubaya
- Raden Bagus Weruh / Dalem Rangga Gempol II
- Dalem Lurah
- Raden Singamanggala
- Ki Wangsaparamaja
- Ki Wiratama
- Ki Wangsaparaja
- Ki Jasinga
- Ki Wangsasabadra
- Kiai Anggatanu
- Ki Martabaya
- \Nyi Mas Anggadasta
- Nyi Masa nataparana
- Nyi Mas Arya Pawenang
- Nyi Mas Martarana
- Nyi Mas Jagasatru
- Nyi Mas Wargakarti
- Nyi Mas Bayun
- Nyi Mas wangsapatra
- Nyi Mas Warga Komara
- Nyi Mas Yundakala
- Nyi Mas Tuan Sukadana
- Nyi Mas Utama
- Nyi Mas Kawangsa
- Nyi Mas Wirakarti
- Nyi Raden Nalawangsa.
2. Mbah Guriang
Sebelum
kedatangan Wangsa Wijaya dan istrinya ke
Hariang, disini sudah ada penghuninya yang bernama Mbah Guriang, yang membuat
rumah di sekitar Gunung hariang sekarang. Ketika Wagsa Wijaya ke Hariang, Mbah
Guriang ini sudah sepuh, tetapi masih menjalani aktifitas kehidupan biasa.
Menurut buku ini, Mbah Guriang tadinya merupakan salah seorang patih dari
Pajajaran yang meloloskan diri dari kehancuran Pajajaran.
3. Demang Suria Wacana
Demang Suria Wacana atau sekarang terkenal dengan nama Mbah Demang Suria wacana bertempat tinggal di hariang di sekitar yang disebut Haur Koneng sekarang, suatu daerah yang masih masuk wilayah hariang, antara hariang dan Wanajaya. Tidak diketahui asal usulnya, dan ia sendiri tidak mempunyai keturunan. Ia sangat dihormati oleh keluarga Wangsa wijaya, bahkan dianggap saudara dan sepuh (dituakan) sendiri.
Demang Suria Wacana ketika meninggal di era yang berkuasa di hariang adalah putra dari Wangsa Wijaya, yang bernama Taruna Diwangsa. Ia dimakamkan di sekitar daerah haur Koneng sekarang.
Demang Suria Wacana ketika meninggal di era yang berkuasa di hariang adalah putra dari Wangsa Wijaya, yang bernama Taruna Diwangsa. Ia dimakamkan di sekitar daerah haur Koneng sekarang.
II. PERKEMBANGAN
HARIANG
Wangsa
Wijaya merintis hariang dari suatu daerah yang tidak dikenal, hingga membuat sarana yang menjadikan Hariang kemudian dikenal dimana-mana.
1. Membangun
Jalan Lintas Hariang - Kutamaya Sumedang
Jasa
yang paling besar dari Wangsa Wijaya adalah membangun jalan lintas antara
Kutamaya (ibukota Sumedang) dan Hariang. Ia berinisiatif membangun jalan,
meskipun setapak demi setapak, dan kadang kadang dibantu oleh rakyat kota
sumedang, dan akhirnya mendapat perintah dari mertuanya, yang menjadi bupati di
sumedang dalam menyelesaikan jalan lintas hariang sumedang.
Dengan
adanya jalan lintas antara sumedang dan hariang maka semakin ramailah jalan
lalu lintas tersebut, dan hariang mulai ramai dikunjungi. Keberadaan Mbah
Guriang membawa berkah tersendiri, karena banyak tamu terutama para karuhun
atau sesepuh yang sengaja menemui beliau. Diceritakan bahwa yang datang
diantaranya: Buyut dipasantrenan, Dipa manggala, Singa Saraya, Buyut Aring,
Buyut Kerang, Wira jenggala, Raden gadung, Raden Gadung, Buyut Malandong, Buyut
Enden, Layung Kamendung dan lainnya.
Jadi
keberadaan Mbah Guriang menjadi daya tarik tersendiri, karena banyak dikunjungi
oleh kaum karuhun / sesepuh, maka makin banyaklah orang yang berkunjung dari
berbagai daerah untuk menemui mbah Guriang. Karena itu Mbah Guriang dan Mbah
SuriaWacana membangun tempat untuk menerima tamu, untuk mengobrol dan juga
silaturahmi (anjang sono) yang
ditempatkan di suatu bukit kecil, yang dinamai Gunung Harendong. Nama
gunung harendong ini diambil dari kata banyaknya tamu yang berkunjung, yang
awalnya hanya sebentar tetapi kemudian banyak yang menginap, dalam bahasa sunda
kata menginap itu adalah “ngendong”dan ketika banyak orang yang menginap
menjadi kata “Ngararendong”, dari kata inilah kemudian menjadi nama Gunung
Harendong.
Dari
hari ke hari, dari bulan ketemu bulan, dan dari tahun ke tahun, hariang terus
berkembang dan terkenal seiring dengan keberadaan ketiga orang tersebut: Mbah
Guriang, Suria Wacana dan Wangsa Wijaya.
2.Pengaruh
Wangsa Wijaya di Sumedang
Keberhasilan
Wangsa Wijaya membangun kampung / lembur hariang, dan membuat jalan lintas
Hariang – Kutamaya Sumedang, membuat Wangsa Wijaya sangat disanjung di ibukota.
Hal ini ia memberi contoh supaya manusia itu motekar yang artinya banyak ide
dan banyak berbuat, tidak hanya seperti katak dalam tempurung.
a. Kedatangan
Ahli Kesenian, Ki Raksa Mayu
Dengan
adanya jalan lintas hariang- kutamaya, yang merupakan ibikota Sumedang, maka
semakin ramailah jalan tersebut, disamping sebagai jalan untuk mencari berbagai
kebutuhan masing masing, jalan menuju ke
kota, dan hariang pun terkenal ke mana mana. Hingga seorang ahli seni atau
waktu itu dikenal dengan ahli tatabeuhan, yang bernama Ki Raksa mayu datang ke
hariang. Menurut buku ini, ia konon berasal dari Negara Demak jawa tengah. Alat
kesenian yang ia bawa hanya Calung dan suling, disamping itu ia mempunyai suara
yang sangat bagus. Untuk menggambarkan kehebatan ahli seni tersebut, sang
penulis menulis sebagai berikut:
“...nurutkan
pacariosan, upami anjeunanabeuh teh jadi babasa maung jadi ngeluk, badak ngadak
ngadak deupa, manuk teu aya nu disada, hujan ngadak ngadak raat, angin oge teu
ka kuping, ngawungkul sora tabeuhan bae, malah loba luhung tumpak maung,
kadanca numpakan ajag, kabeh teu aya parmusuhan, wateukna sora tabeuhan, kitu
nyaring panyariosan.”
Dengan
adanya seniman Ki Raksa ini hariang semakin ramai, dan ki Raka kemudian menetap
puluhan tahun di hariang hingga ia meninggal, dan dimakamkan di tanah kuburan
Cipangbuangan.
b. Kedatangan
Syeh Arab
Dengan
kedatangan orang Arab yang kemudian terkenal dengan sebutan Syeh Arab, semakin
komplit lah keberadaan hariang sebagai pusat keseneian / kebuadayaan dan juga
keagamaan. Syeh arab inilah yang kemudian mengajarkan agama Islam di hariang.
3. Wangsa
Wijaya dan Petualangannya
III. SILSILAH (WANGSA WIJAYA & KETURUNANNYA)
1. Generasi 1
sampai generasi 2
Dari
perkawinannya dengan Nyi Mas bayun, Wangsa wijaya mempunyai anak yang bernama
Taruna Diwangsa
Gbr. Bagan silsilah Keturunan Hariang Generasi pertama hingga 4
a. Taruna Diwangsa
Wangsa wijaya dan istrinya, Nyi Mas Bayun hanya mempunyai 1 anak, yang bernama Taruna Diwangsa. Sehingga dapat dikatakan bahwa keturunan hariang berasal darinya juga.
Setelah menjelang baligh, Taruna diwangsa kemudian dinikahkan oleh ayahnya di kota kutamaya Sumedang , dengan anak seorang bangsawan atau menak Citamiang kutamaya, yang masih kerabatnya juga. Disini tidak diceritakan tentang siapa nama besannya, dan juga nama dari istri Taruna Diwangsa, yang hanya dikenal dengan nama Nyi Ratu saja.
Setelah menjelang baligh, Taruna diwangsa kemudian dinikahkan oleh ayahnya di kota kutamaya Sumedang , dengan anak seorang bangsawan atau menak Citamiang kutamaya, yang masih kerabatnya juga. Disini tidak diceritakan tentang siapa nama besannya, dan juga nama dari istri Taruna Diwangsa, yang hanya dikenal dengan nama Nyi Ratu saja.
Taruna
Diwangsa hanya beberapa bulan saja di kutamaya. Mereka kemudian pindah ke
hariang, mengikuti ayahnya.
Taruna
Diwangsa meninggal setelah tidak lama kelahiran cucunya yang terakhir, Mbah Buyut Bungsu, anak dari Wangsa Dirana. Ia
dimakamkan di “Astana Tengah”. Dan tidak lama kemudian istrinya, Nyi Ratu,
menyusul meninggal, dan dimakamkan bersebelahan dengan Wangsa Dirana.
b. Wangsa Dirana
Wangsa dirana merupakan putra pertama dari Taruna diwangsa, kakak dari Parana Wijaya. Meskipun anak pertama, ia termasuk telat dalam menikah. Dan menikah pada usia yang relatif tua waktu itu. Sehingga anak pertamanya lair tidak jauh berbeda dengan cucu dari Parana wijaya. karena cucu parana Jaya hilang, maka anak pertama dari wangsa dirana diambil anak (diingu) oleh sepupunya (anak dari Parana Wijaya) yang bernama Puspanata.
Wangsadirana
menikah Nyi Dewi Mekar. Nyi Dewi Mekar melahirkan anak laki-laki berbarengan
dengan kedatangan Puspadinata, setelah puspadinata mencari anaknya yang hilang.
Jadi waktu itu ada perasaaan haru dan juga gembira. Seolah turunan Taruna
Diwangsa mendapat anak kembali. Dimana
putra dari Puspadinata yang hilang telah diganti dengan kedatangan putra dari
Wangsa Dirana dan Nyi Dewi Mekar.
Untuk
menghilangkan kesedihan akhirnya putra wangsa dirana itu diambil anak oleh
Puspadinata dan istrinya Nyi Anom.. Setelah
3 bulan kemudian anak itu diadakan syukuran (dihajatan) yaitu hajatan (syukuran) ngageulangan (memberi
Gelang), tetapi karena acara mengayun anak sudah dilarang (cadu) maka acara itu
ditiadakan. Sebenarnya para orang tuanya sudah menamai anak tersebut, tetapi
anak ini kemudian terkenal dengan nama Akung.
Disebut Akung karena ia berbeda dengan yang lain, yaitu mempunyai perawakan
yang besar dan tinggi atau dalam bahasa sunda “Jangkung”, sehingga ia terkenal
dengan nama Akung. Dan setelah sunatan Akung ini kemudian diangkat anak oleh
Puspadinata.
Setelah
beberapa tahun, istri Wangsa Dirana hamil dan melahirkan anak lagi, yang kedua
seorang wanita. Karena ia “donto” (dalam bahasa sunda yang berarti anak yang
cantik dan seksi) dan setelah dewasa
terkenal menjadi Dompo (Nyi Dompo). Dan tidak lama kemudian, istri Wangsa Dirana
melahirkan lagi seorang laki-laki, karena terakhir maka terkenal dengan nama
Bungsu, karena itu oleh keturunannya dikemudian hari terkenal dengan nama Embah Buyut Bungsu.
Wangsa
dirana meninggal setelah cucunya dari Buyut Akung, yang bernama Suma (buyut
Suma) disunat.
c. Parana Wijaya
Karena
lebih dulu menikah dari kakaknya. Dari perkawinannya dengan Nyi Raden, ia
mempunyai anak yang bernama Puspanata.
d. Puspanata
Puspanata
merupakan anak dari Parana Wijaya dengan Nyi Raden. Setelah dewasa Puspanata
ini menikah dengan bangsawan atau menak turunan (cucunya) Daleum Leuwiseeng (Leuwiseeng
sekarang kabupaten majalengka), yang dikenal dengan nama Dewi Sri Anom atau Nyi Anom.
Daleum Leuwiseeng merupakan bangsawan / menak masih keturunan bangsawan
sumedang,sedang istrinya merupakan menak atau bangsawan turunan Cirebon. Daleum
Leuwi seeng diangkat menjadi bupati Leuwiseeng.
Yang
berperan menikahkan Puspanata dengan Nyi Anom adalah Daleum Leuwiseeng, dan
dinikahkan dileuwiseeng, di rumahnya. Sebab Daleum Leuwiseeng ini mengasuh
cucunya (nyi Anom) sejak kecil, karena ayah dari Nyi Sri Anom telah meninggal
dunia di Cirebon.
Tetapi
kemudian Puspanata dan istrinya tinggal di Hariang.
Puspanata
dan istrinya meninggal di Leuwiseeng (daerah Majalengka), dan dimakamkan
disana.
2. Generasi ke-3
Generasi
ke-3 ini menceritakan tentang turunan dari Wangsa Dirana dan Nyi Dewi Mekar.
Karena turunan dari Parana wijaya hanya sampai ke Puspanata. Puspanata setelah
kehilangan anaknya yang pertama tidak mempunyai anak lagi. Ia kemudian
mengambil anak dari ua-nya (wangsa Dirana) yang pertama, yang bernama Akung, jika dari silsilah keturunan masih sepupunya.
Wangsa
dirana mepunyai 3 orang anak, yang pertama bernama Akung, yang dikemudian hari
terkenal dengan nama Uyut Akung. Yang kedua Nyi Dompo atau Mbah Dompo yang
menikh dengan Buyut Siluman. Dan yang ketiga, yang bungsu, yang dikemudian hari
terkenal dengan nama Mbah Buyut Bungsu.
Karena
pergulatan dan perannya sedemikian hebat maka generasi ke-4 ini diceritakan
tersendiri.
Gbr. bagan silsilah Hariang Generasi ke 4
a. Akung
(Uyut Akung)
Akung, atau dikemudian hari terkenal dengan nama Buyut Akung. Ia mempunyai perawakan yang tinggi dan besar. Tinggi dalam bahasa sunda adalah Jangkung, sehingga ia terkenal dengan nama Akung.
Akung atau uyut Akung merupakan putra dari Wangsa Dirana dengan istrinya Nyi Dewi Mekar. Sejak kecil ia diasuh oleh Puspanata dan istrinya Nyi Dewi Sri Anom, sebagai ganti karena anaknya yang hilang. Meskipun Puspanata dengan Akung sepupuan, tetapi karena ayahnya, Wangsa Dirana telat nikah, maka kelahirannya setelah kelahiran anak sepupunya yang hilang, maka akung kemudian diasuh oleh sepupunya. Puspanata.
Akung atau uyut Akung merupakan putra dari Wangsa Dirana dengan istrinya Nyi Dewi Mekar. Sejak kecil ia diasuh oleh Puspanata dan istrinya Nyi Dewi Sri Anom, sebagai ganti karena anaknya yang hilang. Meskipun Puspanata dengan Akung sepupuan, tetapi karena ayahnya, Wangsa Dirana telat nikah, maka kelahirannya setelah kelahiran anak sepupunya yang hilang, maka akung kemudian diasuh oleh sepupunya. Puspanata.
Setelah
dewasa ia kemudian dinikahkan dengan wanita asal bandung, tetapi nama
istrinya tidak begitu dikenal. Hal ini
dikuti juga oleh adiknya yang bungsu, atau terkenal dengan Mbah Buyut Bungsu
juga menikah dengan orang Bandung.
Setelah
keduanya anak Wangsa Dirana menikah, Parana Wijaya meninggal, dan tidak lama
kemudian istrinya juga meninggal. Dan tidak lama kemudian bapak angkatnya
(saudara sepupunya). Puspanata dan istrinya meninggal di leuwiseeng.
Setelah menikah, Akung (uyut Akung) dari istrinya orang bandung
mempunyai anak yang dinamai Suma
(dikemudian hari terkenal dengan nama Buyut Suma).
a.1. Kehebatan Uyut Akung
Uyut
Akung sangat terkenal sekali kesaktiannya. Dialah yang bisa menaklukan jago
asal Cirebon, yang bernama Elang Sura Sanga Kususmah yang terkenal dengan nama
Mbah Buyut Siluman.
a.2. Buyut
Siluman
Menurut
cerita, Pangeran Cirebon mempunyai salah seorang putra tetapi bukan putra
mahkota yang bernama Elang Sura sanga Kusumah. Karena putra selir, ia
dibesarkan oleh ibunya di suatu kampung atau leumbur Sembung kota Cirebon. Dari
kecil hingga dewasa ia senangnya bertapa, bak bertapa di tempat terbuka, diatas
perapian (para seuneu) dan lainnya. Sehingga terkenalah ia menjadi seorang yang
berilmu tinggi dan mempunyai kesaktian yang mumpuni. Sehingga dicirebon sendiri
sangat sulit untuk mencari lawan tanding.
Tetapi
menjelang dewasa ia terjebak pada menghisap madat di rumah orang Cin. Madat
adalah suatu pekejaan yang dilarang oleh agama, dan dicerbon sendiri madat
adalah barang yang angat dilarang. Kebiasaan menghisap madat dari Elang Sura
sanga Kusumah ini lama kelamaan terdengar juga oleh ayahnya, Pangeran Cirebon,
sehingga ia kemudian pindah dan ikut bapanya di keraton. Tetapi kebiasaan madat yang dilakukan di
rumah seorang Cina ini tetap dilakukan. Dan hal ini terdengar juga oleh sang
pangeran Cirebon.
Pangeran
Cirebon adalah orang terhormat. Disamping penguasa negara, karena turunan Sunan
Gunung Jati, maka ia juga sangat dihormati dalam urusan agama. Karena itu bukan
mainnya, justru anaknya sendiri melakukan hal yang sangat bertentangan dengan
agama. Maka ia marah besar dan memanggil sang anak tersebut dan menasehatinya.
Kemarahannya sudah tidak terbendung maka pangeran Cirebon tidak memanggil
dengan nama anaknya Sura Sanga Kusumah, tetpai menyebutnya Siluman, dan siapa saja harus menyebutnya siluman, karena itu
dikemudian hari ia terkenal dengan nama Buyut Siluman.
Karena
kekesalannya sudah tidak terbendung, karena semakin dilarang malah semakin
menjadi. Maka Pangran Cirebon menyuruh prajuritnya untuk memenjarakannya. Tetapi ia sering meloloskan diri dari penjara,
dan malamnya tetap melakukan madat di rumah Cina. Karena semakin jengkel oleh kebiasaan
anaknya, maka sang pangeran tersebut disuruh di bunuh saja oleh ayahnya, dan
mayatnya suruh dibuang ke laut. Sudah berkali kali Siluman ini dieksekusi,
tetapi konon karena kesaktiannya, ia selalu dapat meloloskan diri. Dan selalu
bisa di temui setiap malamnya di rumah cina untuk menghisap madat. Sang ayah
sangat kesal sekali, ia memanggil lagi sang anak, dan mengusirnya untuk pergi
ke luar cirebon, dan mengumumkan siapa saja yang menerima (ngampihan) anaknya
dengan alasan apapun maka akan dihukum mati.
Karena ancaman dari ayahnya, maka setiap penduduk kota cirebon takut
menerima buyut siluman ini, dan siluman kemudian pergi ke arah barat, ia
pergi dari kampung ke kampung tetapi tetap tidak mau menginap karena takut akan
hukuman ayahnya terhadap penerimanya. Ia
juga melewati hutan, jurang, gunung, sehingga segala macam binatang buas ia
hadapi dengan beraninya.
Karena
kesaktiannya, disamping keberaniannya, dan konon tenaganya sangat kuat sekali,
bahkan ia mencabut pohon juga seperti enteng sekali. Karena ia sudah menyadari
kelakuannya yang tidak baik, maka ia dengan sabar dan terus berjalan ke arah
barat ke luar wilayah cirebon.
Suatu
hari ia sampai ke suatu sungai (walungan)
yang lumayan besar, yang disisi (kikisik) sungai itu banyak sekali
burung (manuk) yang hinggap. Sedang
sebelah baratnya kelihatannya banyak pohon aren (kawung). Disana ia melihat 2
orang yang sedang menyadap pohon aren tersebut. Alangkah kagetnya kedua orang
tersebut, karena yang mendekatinya seorang kakek kakek (aki aki). Karena
perjalanan yang begitu jauh buyut siluman ini sudah kelihatan seperti kakek
kakek. Sang kakek (buyut siluman)
kemudian oleh kedua orang tersebut diajak ke kampungnya. Dan kali ini buyut
siluman mau menerima tawarannya, karena sudah bukan wilayah cirebon lagi. Dan
ketika ditanya namanya buyut siluman menjawab, cukup dengan nama “aki” saja.
Karena mata pencahariannya sebagai pembuat gula aren (gula kawung) maka kampung
itu kemudian dikenal dengan nama kampung (leumbur) Paneresan.
Buyut
Siluman kaget sekali melihat rumah dikampung paneresan ini, kampung ini hanya
ada 5 rumah panggung yang tinggi sekali.
Tiang tiangnya terbuat dari bambu yang besar dan tinggi . Dan kampung itu
dikelilingi oleh paggar yang tinggi yang dianyam sangat rapat (di jala jala).
Karena itu Buyut siluman menanyakan kepada kedua penduduk itu. Menurut mereka
kampungnya itu berada di hutan lebat (leuweung Geuleudeugan) dan banyak harimau
(maung lodaya) yang menghuni hutan
tersebut. Menurutnya apalagi kalau dimalam hari, bicara juga dilarang,
anak-anakpun kalau nangis berusaha dibeuekeum. Karena kalau ada yang ngomong
atau ada anak yang nangis maka hariamau itu akan pada datang. Bahkan ada
hariamau yang mencoba naik pagar, sehingga masyarakat kampung itu melakukan
perlawanan. Jadi, hanya sianglah di
sekitar kampung itu dianggap aman, sedang di malam hari, biasanya amat
mencekam. Jadi meskipun di sore harinya menanak gula dibawah panggung, apinya
dibiarkan menyala dan mati sendiri, karena konon apabila melihat api maka
hariamau itu akan berdatangan mengelilingi pagar. Bahkan taraje (tangga) untuk
menuju rumahpun di angkat supaya tidak dinaiki hariamau. Karena semua tiang
rumah dan pagar berasal dari bambu, maka hariamau kesulitan untuk menaikinya.
Karena itu harimau hanya bisa mengaum sambil melihat ke atas (tanggah).
Buyut
siluman hampir setahun tinggal disana. Kalau pekerjaan sehari harinya di siang
hari yaitu mencari kayu bakar (ngala suluh). Kalau di malam hari ia hanya beberpa hari saja tidur diatas, dan untuk
selanjutnya tidur dibawah panggung. Ia tidak mau tidur diatas, dan memintanya tidur dibawah panggung sambil
menunggui perapian (ngasur ngasur seuneu). Yang dipakai alas adalah kulit
banteng, yang biasa dipakai juga oleh pemilik rumah tersebut.
Pada
malam pertama ia tidur dibawah, buyut siluman melihat beberapa hariimau
mengelilingi pagar, sehingga pemilik rumah memintanya untuk cepat-cepat naik ke
atas, dan cepat-cepat tanggga (taraje) diturunkan supaya buyut siluman naik ke
atas. Tetapi buyut siluman menolaknya, dan menyuruh agar taraje tersebut
dinaikan lagi.” Biar aki yang membuat kapok (ngawarah) harimau-harimau
tersebut.”. Karena itu buyut siiluman kemudian ngaharriring (menyanyikan lagu),
sehingga harimau harimau tresebut berusaha naik ke atas pagar mendengar nyanyian buyut siluman
tersebut.
Makanya
orang kampung pada melihatdiatas
panggungnya, melihat apa yang akan dilakukan oleh si aki tersebut,
Karena kalau dilarang sudah berkali-kali dilarang supaya naik ke panggung, tapi
tetap saja menolak.Buyut Siluman semakin keras menyanyikan lagunya, sehingga
ada beberapa harimau yang loncat masuk pagar. Maka dengan cepat buyut siluman
itumembungkus badannya dengan kulit
banteng tersebut, sehingga sang harimaupun menerkamnya. Dan stelah diterkam,
lalu sang hriamau membawanya keluar pagar, yang diboyong oleh 2 harimau.
Setelah
membawanya keluar, maka buyut siluman keluar dari gulungan kulit banteng
tersebut, maka harimau-harimau itupun menerkam sang kakek. Dan terdengar oleh
buyut siluman bunyi seolah tulang belulang retak dipingganya, maka iapun sangat
marah, harimaupun dipukulnya, ditendang, dibanting, dibabetken. Sehingga kepala
haimau ada yang hancur. Dan puluhan harimaupun dengan mudahnya dapat
dikalahkan.Dan buyut siluman pun baru menyadari bahwa yang bunyi seolah tulang
yang remuk itu adalah padudan (alat
penghisap rokok). Setelah semua harima mati semua, maka buyut siluman pun
menghamparkan kulit bantengnya dan tidur dengan pulasnya.
Maka
orang skampungpun ribut dipagi hari, mereka menyangkanya buyut siluman telah
dimakan oleh harimau. Tetapi ketika melihat harimau pada mati, dan ada orang
yang tidur di luar maka sangat gembiralah
penduduk kampung tersebut. Buyut siluman pun bangun dan menyuruh
penduduk untuk menguburkan harimau-harimau tersebut. Karena kesaktiannya ini
kemudian buyut siluman sangat dihormati dikampung ini dan dijadikan sesepuh.
Dan
setelah hampir setahun disana, ia kemudian pamitan untuk meninggalkan kampung
tersebut. Meskipun berat hati orang kampung akhirnya mengijinkan kepergiannya.
Buyut siluman oleh orang kampung dibawakan 50 gula paros untuk bekal di
perjalanan. Makka berangkatlah Buuyut
siluman menyisiri jalan setapak, jalan yang biasa dipakai untuk perdagangan
gula. Diperjalanan, ia dihadang oleh 3 orang begal, yang mencoba menghadangnya
dan merebut gula yang dibawa oleh Buyut siluman. Tetapi Buyut Siluman hanya
lewat sambil menyinggungnya, dan ia mempercepat jalannya. Ketiga orang tersebut
kemudian mengejar dan berusaha merebut gula tersebut dengan mencoba
denganberbagai cara, maka golokpun diayunkan untuk memotong tali gula, tetapi
semua itu sia-sia,karena golokpun seuanya tidak mempan bahkan rarompang. Dan
akhirnya ketiga orang tersebut berhenti dan mulai ketakutan , karena jika
berbalik maka ketiga orag tersebut mungkin akan celaka.
Buyut
siluman meneruskan perjalanannya ke arah barat, gula yang ia bawa dibagikan
kepada siapa saja orangyang bertemu dengannya, hingga habis. Dan ia terus
berjalan hingga pada suatu hari
menemukan 1 rumah (saung), dan ternyata ada peghuninya seorang
laki-laki. Dan Buyut Siluman ini memberi slam dan memintanya untuk ikut
berteduh di rumahnya. Sang pemilik rumah sngat bahagia sekali kedatangan buyut siluman
tersebut, karena ada yang menemani untuk mengobrol. Orang yang ia temui itu
bernama Sanggara, keturunan dari pajajaran, yang sengaja ingin, membuat
kampung (ngabebetah dan rek nyieun
lembur). Nama leumbur atau kampung tresbut dikemudian hari dikenal dengan nama Surian.
Dan buyut siluman nerangkeun bahwa manehna teh ngaran ki Siluman, asal dari
Paneresan, Leuweung (hutan) Siluman, sambil menerangkan hingga umurnya demikian
ia tidak pernah melihat warna darah sendiri, mungkin karena tidak ada lawan
yang sebanding dengannya. Jadi ia mengembara itu sambil mencari lawan yang
sebanding untuk mencari lawan tandingnya. Ia ingin sekali melihat darahnya
sendiri.
Ki
Sanggara sangat memahami buyut siluman, yang belum terkalahkan. Karena itu ia
bersepakat untuk mencoba kesaktian buyut siluman. Dan akhirnya keduanya
bertarung, saling lempar saling pukul saling tendang, konon dari pagi hingga
sore, dan akhirnya Ki sanggara menyerah. Dan akhirnya ia kembali ke rumah ki
sangggara sambil guyon dan juga saling memaafkan, hingga akhirnya seperti
saudara yang lama tidak berjumpa.
Buyut
siluman tinggal di surian tidak diceritakan berapa lamanya, tetapi kemudian ia
pamit untuk terus berjalan ke arah barat. Meskipun agak berat meninggalkan
kawan barunya di Surian, Buyut siluman akhirnya pergi juga ke arah barat,
hingga ketika akan melintas sungai, sungainya sedang banjir. Sehingga Buyut
Siluman harus menunggu hingga air itu surut.
Disana juga ada orang yang jangkung dan juga berbadn besar sedang
menunggu juga untuk melintas. Setelah bertemu, orang tersebut berbicaranya
tidak pernah ada adab soan santun, seolah ada permusuhan. Mereka tidak sempat
saling bersapa siapa nama masing-masing, keburu darah mulai mengair ke epala,
satu sama lain sudah mulai kepancing emosiinya. Karena itu Buyut Siluman
berbicara bahwa dirinya sedang mencari awan sebanding, ia ingin melihat warna darahnya
sendiri, karena itu ia mngembara ke barat untuk mencari awan tersebut. Maka
ketawala orang besar dan tinggi tersebut, dan ia menghina buyut siluman,
menurut orang itu masa orang sekecil itu bahkan suah kakek-kakekyangdisebutnya
sebagai aki aki moyongkod, mau mengalahkan dia. Karena terburu nafsu, maka
terjadilah perkelahian antara kedduanya, saling lempar, saling banting, saling
tendang dan salingpukul. Dan orang itu mulaiheran ketika kakek-kake itu
dipukul, dibanting, di tendang, tetapi tidak apa-apa, hngga akhirnya ia lelah
sendiri. Karena merasa kalah, dan untuk menjaga gengsinya, ia kemudian berkata
kepda buyut siluman agar ia menunggu, sebab ia akan mengambil gobang warisan
nenek moyangnya. Maka buyut siluman pun menunggunya, dan orang itu kembali ke
tempat tadi sambil membawa gobang (sejenis golok yang besar dan panjang.
Sambil
membawa gobang, orang itu berkata,: “ Saya memang kalah dalam tenaga, tetapi
saya tidak akan kalah dengan senjata ini. Karena itu saya akan menanyak siapa
nama kamu, karena kalau ada yang menanyakan ahli warisnya, maka akan
dismapaikan.”. Maka diterangkannya bahwa namanya Siluman
b. Nyi Dompo (atau Buyut Dompo)
Nyi Dompo atau Buyut Dompo merupakan anak kedua. Ia kemudian menikah dengan Buyut Siluman, dan dia tidak mempunyai keturunan. Dan ia akhirnya ngasuh (ngingu) anak adiknya Mbah Bungsu yang bernama Nur Ijan, atau terkenal dengan nama Uyut Oler.
Nyi Dompo atau Buyut Dompo merupakan anak kedua. Ia kemudian menikah dengan Buyut Siluman, dan dia tidak mempunyai keturunan. Dan ia akhirnya ngasuh (ngingu) anak adiknya Mbah Bungsu yang bernama Nur Ijan, atau terkenal dengan nama Uyut Oler.
Diceritakan bahwa Nyi Dompo sebelum kedatangan Buyut Siluman tidak mempunyai suami, waktu itu masih serumah dengan kakaknya, buyut Akung. Setelah kedatangan Buyut siluman, akhirnya ia menikah dengannya.
Nyi Dompo ataubuyut dompo dan suaminya, Buyut Siluman terkenal sebagaia suami istri yang sakti., disamping harmoni, meskipun tidak dikarunia anak.
Tentang kesaktian Nyi Dompo, diceritakan ketika diadakan sayembara oleh pamarentah sumedang wilayah timur
c. Mbah
Buyut Bungsu
Mbah Buyut Bungsu adalah anak bungsu dari Wangsa Dirana. Karena bungsu sehingga ia sering disebut bungsu, sehingga namanya sebenarnya tidak begitu dikenal dan sekarang dikenal dengan mbahh buyut bungsu.
5. Generasi ke-6
a. Turunan Uyut Mukran
Uyut Mukram mempunyai 6 orang anak, yaitu: Antol, Nyi. Arsia, Mudaran, Nyi Antin, Nyi Enes dan Encum
a.1. Antol,
Ia mempunyai anak 1, yang bernama Irma
a.2. Nyi. Arsia,
Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: nyi Juminah, Sarpijah, Aswi, Artipan,
a.3. Mudaran,
a.4. Nyi Antim
Ia menikah dengn Antim dan mempunyai 7 orang anak, yaitu: , Udin, Musayib, Idrus, Enos, Nyi Encah, Teot, Rasta
a.5. Nyi Enes
a.6. Encum
b. Turunan Muhyan Al Entay
Muhyan al entay merupakan anak sulung dari Uyut Oler. Ia mempunyai 5 orang anak: Nyi Sedah, Enas, Enot, Untan, Unang.
b.1. Nyi Sedah
Nyi Sedah merupakan anak sulung dari Muhyan al Entay. Ia mempunyai anak 7 orang, yaitu: Nyi Alsonah, Saripan, (empong), Nyi Suti, Latip, Ahwan (Ewel), Inen dan Bumlet.
b.2. Enas,
Enas merupakan anak kedua dari Muhyan Al Entay. Ia mempunyai 6 orang, yaitu: Nyi Rusiah, Nyi Unil, Nyi Meoh, Ki Asta, Emed, Nyi Itit
b.3. Enot,
Enot merupakan anak ketiga dari Muhyan Al entay. Ia mempunyai 3 orang anak, yaitu: Bion, Nyi salti, Lani
b.4. Nyi Untan,
Nyi Untan merupakan anak ke-4 dari Muhyan Al entay. ia mempunyai anak hanya 1 orang yang bernama Iswan
b.5 Unang.
Unang merupakan anak ke-5 dari Muhyan Al entay. Ia tidak mempunyai anak.
Mbah Buyut Bungsu adalah anak bungsu dari Wangsa Dirana. Karena bungsu sehingga ia sering disebut bungsu, sehingga namanya sebenarnya tidak begitu dikenal dan sekarang dikenal dengan mbahh buyut bungsu.
3. Generasi
ke-4
Generasi
ke-4 dari sejarah hariang, menceritakan tentang keturunan dari Uyut Akung dan
juga keurunan dari Buyut Bungsu. Uyut Akung mempunyai seorang anak yang bernama Suma,. Sedang buyut Bungsu juga mempunyai satu anak yang bernama Nur Ijan, atau yang dikemudian hari terkenal dengan nama Uyut Oler.
Jadi
generasi ke-4 dari wangsa wijaya hanya ada 2 nama, yaitu Soma atau Buyut Soma
dan Nur Ijan atau terkenal dengan nama Uyut Oler.
c.1. Uyut Soma
Uyut Soma merupakan putra satu-satunya dari Uyut Akung., Uyut Suma inilah kemudian menggantikan ayahnya, sebagai sesepuh Hariang. Uyut Soma ini mempunyai seorang anak yang bernama Mukram
Uyut Soma merupakan putra satu-satunya dari Uyut Akung., Uyut Suma inilah kemudian menggantikan ayahnya, sebagai sesepuh Hariang. Uyut Soma ini mempunyai seorang anak yang bernama Mukram
c.2. Uyut Oler
Nur
Ijan atau terkenal dengan nama Uyut Oler adalah seorang yang gagah sakti. Ia terkenal dimana-mana di wilayah Sumedang,
karena dialah yang bisa mengalahkan dan
menangkap Ki Asijem yang terkenal kesaktianmya, yang membuat onar di
wilayah Sumedang.
Uyut
Ole merupakan putra dari Buyut Bungsu, tetapi kemudian dipelihara (diingu) oleh
ua-nya, Nyi. Buyut Dompo dan Mbah Buyut Siluman. Ia didik dari kedua orang
sakti tersebut, sehingga ia juga kemudian mewarisi kesaktiannya. Ketika Uyut
Oler sudah terkenal kemana-mana, mbah buyut siluman dan nyi dompo masih ada.
Uyut
Oler menikah dengan orang banten, dan ia mempunyai 7 orang anak, yaitu: Muhyan
Al Entay, Acep, Askin, Nyi Uci, Nyi Iyar, Nyi Keno dan Enteum.
4. Generasi
ke-5
Generasi
ke-5 dari silsilah Hariang menceritakan tentang turunan dari Uyut Soma yang bernama Mukram dan juga putra dari uyut Oler (ada 7 orang) yaitu: Muhyan
Al Entay, Acep, Askin, Nyi Uci, Nyi Iyar, Nyi Keno dan Enteum.
,a. Turunan Uyut Suma
Uyut Soma hanya mempunyai 1 orang putra yang bernama Mukram, atau dikemudian hari terkenal dengan nama Uyut Mukram.
a.1. Uyut Mukram
Uyut Mukram ini kemudian menjadi sesepuh leumbur hariang. Istrinya tidak begitu diketahui asal muasal dan juga namanya. Dan dari Uyut Mukram inilah keturunan Hariang mulai banyak, karena ia mempunyai anak 6 orang.
,a. Turunan Uyut Suma
Uyut Soma hanya mempunyai 1 orang putra yang bernama Mukram, atau dikemudian hari terkenal dengan nama Uyut Mukram.
a.1. Uyut Mukram
Uyut Mukram ini kemudian menjadi sesepuh leumbur hariang. Istrinya tidak begitu diketahui asal muasal dan juga namanya. Dan dari Uyut Mukram inilah keturunan Hariang mulai banyak, karena ia mempunyai anak 6 orang.
Uyut
Mukram mempunyai 6 orang anak, yaitu: Antol, Nyi. Arsia, Mudaran, Nyi
Antin, Nyi
Enes dan Encum
b. Turunan Uyut Oler
Setelah menikah
dengan orang banten, uyut oler mempunyai anak 7 orang, yaitu Muhyan al Entay,
Acep, Askin, Nyi Uci, Ny. Iyar, Nyi Keno, Enteum.
b.1. Muhyan al Entay,
Setelah ia mempunyai
istri, ia mendapat perintah dari Negeri Sumedang untuk menjaga perbatasan
(tapeul wates) Sumedang sebelah utara (kaler) bersama para jagoan di daerah
lain, untuk menjaga serangan dari apa yang dinamakan kelompok Bantar jati, yang
mau membuat keributan di Sumedang. Kelompok ini bergerak dariutara ke daerah
tomo, dan bergerak menuju ke barat menuju ke kota sumedang.
Konon waktu itu keadaan di leumbur- Leumbur (di kamung- kampung) wilayah negeri Sumedang banyak membicarakan (geunjleung), bahwa wilayah Sumedang akan di serang oleh kelompok Bantar Jati. Banyak kampung sebelah timur (wetan) yang d rusak oleh kelompok ini. Menurut cerita yang berkembang waktu itu, kelompok Bantar Jati ini akan menumpas belanda yang ada di kota Sumedang.
Ketua kelompok Bantar Jati ini dirahasiakan oleh anggotanya, sehingga tidak diketahui siapa ketuanya. karena kelompok ini sudah banyak pengikut, sehingga meskipun mungkin tujuannya mulia, tetapi karena kurang koordinasi, malah dianggap membuat keonaran di berbagai kampung.
Di Sumedang waktu itu yang menjadi bupati sumedang adalah Pangeran Kusumah Dinata VII atau yang terkenal dengan Pangeran Kornel. Pangeran Kornel ini berkuasa di negeri Sumedag dari tahun 1791 hingga 1828 M. Karena wilayah Sumedang akan diserang, dan kelompok ini sudah hampir menguasai sekeliling wilayah Sumedang. Pangeran Kornel kemudian menyerang kelompok Bantar Jati ini, Kompeni Belanda yang mengikutinya melarikan diri (kocar kacir). Pangeran Kornel bergerak terus menyerang kelompok Bantar Jati ini, sehingga kelompok ini terdesak (bubar katawuran), semuanya mundur, hingga lembah Gunung tampomas sebeah timur (wetan). Pangeran Kornel dan pasukannya terus memburu kelompok ini, sehingga banyak dari mereka yang meninggal. Kelompok Bantar Jati ini terus diburu hingga wilayah Conggeang, melintasi sungai (walungan) cipanas, hingga perbatasan Sumedang. Karena sudah dianggap tidak ada perlawanan lagi maka Pangeran Kornel kemudian kembali ke Sumedang.
Diceritakan ketikaa Uyut Muhyan al Entay ketika berjaga di perbatasan sumedang, disuatu hutan yang banyak pohon Jambe. Dan Ketika Kelompok bantar Jati diserang oleh Pangeran Kornel, banyak yang melarikan diri, diantaranya ada sekelompok yang memutar ke sebelah barat Sanca, yang maksudnya akan menyerang lagi Sumedang, hingga bertemu di perbatasan yang dijaaga oleh Al Entay, maka terjadilah pertempuran yang sengit, dan akhirnya kelompok Bantar jati ini terdesak hingga sungai Cipunagara. Banyak dari mereka yang tidak bisa berenang, sehingga mereka juga tetap mengadakan perlawanan. pertempuran ini terjadi 3 hari, dan setelah itu mulai aman. dan kelompok Bantar Jat yang tersisa melarikan diri pontang panting (sakaparan-paran). Banyak diantara rekan-rekan Uyut Al Entay ini juga yang gugur, dan dimakamkan di sekitar daerah itu. Dan tempat pertempuran itu kemudian dikeal dengan nama "Pangamukan".
Dan setelah selesai Al Entay dan rekan rekan seperjuangannya kembali ke kampungnya masing-masing. dan ia sendiri kemudian kembali ke hariang dalam keadaan selamat.
Muhyan al entay mempunyai 5 orang anak: Nyi Sedah, Enas, Enot, Untan, Unang.
b.2. Acep,
Acep merupakan anak kedua dari Uyut Oler, ia mempunyai anak 5 orang, yaitu: Apat, Encong, Empeng, Ipang dan Arip
Acep merupakan anak kedua dari Uyut Oler, ia mempunyai anak 5 orang, yaitu: Apat, Encong, Empeng, Ipang dan Arip
b.3. Askin,
Askin merupakan anak ke3 dari Uyut Oler. Ia mempunyai anak 9 orang, yaitu: Nyi Etet, Aspin, Suyimah, Nyi Jimah, Nyi Kamtiah, nyi Ades, Nyi Rasih, Nyi elis, Nyi tewok
b.4. Nyi Uci,
Nyi Uci merupakan anak Uyut Oler yang ke-4. Ia mempuyai 4 orang putra, yaitu: Iyong, Nyi Omoh, Miun, Isad.
b.4. Nyi Uci,
Nyi Uci merupakan anak Uyut Oler yang ke-4. Ia mempuyai 4 orang putra, yaitu: Iyong, Nyi Omoh, Miun, Isad.
b.5. Ny. Iyar,
Nyi Iyar merupakan putra yang ke-5 dari Uyut Oler. Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: Nyi Isol, Nyi Idoh, Enyib dan Alsamah
b.6. Nyi Keno,
Nyi Keno merupakan anak ke-6 dari Uyut Oler. Ia menikah dengan Uyut Mudaram (sudah disebutkan diatas (lihat uyut Mudaram).
b.7. Nyi Enceum.
Nyi Enceum merupakan anak ke7 dari Uyut Oler. Ia menikah dengan Enceum putra dari Uyut Soma yang sudah diceritakan diatas (lihat Enceum)
Nyi Enceum merupakan anak ke7 dari Uyut Oler. Ia menikah dengan Enceum putra dari Uyut Soma yang sudah diceritakan diatas (lihat Enceum)
5. Generasi ke-6
Generasi ke-6 dari silsilah Hariang menceritakan tentang turunan dari Uyut Mukran, yang merupakan turunan uyut soma dan juga turunan dari uyut Oler yang 7 orang yaitu: Muhyan Al Entay, Acep, Askin, Nyi Uci, Nyi Iyar, Nyi Keno dan Enteum.
Uyut Mukram mempunyai 6 orang anak, yaitu: Antol, Nyi. Arsia, Mudaran, Nyi Antin, Nyi Enes dan Encum
a.1. Antol,
Ia mempunyai anak 1, yang bernama Irma
a.2. Nyi. Arsia,
Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: nyi Juminah, Sarpijah, Aswi, Artipan,
a.3. Mudaran,
a.4. Nyi Antim
Ia menikah dengn Antim dan mempunyai 7 orang anak, yaitu: , Udin, Musayib, Idrus, Enos, Nyi Encah, Teot, Rasta
a.5. Nyi Enes
a.6. Encum
b. Turunan Muhyan Al Entay
Muhyan al entay merupakan anak sulung dari Uyut Oler. Ia mempunyai 5 orang anak: Nyi Sedah, Enas, Enot, Untan, Unang.
b.1. Nyi Sedah
b.2. Enas,
Enas merupakan anak kedua dari Muhyan Al Entay. Ia mempunyai 6 orang, yaitu: Nyi Rusiah, Nyi Unil, Nyi Meoh, Ki Asta, Emed, Nyi Itit
b.3. Enot,
Enot merupakan anak ketiga dari Muhyan Al entay. Ia mempunyai 3 orang anak, yaitu: Bion, Nyi salti, Lani
b.4. Nyi Untan,
Nyi Untan merupakan anak ke-4 dari Muhyan Al entay. ia mempunyai anak hanya 1 orang yang bernama Iswan
b.5 Unang.
Unang merupakan anak ke-5 dari Muhyan Al entay. Ia tidak mempunyai anak.
c. Turunan Acep,
Acep merupakan anak dari Uyut Oler. Ia mempunyai anak 5 orang, yaitu: Apat, Encong, Empeng, Ipang dan Arip
c.1. Apat,
Apat merupakan putra tertua uyut Acep, ia anak 4 orang, yatu: Sartiah, Alhawi, Alhayib dan Nyi Ruwi
c.2. Encong,
Encong merupakan anak dari Acep, ia mempunyai anak hanya 1 orang yaitu Nyi Saptirah.
c.3. Empeng,
Empeng merupakan anak Acep. I mempunyai 2, yaitu Sadam dan Nyi Ayem
c.4. Ipang
Ipang merupakan anak dari Uyut Acep. Ia mempunyai anak 1 orang yang bernama narip
c.5. Arip
Arip merupakan anak dari uyut Acep. ia memunyai anak 1 orang yang bernama Kalsian
d. Turunan Askin,
Askin merupakan anak ke3 dari Uyut Oler. Ia mempunyai anak 9 orang, yaitu: Nyi Etet, Aspin, Suyimah, Nyi Jimah, Nyi Kamtiah, nyi Ades, Nyi Rasih, Nyi elis, Nyi tewok
d.1. Nyi Etet,
Nyi Etet merupakan anak pertama uyut Askin. Ia menikah dengan Sarwian dan mempunyai anak 2, yaitu: Muholim dan Nyi Iyot.
d.2. Aspin,
Aspin merupakan anak kedua dari Uyut Askin. ia hanya mempunyai anak 1 yaitu Sapdi.
d.3. Suyimah,
Suyimah merupakan anak dari Uyut Askin, ia mempunyai anak 1 yang bernama: Ispan
d.4. Nyi Jimah,
Nyi jimah merupakan anak daro Uyut Askin. Ia tidak mempunyai anak.
d.5. Nyi Kamtiah, / Nyi Kastiyah
Nyi Kamtiah merupakan anak dari Uyut Askin. Ia mempunyai anak 1 yang bernama Sarwan.
d.6. nyi Ades,
Nyi ades merupakan anak dari Uyut Askin. Ia tidak mempunyai anak.
d.7 Nyi Rasih,
Nyi rasih merupakan anak dari Uyut Askin. ia mempunyai anak 1 yang bernama Warta.
e.4.h. Nyi elis,
Nyi Elis merupakan putri uyut Akin. ia tidak mempunyai anak
e. Turunan Nyi Uci,
Nyi Uci merupakan anak Uyut Oler yang ke-4. Ia mempuyai 4 orang putra, yaitu: Iyong, Nyi Omoh, Miun, Isad.
e.1. Iyong,
Iyong merupakan anak dari Nyi Uci, ia merantau ke Betawi (jakarta) dan menikah disana dan punya putra disana. Tidak diketahui turunannya.
e.2. Nyi Omoh,
Nyi Omoh merupakan anak dari nyi Uci. Ia tidak mempunyai anak
e.3. Miun,
Miun merupakan anak dari Nyi uci. Ia mempunyai anak 5, yaitu: Rumsiyah, Sultian, Astra Praja, Astijoh dan Jalhawi.
e.4 Isad.
Isad merupakan anak dari Nyi Uci. Ia menikah dengan orang Conggeang. Ia mempunyai 2 anak, yaitu Asan dan salti
f.1. Nyi Isol,
Nyi Isol merupakan putra dari Nyi Iyar. Ia tidak mempunyai anak.
f.2. Nyi Idoh,
Nyi Idoh merupakan putra dari Ny Iyar. ia tidak mempunyai anak.
f.3. Enyib
Ensib merupakan putra dari Nyi Iyar, ia mempunyai 3 anak, yaitu: Nyi Iyut, Nyi Ramsi, nyi Ahmah
f.4. Alsamah
6. Generasi ke-7
a. Turunan Antol,
Ia mempunyai anak 1, yang bernama Irma
a.1. Irma
Ia mempunyai 2 anak yang bernama Salwian dan Teki.
b. Turunan Nyi. Arsia,
Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: nyi Juminah, Sarpijah, Aswi, Artipan,
c. Turunan Mudaran,
d. Turunan Nyi Antim
Ia menikah dengn Antim dan mempunyai 7 orang anak, yaitu: , Udin, Musayib, Idrus, Enos, Nyi Encah, Teot, Rasta
e. Turunan Nyi Enes
f. Turunan Encum
g. Turunan Nyi Sedah
Nyi Sedah merupakan anak sulung dari Muhyan al Entay. Ia mempunyai anak 7 orang, yaitu: Nyi Alsonah, Saripan, (empong), Nyi Suti, Latip, Ahwan (Ewel), Inen dan Bumlet.
g.1. Nyi Alsonah,
Nyi Alsonah merupakan putra dari Nyi Sedah. Ia mempunyai anak yag bernama Juwisah Al Icoh.
g.2. Saripan, (empong),
saripan Al empang merupakan anak dari Nyi Sedah. Ia menikah dengan Ma Tijoh, dan mempunyai 6 orang anak, yaitu Nyi Nonoh, Nyi Arni, Ny Karti, Sulbawi, Nyi Aminah, Nyi fatimah
g.3. Nyi Suti,
Ia mempunyai 4 orang anak, yang bernama Nyi Memeh, Sayim, Mimi dan Nyi Munasih.
g.4. Latip,
Ia menikah dengan Nyi Namsi, mempunyai anak 7, yaitu: Nyi Uyi, Murtawi, Nyi Unah, Dikarta, Nyi ojoh, Aminta, Iwing
g.5. Ahwan Al Ewel,
Ia merupakan putra ke-5 Nyi Sedah. ia mempunyai 3 orang anak, yaitu: Nalsa, Idi, Artian.
g.6. Inen
g.7. Bumlet.
a. Turunan Irma
Ia mempunyai 2 anak yang bernama Salwian dan Teki.
a.1. Salwian
Salwian menikah dengan nini Salmiah (Meok) dan mempunyai 5 anak, yang pertama Nyi Suyi, Rusni, Artawi, Kalsawi dan Ulsip
a.2. Teki
Turunan Saripan, (empong),
saripan Al empang merupakan anak dari Nyi Sedah. Ia menikah dengan Ma Tijoh, dan mempunyai 6 orang anak, yaitu Nyi Nonoh, Nyi Arni, Ny Karti, Sulbawi, Nyi Aminah, Nyi fatimah
Nyi Nonoh,
Anak pertamanya bernama Nyi Riah
Nyi Arni,
Ia menikah dengan Altijah. Anak pertamanya bernama Pio / Nyi Sarsih
Ny Karti,
Ia menikah dengan Harjo, anak pertamanya Atang Dana Miharja
Sulbawi,
Ia menikah dengan Nyi Icih / Nyi Jojoh. Putra pertamanya Uyo / Ardawi.
Nyi Aminah,
Ia menikah dengan Kahdia. Anak pertamanya bernama Nyi Sukaenah
Nyi fatimah
Ia menikah dengan Abdul/ Aris /Dai, M Muhtar.
Turunan Nyi Suti,
Ia mempunyai 4 orang anak, yang bernama Nyi Memeh, Sayim, Mimi dan Nyi Munasih.
Nyi Memeh,
Ia menikah dengan Juhi, putra pertamanya Nyi Eti / Nyi Tewi
Sayim,
Ia menikah dengan Nyi Siti. ia tidak mempunyai anak.
Mimi
Ia menikah dengan Warta putra Nyi Rumsih
Nyi Munasih.
Ia menikah dengan Sartipan putranya Nyi Kursih.
Turunan Latip
Ia merupakan anak Nyi Sedah,. Ia menikah dengan Nyi Namsi, dan mempunyai anak 7, yaitu: Nyi Uyi, Murtawi, Nyi Unah, Dikarta, Nyi ojoh, Aminta, Iwing
Turunan Ahwan Al Ewel,
Ia merupakan putra ke-5 Nyi Sedah. ia mempunyai 3 orang anak, yaitu: Nalsa, Idi, Artian.
Nalsa,
, ia menikah dengan putrinya Nyi Uneh.
Idi,
Ia menikah dengan
Artian.
8. Generasi ke-9
a. Turunan Salwian
Salwian menikah dengan nini Salmiah (Meok) dan mempunyai 5 anak, yang pertama Nyi Suyi, Rusni, Artawi, Kalsawi dan Ulsip
b. Turunan Teki
d.1. Nyi Etet,
Nyi Etet merupakan anak pertama uyut Askin. Ia menikah dengan Sarwian dan mempunyai anak 2, yaitu: Muholim dan Nyi Iyot.
d.2. Aspin,
Aspin merupakan anak kedua dari Uyut Askin. ia hanya mempunyai anak 1 yaitu Sapdi.
d.3. Suyimah,
Suyimah merupakan anak dari Uyut Askin, ia mempunyai anak 1 yang bernama: Ispan
d.4. Nyi Jimah,
Nyi jimah merupakan anak daro Uyut Askin. Ia tidak mempunyai anak.
d.5. Nyi Kamtiah, / Nyi Kastiyah
Nyi Kamtiah merupakan anak dari Uyut Askin. Ia mempunyai anak 1 yang bernama Sarwan.
d.6. nyi Ades,
Nyi ades merupakan anak dari Uyut Askin. Ia tidak mempunyai anak.
d.7 Nyi Rasih,
Nyi rasih merupakan anak dari Uyut Askin. ia mempunyai anak 1 yang bernama Warta.
e.4.h. Nyi elis,
Nyi Elis merupakan putri uyut Akin. ia tidak mempunyai anak
e. Turunan Nyi Uci,
Nyi Uci merupakan anak Uyut Oler yang ke-4. Ia mempuyai 4 orang putra, yaitu: Iyong, Nyi Omoh, Miun, Isad.
e.1. Iyong,
Iyong merupakan anak dari Nyi Uci, ia merantau ke Betawi (jakarta) dan menikah disana dan punya putra disana. Tidak diketahui turunannya.
e.2. Nyi Omoh,
Nyi Omoh merupakan anak dari nyi Uci. Ia tidak mempunyai anak
e.3. Miun,
Miun merupakan anak dari Nyi uci. Ia mempunyai anak 5, yaitu: Rumsiyah, Sultian, Astra Praja, Astijoh dan Jalhawi.
e.4 Isad.
Isad merupakan anak dari Nyi Uci. Ia menikah dengan orang Conggeang. Ia mempunyai 2 anak, yaitu Asan dan salti
f. Turunan Ny. Iyar,
Nyi Iyar merupakan putra yang ke-5 dari Uyut Oler. Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: Nyi Isol, Nyi Idoh, Enyib dan Alsamah
f.1. Nyi Isol,
Nyi Isol merupakan putra dari Nyi Iyar. Ia tidak mempunyai anak.
f.2. Nyi Idoh,
Nyi Idoh merupakan putra dari Ny Iyar. ia tidak mempunyai anak.
f.3. Enyib
Ensib merupakan putra dari Nyi Iyar, ia mempunyai 3 anak, yaitu: Nyi Iyut, Nyi Ramsi, nyi Ahmah
f.4. Alsamah
6. Generasi ke-7
a. Turunan Antol,
Ia mempunyai anak 1, yang bernama Irma
a.1. Irma
Ia mempunyai 2 anak yang bernama Salwian dan Teki.
b. Turunan Nyi. Arsia,
Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: nyi Juminah, Sarpijah, Aswi, Artipan,
c. Turunan Mudaran,
d. Turunan Nyi Antim
Ia menikah dengn Antim dan mempunyai 7 orang anak, yaitu: , Udin, Musayib, Idrus, Enos, Nyi Encah, Teot, Rasta
e. Turunan Nyi Enes
f. Turunan Encum
g. Turunan Nyi Sedah
g.1. Nyi Alsonah,
Nyi Alsonah merupakan putra dari Nyi Sedah. Ia mempunyai anak yag bernama Juwisah Al Icoh.
g.2. Saripan, (empong),
saripan Al empang merupakan anak dari Nyi Sedah. Ia menikah dengan Ma Tijoh, dan mempunyai 6 orang anak, yaitu Nyi Nonoh, Nyi Arni, Ny Karti, Sulbawi, Nyi Aminah, Nyi fatimah
g.3. Nyi Suti,
Ia mempunyai 4 orang anak, yang bernama Nyi Memeh, Sayim, Mimi dan Nyi Munasih.
g.4. Latip,
Ia menikah dengan Nyi Namsi, mempunyai anak 7, yaitu: Nyi Uyi, Murtawi, Nyi Unah, Dikarta, Nyi ojoh, Aminta, Iwing
g.5. Ahwan Al Ewel,
Ia merupakan putra ke-5 Nyi Sedah. ia mempunyai 3 orang anak, yaitu: Nalsa, Idi, Artian.
g.6. Inen
g.7. Bumlet.
Asan
Asan merupakan anak dari Isad. Ia menikah dengan Nyi Ioh, dan mempunyai anak 2 orang yang bernama E. Sona dan Umnasih
7. Generasi ke-8
a. Turunan Irma
Ia mempunyai 2 anak yang bernama Salwian dan Teki.
a.1. Salwian
Salwian menikah dengan nini Salmiah (Meok) dan mempunyai 5 anak, yang pertama Nyi Suyi, Rusni, Artawi, Kalsawi dan Ulsip
a.2. Teki
Ia mempunyai 4 orang anak, yaitu: Nyi Ruspi, Astayib, Kadi, Artayim
Turunan Nyi Alsonah,
Nyi Alsonah merupakan putra dari Nyi Sedah. Ia mempunyai anak yag bernama Juwisah Al Icoh.
Nyi Alsonah merupakan putra dari Nyi Sedah. Ia mempunyai anak yag bernama Juwisah Al Icoh.
Juwisah Al Icoh.
Al Icoh merupakan anak dari Nyi Al Sonah. Ia menikah dengan Emid (Asmuni), dan mempunyai anak 5 orang: Apoh, Nyi Rupi, Ucih, Nyi Acah dan Abi
Turunan Saripan, (empong),
saripan Al empang merupakan anak dari Nyi Sedah. Ia menikah dengan Ma Tijoh, dan mempunyai 6 orang anak, yaitu Nyi Nonoh, Nyi Arni, Ny Karti, Sulbawi, Nyi Aminah, Nyi fatimah
Nyi Nonoh,
Anak pertamanya bernama Nyi Riah
Nyi Arni,
Ia menikah dengan Altijah. Anak pertamanya bernama Pio / Nyi Sarsih
Ny Karti,
Ia menikah dengan Harjo, anak pertamanya Atang Dana Miharja
Sulbawi,
Ia menikah dengan Nyi Icih / Nyi Jojoh. Putra pertamanya Uyo / Ardawi.
Nyi Aminah,
Ia menikah dengan Kahdia. Anak pertamanya bernama Nyi Sukaenah
Nyi fatimah
Ia menikah dengan Abdul/ Aris /Dai, M Muhtar.
Turunan Nyi Suti,
Ia mempunyai 4 orang anak, yang bernama Nyi Memeh, Sayim, Mimi dan Nyi Munasih.
Nyi Memeh,
Ia menikah dengan Juhi, putra pertamanya Nyi Eti / Nyi Tewi
Sayim,
Ia menikah dengan Nyi Siti. ia tidak mempunyai anak.
Mimi
Ia menikah dengan Warta putra Nyi Rumsih
Nyi Munasih.
Ia menikah dengan Sartipan putranya Nyi Kursih.
Turunan Latip
Ia merupakan anak Nyi Sedah,. Ia menikah dengan Nyi Namsi, dan mempunyai anak 7, yaitu: Nyi Uyi, Murtawi, Nyi Unah, Dikarta, Nyi ojoh, Aminta, Iwing
Nyi Uyi,
Ia menikah dengan Mulyani / Endi putra pertamany Murtasan an Nyi Roe.
Murtawi,
Ia menikah dengan orang Pari
Nyi Unah,
Ia menikah dengan Rasid putra pertamanya Uja/ Usen.
Dikarta,
Ia menikah dengan Ny Kasti anak pertamanya Nyi Ayun/ Rosam
Nyi ojoh,
Ia menikah dengan Ujin putra pertamanya Y Sutarja
Aminta,
Ia menikah dengan Mulyani / Endi putra pertamany Murtasan an Nyi Roe.
Murtawi,
Ia menikah dengan orang Pari
Nyi Unah,
Ia menikah dengan Rasid putra pertamanya Uja/ Usen.
Dikarta,
Ia menikah dengan Ny Kasti anak pertamanya Nyi Ayun/ Rosam
Nyi ojoh,
Ia menikah dengan Ujin putra pertamanya Y Sutarja
Aminta,
Ia menikah dengan orang Pari
Iwing
Ia menikah dengan Nyi Jumsih putra pertamanya Nyi Ane.
Turunan Ahwan Al Ewel,
Ia merupakan putra ke-5 Nyi Sedah. ia mempunyai 3 orang anak, yaitu: Nalsa, Idi, Artian.
Nalsa,
, ia menikah dengan putrinya Nyi Uneh.
Idi,
Ia menikah dengan
Artian.
8. Generasi ke-9
a. Turunan Salwian
Salwian menikah dengan nini Salmiah (Meok) dan mempunyai 5 anak, yang pertama Nyi Suyi, Rusni, Artawi, Kalsawi dan Ulsip
a.1. Nyi Suyi,
Ia menikah dengan Jamsani
a.2. Rusni,
Ia menikah dengan Supian Al Keweng. Ia mempunyai anak pertamanya bernama Salma
a.3. Artawi,
Ia menikah dengan Nyi Urti. anak pertamanya Usen,
a.4. Kalsawi
Ia menikah dengan Nyi Salnah putra petamanya Nyi Anesih
a.5. Ulsip
Ia menikah dengan Nyi Nyi Suminah al Minol putra pertamanya Nyi Sukaesih.b. Turunan Teki
Uyut Teki mempunyai 4 orang anak, yaitu: Nyi Ruspi, Astayib, Kadi, Artayim
b.1. Nyi Ruspi,
Ia menikah dengan Kaltawi al Keong putra pertamanya Kasta
b.2. Astayib,
Ia menikah dengan Nyi Sainten putra pertamanya Sandani.
b.3. Kaldi,
Ia menikah dengan Nyi kartisah putra pertamanya Aca
b.4 Artayim
Ia menikah dengan Nyi Saptinah, putra pertamanya Nyi Emun
Buyut Sapdi mempunyai 4 orang
anak, yaitu: Marhasib, Bion, Ujin, dan Uspin.
By Adeng Lukmantara
Sumber:
Sejarah Desa Hariang karya: E. Sona dan Atnawi