Laman

Sabtu, 10 Maret 2018

SUMEDANG, SEJARAH DAN SILSILAH II


Oleh
Peminat Studi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang -Sumedang - Jawa barat


SUMEDANG ERA ISLAM (ERA SUMEDANG LARANG)

Gesekan pertama kerajaan Islam Cirebon Demak dengan Sumedang terjadi di era Kerajaan Pajajaran diperintah oleh Prabu Surawisesa yang berkuasa dari tahun   1521 hingga tahun 1535 M. Selama 14 tahun berkuasa ia telah melakukan peperangan selama 15 kali di berbagai medan laga pertempuran yang berbeda. Dari 15 medan laga salah satunya ada di Sumedang, yang waktu itu dikenal dengan nama Medang Kahiyangan .

Dalam Naskah carita Parahiyangan diungkapkan bahwa terjadi 15 medan peperangan di era Raja Sirawisesa.

...Diganti enya eta ku Prebu Surawisesa, anu hilang di Padaren, Ratu gagah perkosa, teguh jeung gede wawanen.....Perang limawelas kali henteu eleh. Dina ngajalankeun peperangan teh kakuatan baladna aya sarewu jiwa. ... Perang ka Kalapa jeung Aria Burah. Perang ka Tanjung. Perang ka Ancol kiyi. Perang ka Wahanten Girang. Perang ka Simpang. Perang ka Gunungbatu. Perang ka Saungagung. Perang ka Rumbut. Perang ka Gunungbanjar. Perang ka Padang. Perang ka Pagoakan. Perang ka Muntur. Perang ka Hanum. Perang ka Pagerwesi. Perang ka Madangkahiangan. Ti dinya mulang ka pakwan deui. Hanteu naunan deui. Ratu tilar dunya. Lawasna jadi ratu opatwelas taun.

Sumedang atau era Medang Kahiyangan waktu itu yang berkuasa adalah Ratu  Sintawati atau Nyi Mas patuakan yang berkuasa dari tahun 1462 hingga tahun 1530 M, sebagai Raja ketujuh. Ratu Sintawati menikah dengan Sunan Corenda dari kerajaan talaga, putra dari Ratu Simbarkancana dari Kusumalaya  putra Dewa Niskala penguasa Galuh bin Prabu Wastukancana. Dari perkawinannya ini melahirkan anak yang bernama  Satyasih atau dikenal dengan Ratu Inten Dewata atau Ratu Pucuk Umun.

Meskipun Sumedang waktu itu (Medang Kahiyangan) tidak bisa ditaklukan, tetapi karena daerah Talaga dan Sindangkasih  yang merupakan daerah asal suami ratu Sintawati atau Pangeran Corenda  bisa ditaklukan Cirebon, maka terjadi islamisasi yang cukup damai dengan melalui pernikahan anak putri Raja dengan dengan pangeran Cirebon, yaitu dengan mengawinkan Pangeran Santri dengan pewaris tahta Sumedang, yang bernama  Ratu Satiyasih atau bergelar Ratu Inten Dewata, tanpa mengurang daerah kekuasaan Medang kahiyang.  Jadi Islam mulai mendapat pengakuan secara de jure di tanah Sumedang Larang di era tahun 1529 M, dan mendapat pengakuan secara de fakto ketika Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun berkuasa menjadi penguasa Sumedang pada tahun 1530 M.

Dengan demikian Sumedang Larang memasuki era Islam ketika Ratu Setiawati atau dikenal dengan Ratu Pucuk Umum menikah dengan Pangeran Santri. Sehingga ketika Ratu Pcuk Umun mewarisi tahta dari ayah dan ibunya, maka tahta tersebut kemudian menjadi tahta bagi suaminya, Pangeran Santri.

Pangeran Santri dan istrinya Ratu Pucuk Umun merupakan penguasa Sumedang Larang yang beragama Islam pertama kali. Ratu pucuk Umun mengikuti jejak suaminya, Pangeran Santri menjadi muslimah pertama di kalangan istana Sumedang Larang.
Pada masanya, mereka membangun ibukota kerajaan di Kutamaya, dan kemudian  memindahkan ibukota Sumedang Larang  dari Ciguling ke ibukota baru tersebut ( Kutamaya). Dan anaknya, yang kemudian menjadi penggantinya,  Prabu Geusan Ulun lahir diibukota baru tersebut.

A.. MASA KEPRABUAN

1.. Pangeran Santri dan Ratu Inten Dewata

a.. Pangeran Santri (w.1579 M)
Pangeran Kusumahdinata atau terkenal dengan sebutan Pangeran Santri atau dikenal juga dengan nama Ki Gedeng Sumedang, merupakan penguasa (raja) Sumedang larang yang pertama kali menganut agama Islam. Pada agama Islam dijadikan agama resmi kerajaan, dan dia danggap yang berjasa dalam islamisasi di kerajaaan Sumedang Larang.

Pangeran Santri nama aslinya Raden Sholih dan bergelar Pangeran Kusumahdinata, tetapi dikemudian hari lebih dikenal dengan nama Pangeran Santri, karena latar belakang kegamaannya. Ia merupakan cucu dari Syekh Maulana Abdurahman  (Sunan Panjunan) dan  cicit dari Syekh Datuk Kahfi, dan  merupakan putra dari Pangeran Maulana Muhammad. Maulana Muhammad terkenal dengan nama Pangeran Palakaran menikah dengan putri dari Sindangkasih (Majalengka) yang bernama Nyi Amrillah. Dari pernikahan ini lahirlah Ki Gedeng Sumedang atau terkenal juga dengan nama Pangeran Santri.  Ia lahir pada tahun 1505 M.

Syekh Datuk Kahfi adalah  seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekah, dan yang merupakan salah seorang yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di tanah sunda era awal.

Pangeran Santri lahir pada tangga 6 bagian gelap bulan Jesta tahun 1427 M (29 Mei 1505 M), dan dilantik menjadi raja sumedang  pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 Saka (21 Oktober 1530 M), dengan gelar Pangeran Kusumah Dinata, bersama istrinya.

Karena ia masih punya kekerabatan dengan kesultanan Cirebon, setelah mengawini Ratu Pucuk umun, maka Sumedang Larang dengan otomatis berada dalam lingkaran kekuasaan kesultanan Cirebon. Tetapi indenpedensinya tetap terjaga.

Meskipun telah  menjadi penguasa Islam di tanah Sumedang Larang, Pangeran Santri tetap mempertahankan independensi Sumedang dari pengaruh kesultanan Cirebon, dan ia tidak melakukan komplik dengan negara induknya, Pajajaran. Pangeran santri lebih senang melakukan islamisasi di tanah Sumedang daripada ia melakukan komplik horizontal dengan Pajajaran. Karena itu meskipun Sumedang Larang telah Islam, tetapi oleh Pajajaran tidak dianggap  membahayakan bagi kekuasaan Pajajaran. Karena itu ketika Pajajaran jatuh, maka justru mahkota diserahkan kepada putra mahkota atau anak dari Pangeran Santri yang bernama Prabu Geusan Ulun.

Pangeran Santri dinobatkan sebagai Penguasa (raja) Sumedang Larang pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 Saka atau sekitar tanggal  21 Oktober 1530 M. Dan tiga bulan setelah penobatannya, pada tanggal 12 bagian terang bulan Margasira tahun 1452 saka di keraton Pakungwati diselenggarakan perjamuan syukuran untuk merayakan kemenangan kesultanan Cirebon atas Galuh, dan sekaligus merayakan penobatan Pangeran Santri.

Pada masa Pangeran santri berkuasa, Pajajaran sedang diambang kekalahan melawan Pasukan Maulana Yusuf dari Banten. Dan pada tanggal 8 Mei 1579 M (atau tanggal 11 bulan Wesaka 1501 Saka.

Sebelum Pajajaran Jatuh, pada tanggal 22 April 1578 M, pada hari jum’at bertepatan dengan hari idul fitri di keraton Kutamaya Pangera santri menerima 4 Kandaga Lante yang dipimpi oleh Sanghiyang Hawu atau Jaya Perkosa. Dan ketiganya lagi adalah: Batara Dipati Wiradijaya (Nangganan), Sanghiyang Kondang hapa, dan Batara Pancar Buana (Mbah Terong peot).

Pangeran Santri meninggal pada 2 Oktober 1579 M, lima bulan setelah runtuhnya kerajaan Pajajaran, yang diserang oleh tentara kesultanan Banten, dibawah pimpinan Sultan Maulana Yusuf. 

a.1. Silsilah

Pangeran Santri atau Pangeran Kusumah Dinata I merupakan turunan dari ulama, putra dari Pangeran Maulana Muhammad (Pangeran Palakaran), cucu  dari Syekh Maulana Abdurrahman (Sunan Panjunan), cicit dari Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati).
Silislah Pangeran Santri:
  • ·      Nabi Muhammad SAW
  • ·         Fatimah Az Zahra
  • ·         Sayyid Husein
  • ·         Sayyid Ali Zainal Abidin
  • ·         Sayyid Muhammad Al Baqir
  • ·         Sayyid Ja’far as Shadiq
  • ·         Sayyid Ali Al Uraidhi
  • ·         Sayyid Muhammad an Naqib
  • ·         Sayyid ‘Isa Naqib ar Rumi
  • ·         Sayyid Ahmad al Muhajir
  • ·         Sayyid al imam ‘Ubaidillah
  • ·         Sayyid Alawi Awwal
  • ·         Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah
  • ·         Sayyid Alawi Ats Tsani
  • ·         Sayyid Ali Kholi’ Qosim
  • ·         Sayyid Muhammad Sohib Mirbath
  • ·         Sayyid Alawi Ammil Faqih
  • ·         Sayyid Amir Abdul malik al Muhazir azmatkhan
  • ·         Sayyid Abdullah Azmatkhan
  • ·         Abdul Kadir
  • ·         Maulana Isa
  • ·         Datuk Ahmad
  • ·         Syekh Datuk Kahfi / Syekh Nurjati / Syekh Nurul Jati
  • ·          Syekh Maulana Abdurrahman (Sunan Panjunan)
  • ·         Maulana Muhammad (Pangeran Pamelekaran)
  • ·         Pangeran Santri (Pangeran Kusumahdinata)

a.1. Syekh Datuk Kahfi
Syekh Datuk Kahfi merupakan penyebar agama Islam utama di Cirebon dan juga merupakan leluhur Raja dan Bupati Sumedang di era Islam. Ia merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan juga Rara Santang.

Syekh Datuk Kahfi dikenal juga dengan nama Syekh Nurjati atau Syekh Nurul Jati atau dikenal juga dengan nama Syekh Idhofi, merupakan putra Syekh Datuk Ahmad, seorang ulama besar. Syekh Datuk Ahmad merupakan putra dari Maulana Isa yang juga seorang ulama berpengaruh dizamannya. Syekh Datuk Ahmad mempunya adik yang bernama Syekh Datuk Sholeh, ayah dari Syekh Siti Jenar (Abdul Jalil).

Syekh Datuk Kahfi  menuntut ilmu di Mekah, kemudian mengajar di Baghdad. Di baghdad ia sempat menikah dengan Syarifah Halimah, putri dari Ali Nurul Alim putra Jamaluddin Akbar Al Husaini dari kamboja, yang merupakan putra dari Shah Jalaluddin putra Amir Abdullah Khanuddin. Jadi ia menikah dengan saudara secicit.
Dari perkawinannya dengan Syarifah Halimah, Syekh Datuk Kahfi mempunyai 4 orang anak, yaitu:
  • ·         Syekh Abdurrahman bergelar Pangeran Panjunan, merupakan ayah dari Tubagus Angke dan juga Maulana Muhammad, ayah dari Pangeran Santri.
  • ·         Syekh Abdurrahim bergelar Pangeran Kajaksan
  • ·         Fatimah bergelar Syarifah Baghdad, yang menikah dengan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
  • ·         Syekh Datul Khafid atau Syekh Datul Kahfi. Panamaan ini kadang membuat rancu dengan sosok ayahnya, Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati.

Dalam beberapa manuskrif  (babad Cirebon keraton kasepuhan),  keempat anak Syekh Datuk Kahfi ini dijamin nafkahnya oleh kakak ibunya (syarifah Halimah) yang bernama  Syarif Sulaiman yang menjadi raja Baghdad, karena ia mengawini putri dari mahkota raja Baghdad.

Syekh Datuk Kahfi mempunya dua orang adik yaitu:
  • ·     Syekh Bayanullah atauh Syekh Maulana Akbar yang mempunyai perguruan di Mekah, yang kemudian mengikuti kakaknya berda'wah di Cirebon.
  • ·         Dan adik satunya lagi bernama Syekh Maulana Arifin.

a.2. Syekh Syarif Abdurrahman (Pangeran Panjunan)
Syekh Abdurahman atau Syarif Abdurrahman  bergelar Pangeran Panjunan merupakan anak dari Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati dari istrinya Syarifah Halimah, putri Ali Nurul Amin bin Jamaluddin Akbar al Husain..
Syekh Abdurrahman merupakan ayah dari Pangeran Pamelekaran atau Sykh Maulana Muhammad dan merupakan kakek dari Pangeran Santri, raja Sumedang Larang.

a.2.1. Putra Putra Pangeran Panjunan
  • Pangeran Pamelekaran (Syekh Maulana Muhammad)
Pangeran Panjunan menikah dengan Matangsari, putri Agung Japura bin  Amuk Marugul bin Prabu Susuk Tunggal bin Prabu Niskala Wastukancana. Amuk Marugul merupakan saudara dari Nyi Kentrik Mayang Sunda yang dinikahi oleh Sri Baduga Maharaja Prabu Jayadewata.  Matangsari  putri dari keraton Japura yang terletak di Japura Kidul Cirebon. Darinya kemudian melahirkan Pangeran Pamelekaran.
  • Tubagus Angke (Pangeran Jayakarta II
Pangeran Panjunan juga menikah dengan wanita lain putri dari istana Banten dan berputra Pangeran Tubagus Angke atau Pangeran Gedeng Angke yang bergelar Pangeran Jayakarta II .
Tubagus Angke menikah dengan Ratu Ayu Pembayun Fatimah putri dari Fatahillah (pangeran Jayakarta). Tubabagus Angke juga menikah dengan  putri Sultan Maulana Hasanuddin banten , dan dikarunia anak yang bernama Sungerasa Jayawikarta alias Pangeran Jayakarta III

.
a.3. Maulana Muhammad (Pangeran Pamelekaran)
Agama Islam mulai disebarkan di daerah Sumedamg terjadi di era Pangeran Pemelekaran  atau Maulana  Muhamamd bin Syekh Abdurrahman bin Syekh Datuk Kahfi  menikah dengan Nyi Armilah, seorang putri  bangsawan Sindangkasih (Majalengka sekarang).

Dari pernikahan ini maka lahirlah seorang putra yang bernama Raden Sholih yang dikemudian hari terkenal dengan nama Pangeran Santri.. Pangeran Santri lahir pada  tanggal 6 bagian gelap  bulan jesta Tahun 1427 saka atau kira kira tanggal 29 mei 1505 M.

Daerah Sindangkasih merupakan salah satu daerah kekuasaan di Sumedang Larang, dimana kelauarga bangsawan Sumedang Larang banyak terdapat disana, terutama keluarga dari suami Ratu Sintawati atau Nyi Mas patuakan, Sunan Corenda. Dengan demikian hal ini memuluskan islamisasi di tanah Sumedang yang relatif lebih damai.

b.. Ratu Pucuk Umun (mp. 1530-1578M)
Ratu Pucuk umun atau Ratu Inten Dewata  adalah seorang wanita yang merupakan turunan dari Raja Raja Kuno Sumedang. Ia mewarisi tahta dari ayah dan ibunya, Sunan Corenda /Shintawati. Karena ayahnya Sunan Corenda berasal dari Sindangkasih (Majalengka), ada kemungkinan perkawinan dihubungkan dengan sistem kekerabatan. Dan waktu itu Majalengka atau Sindangkasih telah lebih dulu masuk Islam berkat jasa kakek dari Pangeran Santri, Maulana Abdurrahman. Dan ayah Pangeran santri yang bernama Maulana Muhammad, yang menikah dengan salah seorang putri bangsawan yang bernama Nyi Siti Armillah. Kemungkinan  kekerabatan antara ayah Ratu Pucuk Umun (Sunan Corenda) dengan Nyi Amrillah ini yang akhirnya menjodohkan antara angeran Santri dengan Ratu Pucuk Umun (Ratu Inten Dewata). Ratu Pucuk Umun mengikuti keyakinan suaminya, Pangeran Santri, yang beragam Islam. Dengan demikian proses Islamisasi di Sumedang Larang terkesan lebih halus dan tidak terjadi konfrontasi seperti daerah daerah di eks Pajajaran lainnya.

Dari perkawinannya dengan Pangeran Santri, ia dikaruniai 6 anak,yaitu: Pangeran Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun), Kiai Rangga Haji, Kiai Demang Watang  Walakung, Santoan Wirakusumah, Santowaan Cikeruh dan Santowaan Awiluar. Karena merupakan anak pertama, maka Pangeran Angkawijaya kemudian diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya. Satowan Wirakusumah menurunkan keturunan di Pagaden Subang.

Prabu Geusan Ulun merupakan anak pertama pasangan penguasa Sumedang Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun.  Ia lahir pada tanggal 3 bagian terang bulan Srawana tahun 1480 Saka ( 19 Juli 1558 M). Karena anak pertama, kemudian ia diangkat menjadi putra mahkota, dan menggantikan ayah dan ibunya menjadi Raja Sumedang Larang.
Dengan demikian Prabu Geusan Ulun dari pihak ibu merupakan turunan Raja raja Sumedang kuno, sedang dari pihak ayah merupakan turunan pendakwah Islam pertama di tanah sunda, Syekh Datuk Kahfi atau yang terkenal dengan nama Syekh Nurjati.

c. Keturunan
Dari perkawinan Pangeran Santri dan ratu Pucuk Umun, ia dikaruniai 6 anak,yaitu: Pangeran Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun), Kiai Rangga Haji, Kiai Demang Watang  Walakung, Santoan Wirakusumah, Santowaan Cikeruh dan Santowaan Awiluar.  

c.1. Pangeran Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun), 
Karena merupakan anak pertama, maka Pangeran Angkawijaya kemudian diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya.

c.2. Kiai Rangga Daji, 
Kiai Rangga Daji atau Demang Rangga Daji adalah orang yang mengalahkan Aia Kuda Panjalu di Narimbang supaya memeluk agama Islam.
Kiai Rangga Daji  mempunyai 3 orang anak: 
  • Santoan Anut Nangga, Santoan Anut Nangga  mempunyai 1 orang anak, yang bernama Nyi Mas Sacagati.
  • Santoan Anut Paraja . 
  •  Santoan Ngabehi . 

c.3. Kiai Demang Watang di Walakung, 

c.4. Santowaan Wirakusumah, 
Satowan Wirakusumah menurunkan keturunan di Pagaden Subang. Ia mempunyai seorang anak yang bernama:Raden Anggawangsa. 

c.4.1. Raden Anggawangsa 
Raden Angga Wangsa ini mempunyai anak 7 orang, yaitu: 
·         Kiai Angga Puspa, 
·         Kiai Paraja Dipa, 
·         NM Kita, 
·         Kiai Waramanggala, 
·         NMA Keteb 
·         Kiai Naya Puspa. Kiai Naya Puspa mempunyai anak 9 orang, yaitu: Kiai Angga Poespa, Kiai Angga Koesoemah, Kiai Najakoesoemah , Rd. Wirakoesoemah, Kiai Wirakoesoemah, NM. Natawoelan, Kiai Bangsawiria, Kiai Anggadinata, Kiai Soerakoesoemah . 

c.5. Santowaan Cikeruh  
c.6. Santowaan Awiluar. 

2.. Prabu Geusan Ulun
Prabu Geusan Ulun merupakan anak pertama pasangan penguasa Sumedang Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun.  Ia lahir pada tanggal 3 bagian terang bulan Srawana tahun 1480 Saka ( 19 Juli 1558 M). Karena anak pertama, kemudian ia diangkat menjadi putra mahkota, dan menggantikan ayah dan ibunya menjadi Raja Sumedang Larang.

Dengan demikian Prabu Geusan Ulun dari pihak ibu merupakan turunan Raja raja Sumedang kuno, sedang dari pihak ayah merupakan turunan pendakwah Islam pertama di tanah sunda, Syekh Datuk Kahfi atau yang terkenal dengan nama Syekh Nurjati.

a.. Tanah Sunda Hingga Awal Tahun 1579 M
Di tanah Sunda hingga awal tahun 1579 M terdapat 3 kekuasaan besar di tatar Sunda yang sudah menganut agama Islam, yaitu Kesultanan Cirebon di bawah pimpinan Panembahan Ratu, Sumedang Larang di bawah pimpinan Pangeran Santri, Kesultanan Cirebon dibawah pimpinan pimpinan Sultan Maulana Yusuf.

Jika kesultanan Cirebon sangat agresif menyerang kerajaan Pajajaran di bagian timur dan selatan yang berbasis kerajaan Galuh, dan sebelum tahun tahun 1530 M, wilayah tersebut dapat dikuasai. Dan puncaknya dengan perkawinan putri  Raja Sumedang Larang dengan Bangsawan dari Cirebon menandai dominasi kesultanan Cirebon di bekas tanah Galuh. Meskipun berbeda dengan wilayah lain, Sumedang Larang etap menjaga independensinya sebagai negarayang merdeka. Sehingga pada tahun 1530 M diadakan syukuran diibukota kerajaan Cirebon di Pakungwati,  perayaan kemanangan Cirebon atas Galuh dan juga penobatan Pangeran Santri sebagai Raja Sumedang Larang, yang merupakan kerabat dari sultan cirebon itu sendiri.

Sedang di wilayah bagian barat, kesultanan Banten sedang berada diatas angin. Setelah Sunan Gunung Jati meninggal. Hasanuddin mengeksiskan diri menjadi kesultanan yang terpisah dari Cirebon, dan memproklamirkan dirinya sebagai penguasa pertama (sultan) yang independen di wilayah banten. Sehingga Sultan Maualana Hasanuddin dan diteruskan oleh anaknya, Sultan Maulana Yusuf   sangat agresif untuk menaklukan pusat Ibukota pajajaran di Pakuan. Dan puncaknya terjadi di era sultan maulana Yusuf berkuasa, ibukota Pajajaran, Pakuan dapt ia taklukan pada tahun 1579 M. Tepatnya pakuan jatuh pada tanggal 8 Mei 1579 M, seperti diungkapkan dalam kitab Pustaka Nusantara,  tentang kejatuhan ibukota kerajaan Pajajaran, Pakuan, disebutkan: ” Pajajaran sirna  ing ekadasa suklapaksa wesakamasa sewu limang atus punjul siki ikang sakakala” ( Pajajaran lenyap pada tanggal 11 bagian terang bulan wesaka tahun 1501 saka). Tanggal tersebut bertepatan  dengan 8 Mei 1579 M.

Karena masih keturunan dari Sri Baduga Maharaja Prabu Jayadewata atau Prabu Siliwangi dari istrinya Subang Larang, Sulltan Maulana Yusuf merasa paling berhak atas tahta di wilayah Pajajaran. Disamping itu juga secara silsilah, ia juga merupakan paling berhal atas tahta sunda di eks Pajajaran, karena baik di pihak bapak dan dari pihak ibu, masuh turunan bangsawan Sunda. Dan mungkin ia juga menegetahui bahwa raja raja sunda merupakan turunan dari raja raja di banten sebelumnya, yaitu dari kerajaan Salakanagara di sekitar Pandeglang sekarang. Jadi Sultan Maulana Yusuf seolah ingin membuktikan bahwa dirinyalah yang paling berhal atas tahta Pakuan. Karena itu ia sangat agresif menyerang ibukota Pakuan, meskipun ibukota tersebut sudah ditinggalkan oleh rajanya sejak tahun 1567 M.

Untuk mendapatkan legitimasi sebagai raja Sunda, Sultan maulana Yusuf setidaknya mengincar 2pusaka kerajaan Pajajaran yang menjadi simbol  menjadi penguasa di tanah Sunda tersebut, yaitu Mahkota kerajaan yang terkenal dengan nama Sang Binokasih, dan tempat penisbatan raja raja Sunda yang dikenal dengan nama Palangka Sriman Sri Wacana.

Setelah ibukota pakuan dapat ditaklukan pada tahun 1579 M, Sultan Maulana Yusuf hanya bisa memboyong tempat penisbahan raja raja palangka Sriman Sriwacana, sedangkan Mahkota sang Binokasih diselamatkan oleh 4 Senopati utama kerajaan Pajajaran yang disebut Kandaga Lante untuk diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun di kerajaan umedang Larang. Ke-4 kandaga Lante tersebut adalah: Jaya perkosa (Sanghiyang Hawu ), Batara Adipati Wiradijaya (Nangganan), Sanghiyang Kondanghapa dan Batara Pencar Buang (Embah Terong peot).

Ke-4 Kandaga lante berhasil menyelamatkan atribut pakaian kebesaran maharaja Sunda, yang terdri dari: mahkota emas simbol kekuasaan raja Pakuan,  kalung bersusun 2 dan 3, serta perhiasan lainnya, seperti benten, siger, tampekan dan kilat bahu. Atribut-atribut  kebeesaaran tersebut kemudian diserahkan kepada raden Angkawijaya, putra Ratu Inten Dewata (1530-1579 M) yang kemudian naik tahta Sumedang larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun (mp. 1579-1601 M).

Karena sikapnya yang tidak kompromis dari Sultan maualan Yusuf, para bangsawan Pajajaran yang masih tersisa seolah enggan untuk menyeerah, dan menyerahkan lambang kebesaran kerajaan Sunda tersebut kepada Sultan maulana Yusuf tersebut. Karena itu mereka kemudian mencari sosok dari turunan raja raja Sunda yng masih eksis di bekas kerajaan Pajajaran. Kerajaan galuh yang berhak atas tahta tersebut, telah kehilangan tahtanya sejak ahun 1530 M, sejak kekalahannya dari penguasaCirebon. Dan hanya 1 turunan raja raja Sunda tempo dulu yang masih eksis dan independen, meskipun secara agama ia telah menganut agamaIslam, yaitu Pangeran Angkawijaya di kerajaan Sumedang larang.

Tahun penaklukan ibukota Pajajaran hampir sama dengan meninggalnya penguasa Sumedang larang, pangeran Santri. Sehingga tahta Sumedang secara otomatis jatuh kepada Pangeran Angkawiajaya, yang bergelar Prabu Geusan Ulun. Meskipun ibukota Pakuan dapat ditaklukan oleh Sultan Maulana yusuf, tidak berarti seluruh kekuasaan Pajajaran jatuh padanya. Bahkan karena mahkota kerajaan Jatuh tangan Prabu Geusan Ulun, maka kekuasaan Pajajaran yang tidak dikuasai oleh kesultanan Cirebon dan juga Banten menjadi milik kekuasaan Sumedang Larang.

a.1. Kandaga Lante
Ke-4 kandaga Lante tersebut adalah: Jaya perkosa (Sanghiyang Hawu ), Batara Adipati Wiradijaya (Nangganan), Sanghiyang Kondanghapa dan Batara Pencar Buang (Embah Terong peot).

a.1.1. Jaya perkosa (Sanghiyang Hawu )
Patilasannya berada di Dayeuh luhur, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang. Di dekat sana juga terdapat makam Prabu Geusan dan Ratu Harisbaya. namun makamnya ada di Desa Komplek Makam Sutra Ngumbar dan Sutra Bandera desa Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan.

a.1.2.Batara Adipati Wiradijaya (Nangganan)
Makam Batara Adipati Wiradijaya (Nangganan) ada di Dusun Cileuweung, Desa Sukaweuning, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang.

a.1.3.Sanghiyang Kondanghapa
Makam Sanghiyang Kondanghapa berada di di Dusun Cileuweung, Desa Sukaweuning, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang.

a.1.4.Batara Pencar Buang (Embah Terong peot).
Makam Batara Pancar Buana / Terong Peot / Ki Jagalawang  berada  di Dusun Batugara, Desa Batugara, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang.

b.. Prabu Geusan Ulun menjadi raja kerajaan Sumedang Larang.
Sebelum Pangeran Santri, ayah Prabu Geusan Ulun meninggal pada 2 Oktober 1579 M. Pada tanggal 22 April 1578 M, pada hari jum’at bertepatan dengan hari idul fitri di keraton Kutamaya Pangera santri kedatangan 4 Kandaga Lante dari Pajajaran yang dipimpin oleh Sanghiyang Hawu atau Jaya Perkosa. Dan ketiganya lagi adalah: Batara Dipati Wiradijaya (Nangganan), Sanghiyang Kondang hapa, dan batara Pancar buana (bah Terong peot). Mereka membawa atribut lambang kekuasaan Pajajaran, berupa mahkota Binokasih dan lainnya, untuk dipersembahkan kepada putra mahkota Sumedang Larang, Prabu Geusan Ulun, sebagai lambang pewaris kerajaan Pajajaran.

Dan tidak lama setelah peristiwa itu, Pangeran Santri meninggal pada 2 Oktober 1579 M. Dan secara otomatis Pangeran Angkawirya dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahnya,dengan gelar Prabu Geusan Ulun. Dengan demikian ia kemudia memeiliki keabsahaan sebagai penguasa Sumedang larang dan juga mewarisi wilyah eks pajajaran yang tidakk dikuasai oleh Banten dan Cirebon.

Jaya Perkosa amerupakan seorang senopatii kerajaan Pajajaran. Batara Wiradijaya atau sekarang disebut dengan Mbah Nangganan, dimasa pajajaran menjabat sebagai Nangganan.  Batara

c.. Konstalasi Politik Bekas kerajaan Demak Setelah Sultan Trenggana Meninggal
Setelah Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 M,  kerajaan Demak berada diambang kehancuran. Pengganti Sultan Trenggono,  putranya yang bernama Sunan Prawoto terbunuh pada tahun 1549 M dalam perang melawan Arya Penangsang (sepupu Prawoto) yang menjabat Bupati Jipang. Arya Penangsang menganggap bahwa dirinya yang berhak menjadi sultan menggantikan Sultan trenggono.   Hadiwijaya atau Joko Tingkir yang merupakan menantu Sultan Trenggono jaga menganggap dirinya berhak menjadi raja Demak, karena ia merupakan menantu Sang raja, dan hal ini mendapat dukungan dari Ratu kalinyamat (bupati Jepara) yang juga merupakan adik Prawoto. Hadiwijaya kemudian mengadakan Sayembara, bahwa yang dapat mengalahkan Arya penangsang, akan mendapat wilayah Pati dan Mataram. Dan sayembara ini diikuti oleh  Ki ageng pamanahan dan Ki Penjawi. Dan Arya Penangsang dapat dikalahkan. Karena jasanya tersebut, kemudian Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah di mataram, sedang KiPenjawi mendapat tanah di Pati.

Setelah menjadi raja, Hadiwijaya kemudian memindahkan ibukotanya dari Demak ke Pajang. Setelah hadiwijaya meninggal tahun 1582 M, terjadi perebutan kekuasaan antara putra bungsu hadiwijaya yang bernama Pangeran benawa, dan menantunya (suami anak pertama sang raja) yang bernama Arya Pengiri, yang merupakan putra dari Sunan Prawoto. Dengan dukungan panembahan Kudus, dan juga perkawinan anaknya, ratu Harisbaya  dengan Sultan Cirebon, akhirnya Arya Pengiri naik tahta menjadi raja pada tahun 1583 M.  Pada awalnya sultan Cirebon, panembahan ratu mendukung Pangeran Benawa, tetapi karena perkawinan dengan anaknya, akhirnya panembahan Ratu mendukung Arya Pangiri. Tetapi pada tahun 1586M, Pangeran Benawa dengan bantuan Sutawijaya dari mataram memberontak terhadap Arya pangiri, dan arya pangiri dapat dikalahkan. Pada tahun itu juga akhirnya pangeran benawa menjadi raja Pajang yang ketiga hingga tahun 1587 M. Setelah itu Pajang menjadi bawahan sutawijaya dari mataram.

d.. Berkunjung Ke Demak dan Pajang
Setelah Prabu Geusan Ulun berkuasa pada tahun 1579 M, tidak lama setelah itu, ia melakukan kunjungan ke Demak dan Pajang. Waktu itu kekuasaan Islam di jawa berpusat di Pajang dengan rajannya, Hadiwijaya atau Joko Tingkir.

Prabu Geusan Ulun merupakan turunan bangsawan islam yang disegani. Ia berkunjung ke Pajang kemungkinan besar untuk mempelajari agama dan sistem pemerintahan di negeri itu. . Disini ia berjumpa dengan Ratu Harisbaya, dan kemungkinan sudah ada benang cinta diantara mereka berdua.

Tetapi setelah Joko Tingkir meninggal pada tahun 1582 M, terjadi perebutan kekuasaan. Sebagian ulama dan pembesar ada yang mendukung suami anak pertama raja yang bernama Arya Pangiri, yang juga anak dari Sunan Prawoto. Dan ada pula yang mendukung anak bungsu Joko Tingkir yang bernama pangeran Benawa. Dan salah satu yang mendukung Pangeran Benawa adalah Panembahan Ratu yang merupakan sultan Cirebon. Untuk mendapat dukungan panembahan ratu, akhirnya Arya pangiri menikahkan anaknya, yang bernama Ratu Harisbaya dengan Panembahan ratu.

Ratu Harisbaya terkenal akan kecantikannya. Ia merupakan putri Pajang  berdarah Madura.. Latar belakang Arya Pangiri menjodohkan anaknya, ratu Harisbaya, dengan Panembahan Ratu, penguasa Cirebon, agar Panembahan Ratu bersifat netral. Karena setelah raja Pajang atau  Hadiwijaya (Joko Tingkir),  meninggal terjadi perebutan kekuasaan di keraton Pajang, yang didukung oleh Panembahan Ratu, yang menghendaki yang menggantikan Hadiwijaya adalah Pangeran Banowo putra bungsunya. Tetapi dipihak turunan  keluarga Sultan Trenggono di Demak menghendaki Arya Pangiri putra Sunan Prawoto, dan merupakan menantu Hadiwijaya. Karena itu kenetralan Panembahan Ratu, akhirnya Arya pangiri kemudian yang menjadi penguasa Pajang berikutnya.

Setelah kunjungan selesai, akhirnya Prabu Geusan Ulun meninggalkan Pajang, dan singgah di keraton kesultanan Cirebon, dan disambut  oleh panembahan Ratu, penguasa Cirebon, yang secara silsilah masih paman.

Di keraton Cirebon, iaberjumpa kembali dengan Ratu harisbaya. Ratu harisbaya memintanya  untuk membawanya ke Sumedang. Hal ini ditolak oleh Prabu Geusan Ulun, karena akan merusak kekerabatannya dengan Sultan Cirebon tersebut. Tetapi ketika rombongan raja Prabu Geusan Ulun meninggalkan Cirebon, Ratu Harisbaya, mengikutinya. Dan ketika di perjalanan diketahui, bahwa Sang ratu ikut dalam rombongan, dan ia disuruh kembali, ia mengancam akan bunuh diri. Dilema bagi sang Prabu, yang akhirnya membawanya ke Sumedang.

Mengetahui istrinya ikut dalam rombongan Prabu Geusan Ulun. Maka Sultan Cirebon marah besar, maka terjadi perselisihan antara kedua kerajaan tersebut. Panembahan Ratu memintanya untuk mengembalikan Ratu Harisbaya tersebut, sehingga ia mempersiapkan tentaranya untuk mengejar rombongan kerajaan Sumedang. Tetapi tentaranya itu dapat dipukul mundur oleh pasukan Sumedang.

Peristiwa Ratu harisbaya ini memancing peperangan antar kedua kerajaaan tersebut. Dan untuk antispasi keamanan, maka ibukota kerajaan kemudian dipindahkan ke daerah yang lebih tinggi di Dayeuh Luhur.

Dengan mediasi kerajan mataram, akhirnya disepakati bahwa Panembahan Ratu akan menceraikan Ratu Hariasbaya, dengan syarat Talak, bahwa wilayah Sindangkasih  (Majalengka sekarang) harus diberikan ke Cirebon.

c. Kemarahan Jaya Perkosa
Ketika ada mediasi antara Prabu Geusan Ulun dengan Panembahan ratu dari Cirebon, dengan memberikan talak berupamenyerahkan wilayah Sindangkasih (majalengka sekarang) membuat Jaya perkosa marah besar.

Jaya Perkosa melihat bahwa Cirebon waktu itu merupakan negara terlemah di bekas kerajaan pajajaran. Karena itu ia kemudian berencana untuk menguasai kembali wilayah Cirebon jika terjadi peperangan besar antara Sumedang Larang dan kerajaan Cirebon. Karena kekusaan baik kesltanan Pajang atau kesultanan banten sedang berada dalamperpecahan intern.

Dia termasuk seorang mantan pembesar pajajaran  yang idealis. Dengan peristiwaHarisbaya seolah menjadikan awal dalam upaya upaya tersebut.  Setidaknya dengan peristiwaHarisbaya dapatmempermalukan kesultanan Cirebon. Sehingga kemungkinan mereka akan menyerang ke Sumedang. Dan jika menyerang ada kemungkinan pasukanannya dapat dikalahkan.

Tetapi dengan pemberian talak wilayah Sindangkasih (Majalengka) kepada Cirebon, seolah perjuangannya  memberikan mahkota ke Prabu Geusan Ulun sia sia. Karean ia sekuat tenaga mempertahankan wilayahnya, meskipun sejengkal ia pertahankan. Tetapi hanya karena peristiwa wanita, seolah segala usahanya dianggap sia sia.  Karena itu setelah itu ia bersumpah untuk tidak lagi mengabdi kepada penguasa setelahnya.

Daerah Kekuasaan Prabu Geusan Ulun
Setelah mewarisi mahkota kerajaan Pajajaran yang dibawa oleh 4 Kandaga Lante Pajajaran. Maka secara otomatis kekuasaan Sumedang Larang meewarisi seluruh kekuasaan Pajajaran yang tidak dikuasai oleh Kesultanan Cirebon dan juga kesulatanan Banten. Dan menurut babad, daerah kekuasaannya meliputi di sebelah timur dibatasi oleh sungai Cipamali. Disebelah barat dibatasi oleh Sungai Cisadane. Dan sebelah utara (Bekasi, karawang,Bogor, Sukabumi, Cianjur, Subang, Bandung dan Indramayu) dan selatan (Tasikmalaya, Sukabumi,Garut, Ciamis) dibatasi oleh laut. Kekuasannya di timur hingga Cilacap, Purwekerto, Purbalingga dan lain sebagainya.

d. Keturunan
Prabu Geusan Ulun mempunyai 3 orang istri: Ny Mas Gedeng Waru, Ratu Harisbaya dan  Ny. Mas Pasarean

d.1. Pernikahan Geusan Ulun dengan Ny Mas Gedeng Waru 
Ratu Nyimas Cukang Gede Waru (adalah istri pertama dari Prabu Geusan Ulun), adalah salah seorang putra daripada Sunan Pada.  
Makamnya berada di Dusun Cigobang, Desa Cikondang, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang, 
·         Pangeran Rangga Gede Kusumah dinata IV. 
·         Rd. Aria Wiraradja ., I . 
·         Kiai Kadu Rangga Gede . 
·         Kiai Rangga Patra Kelana . 
·         Kiai Aria Rangga Pati . 
·         Kiai Ngb. Watang . 
·         NM. Dmg. Tjipakoe . 
·         NM. Ngb. Martayuda . 
·         NM. Rangga Wiratama . 
·         Rd. Rg. Nitinagara atau Dlm Rg Nitinagara .
·         NM. Rangga Pamade . 
·         NM. Dipati Ukur . 
·         Pangeran Tmg. Tegal Kalong . 
·         Kiai Dmg. Cipaku.

d.1.1. Pangeran Rangga Gede Kusumah dinata IV. 
Pangeran Rangga Gede (Pangeran Kusumah Dinata III), dengan melahirkan keturunan para Bupati Sumedang Larang.
Makam Pangeran Rangga Gede di Panday Kelurahan Talun Kecamatan Sumedang Selatan Kota Sumedang

d.1.2. Rd. Aria Wiraradja  I . 
Dalem Aria Wiraraja 1, yang melahirkan keturunan di Lemah Beureum Darmawangi (Tomo Sumedang) juga ke Serpong Lengkong (Tangerang).
R. Aria Wiraraja 1 ini mempunyai dua orang anak, yaitu: Rd. Wiraraja  II dan NM. Nurteja. 

d.1.2.1. Rd. Wiraraja  II
Anaknya yang kedua ini mengambil  nama sama denganya yaitu Rd. Wiraradja  II. Namanya adalah Raden Aria Wangsa Kara.

Sekarang makam Raden Aria Wiraraja II ada di Lengkong Serpong Tanggerang. Disana ia dikenal sebagai ulama dan ahli ilmu falak dengan nama Raden Aria Wangsakara disebut juga Imam Wangsaraja atau Pangeran Wiraraja II.

Dalam kisah dari Serpong dikatakan bahwa R. Aria Wiraraja 1 bergelar Pangeran Lemah Beureum Ratu Sumedang Larang beristri Putri Dewi Cipta putri Raden Kidang Palakaran cucu Pucuk Umun dari Banten. Makam Aria Wiraraja 1 ada di Darmawangi Tomo kabupaten Sumedang. Sedang anaknya Raden Aria Wangsakara pergi ke Banten Tanggerang karena sikap anti Belandanya (VOC).

Raden Aria Wangsakara  gugur ketika perang dengan VOC brelanda bersama dua saudaranya yakni Raden Aria Santika dan Raden Aria Yudhanegara. Raden Aria Santika dimakamkan  di Kramat Asem Batu Ceper Tangerang,  Raden Aria Yudhanegara gugur pada tahun 1718 dan dimakamkan di Sangiang Jati Uwung Tangerang dan pada tahun 1720 Raden Aria Wangsakara gugur di Ciledug dan dimakamkan di Lengkong Kyai atau yang saat ini dikenal sebagai Lengkong Kulon Pagedangan Tangerang.

d.1.2.2 NM Nurteja
Ia mempunyai anak satu, dalam silsilah Sumedang anaknya, yaitu R. Wiraraja III, mengambil nama yang sama dengan kakeknya, Wiraraja I.

d.1.3.  Kiai Kadu Rangga Gede . 

d.1.4.  Kiai Rangga Patra Kelana . 
Kiai Rangga Patra Kelana atau Kiai Rangga Patra  Kalasa  atau Pangeran Rangga  Permana. Ia menikah dengan Nyi Tanduran Ageung dari Galuh dan menjadi Raja Galuh Kertabumi ke-1, Yng berkuasa dari tahun 1585-1602 M. Dan ia merupakan leluhur Galuh Kertabumi dan karawang.

Pangeran Rangga Permana bin Prabu Geusan Ulun  bergelar Prabu di Muntur menikah dengan Nyi Tanduran Ageung. Dari perkawinannya ia mempunyai 2 orang putra:
·         Maraja Cipta bergelar Adipati Kertabumi II. Maraja Cipta ini merupakan mertua dari Adipati Panaekan (bupati Nagara tengah)
·         Raden Kanduruan Singaperbangsa  bergelar Adipati Kertabumi III. Ia menurunkan para bupati Galuh Kertabumi / Ciancang, yaitu sebagai berikut:
ü  Raden Adipati Singaperbangsa II atau Raden Pagergunung dan bergelar Adipati Kertabmi IV (mp. 1618-1641). Ia merupakan putra dari Adipati Kertabumi III
ü  Kanduruan Singaperbangsa III bergelar Adipati Kertabumi V (mp. 1641-1654 M)
ü  Raden Wirasuta disebut Mas Galak atau Kanduruan Singaperbangsa IV (mp. 1654-1656 M). Ia merupakan bupati Kertabumi terakhir, yang kemudian pindah ke Karawang menjadi Bupati Karawang pertama dengan gelar Dalem Panatayuda I (mp. 1679-1721 M). Karena pada tahun 1679 daerah arawang dijadikan Kabupaten, maka ia menjadi bupati Karawang pertama. Dialah yang menurunkan para bupati Karawang berikutnya, yaitu:
Ø  Dalem Panatayuda II (mp. 1721-1732 M)
Ø  Dalem Panatayda III (mp. 1732-1752 M)
Ø  Raden Apun Balon / Dalem Panatayuda IV (mp. 1752-1783 M)
Ø  Raden Singasari / Dalem Panatayuda V (mp. 1783-1809 M). Pada tahun 1809 Dalem Panatayuda V diangkat menjadi bupati Brebes dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I. Dan putranya yang bernama Raden Sastrapraja (demang karawang) menjalankan pemerintahan kabupaten karawang sampai kekosongan bupati diisi ileh Dalem Surialaga II (mp. 1811-1813 m), yang merupakan putra Dalem Surialaga I (bupati Sumedang).
Sejak tahn 1813-1821 M, pemerintah tidak mengangkat bupati di karawag, dan daerah Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru pada tahun 1821 M kabupaten karawang didirikan kembali hingga kini.
ü  Rden Candramerta (1676-1681)
ü  Raden Jayanagara (1681-1683)
ü  Raden Puspanagara (1683-1685)
ü  Panembahan Wargamanggala (1685-1700)
ü  Dalem Candranaga (1700-1714)
ü  Ny Rd Ayu Rajakusumah (bupati istri) ( 1714-1718)
ü  Dalem Kertayana / Dalem Wiramantri I (1718-1736), merupakan siami dari NRA Rajakusumah
ü  Dalem Wiramantri II (1736-1762)
ü  Dalem Wiramantri III (1762-1787)
ü  Dalem Wiramantri IV (1787-1803), kabupaten utama
ü  Raden Demang Wirantaka (1803-1811), dan merupakan bupati terakhir . Pada tahun 1811 kabupaten Utama-Ciamis-Banagara disatukan menjadi satu kabupaten Ciamis hingga sekarang.

d.1.5. Kiai Aria Rangga Pati . 
Kyai Aria Ranggapati, melahirkan keturunan ke Haur Kuning.

d.1.6. Kiai Ngb. Watang . 

d.1.7. NM. Dmg. Cipaku 

d.1.8. NM. Ngb. Martajoeda .
Nyi Mas Ngabehi Martayuda, melahirkan keturunan ke Ciawi Tasikmalaya.

d.1.9. NM. Rangga Wiratama . 
Ia pindah ke Cibeureum dan melahirkan keturunan disana.

d.1.10. Rd. Rg. Nitinagara 
Raden Rangga Nitinagara atau Dalem Rangga Nitinagara, melahirkan keturunan ke Pagaden Pamanukan Subang. Karena itu Raden Rangga Nitinagara selalu dikaitkan dengan nama Pagaden.  Ia diperkirakan lahir tahun 1587 M, dan beremigrasi ke daerah Pagaden dan Pamanukan.
Ia mempunyai 5 orang anak, yaitu:
·         Dalem Panengan atau Dalem Rangga Panengah .
·         Dalem Jayapuspa 
·         Kiai Parayasuta atau Dalem Nayapuspa.
·         R. Anggapuspa .
·         NM. Gempler atau NR Gemblek 

d.1.10.1. Dalem Panengan 
Dalem Panengah atau Dalem Rangga Panengah  menikah dengan NR Embah Nyai atau NR Timbanganten, dan mempunyai 14 anak:
NRA. Sepoeh . 
·         Dlm. Wangsatanoe ., I . 
·         Rd. Dipakoesoemah . 
·         Rd. Sastra . 
·         Rd. Anggaredja . 
·         NR. Mantri . 
·         Rd. Adinagara . 
·         NM. Nakilah . 
·         Kiai Djawirja . 
·         Kiai Poespawirija . 
·         Kiai Anggadidjaja . 
·         NM. Arsa . 
·         NM. Moelja . 
·         Kiai Dipanata 

d.1.10.2. Dalem Jayapuspa 
Ia mempunyai satu orang anak yang bernama: Dalem Cilandak

d.1.10.3. Kiai Parayasuta atau Dalem Nayapuspa.
Ia mempunyai 5 orang anak, yaitu:
·         Dlm. Istri Garwa Dlm Pnb Pegaden . 
·         Rd. Najakoesoemah . 
·         Rd. Wirakoesoekah . 
·         Rd. Wiradikoesoemah . 
·         NR. Bandoeng . 

d.1.10.4. R. Anggapuspa .

d.1.10.5.NM. Gempler atau NR Gemblek 

d.1.11. NM. Rangga Pamade . 

d.1.12. NM. Dipati Ukur . 
Nyi Mas Diapati Ukur atau Enden Saribanon menikah dengan Adipati Ukur, sehingga dikemudian hari dikenal dengan Nyi Mas Dipati Ukur. Ia mengikuti Dipati Ukur ke Bandung (tatar Ukur). Adipati Ukur nama sebenarnya Adipati Wangsanata atau Wangsataruna, pengausa tatar Ukur.

d.1.13. Pangeran Tmg. Tegal Kalong
Ia mempunyai 1 orang anak yang bernama NR. Radjakoesoemah . 

d.1.14. Kiai Demang Cipaku
Kiai Demang Cipaku pindah (emigrasi) ke  daerah Dayeuh Luhur, dan menurunkan keturunan disana.
Ia mempunyai 3 orang anak yaitu:
·         Kiai Aryatiron . 
·         Kiai Pulangjiwa . 
·         Dlm. Dmg. Cipaku

d.2. Pernikahan Geusan Ulun dengan Ratu Harisbaya 
Dari pernikahannya, ia  mempunyai anak yang bernama Pangeran Aria Suriadiwangsa bergelar  Rangga Gempol I dan Kusumah Dinata III

Pada tahun 1624  Aria Soeriadiwangsa (Rangga Gempol / Rangga Gempol 1),  diperintahkan oleh Sultan Agung untuk menaklukan Madura, namun setelah Madura ditaklukan Mataram, pada tahun yang sama Aria Soeriadiwangsa (Rangga Gempol 1) wafat di Mataram dan dimakamkan di Lempuyanganwangi

Pangeran Rangga Gempol I mempunya 5 orang anak, yaitu:
·         Rd. Kartadjiwa . 
·         Rd. Mangoenrana . 
·         Rd. Tampangkil . 
·         NR. Soemalintang . 
·         NR. Noestawijah . 

d.3. Pernikahan Geusan Ulun dengan Ny. Mas Pasarean 

Pernikahan Geusan Ulun dengan Ny. Mas Pasarean tidak diceritakan punya anak.

(lanjut............)

Daftar Pustaka



  •  Latif, R.  Abdul, R. Supian Apandi, R, Lucky Dj. S, Insun Medal Insun Madangan Sumedang Larang,  Sumedang, 2008
  • Soedradjat, Ade Tjanker, Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri Alias Pangeran Kosesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530-1578, Yayasan Pangeran Sumedang, 1996
  • Dan dari berbagai sumber internet 
Sumber ; dari berbagai Sumber