Oleh:
Adeng Lukmantara
Peminat Studi Peradaban Sunda dan Islam
Pengantar
Tulisan ini merupakan sejarah lanjutan dari tulisan yang sebelumnya tentang sejarah Sumedang yang diberi judul Sumedang, Sejarah dan Silsilah. Penamaan dengan menggunakan angka I, II dan seterusnya merupakan suatu upaya untuk mempermudah penyimpanan file.
Jika Sumedang, Sejarah dan Silsilah I membahas tentang Sumedang Era Klasik atau bisa disebut dengan nama Medang Kahiyangan, Sumedang , Sejarah dan Silsilah II membahas tentang Sumedang era Islam atau disebut dengan Era Sumedang Larang. Sumedang, Sejarah dan Silsilah III bercerita sejarah Sumedang di era Kolonial Mataram, dst
SUMEDANG ERA KABUPATIAN KAWEDANAAN
1.
Pangeran Rangga Gempol I
Pangeran
Rangga Gempol I atau Pangeran Suriadiwangsa berkuasa di kerjaan Sumedang
Larang pada tahun 1601 M (ada yang mengatakan tahun 1603 atau 1610 M) hingga
1925 M. Pada awlanya ia berkuasa di era keprabuan yang independen, tetapi pada
tahun 1620 M menjadi bawahan Mataram.
Nama
aslinya adalah Pangeran Suriadiwangsa dan bergelar Rangga Gempol I dan bergelar juga Pangeran Kusumah Dinata III. Pangeran
Rangga Gempol I merupakan putra Geusan Ulun dari istrinya Ratu Harisbaya.
Ia menggantikan ayahnya, Prabu Geusan Ulun yang meninggal dunia, menjadi
raja Sumedang Larang pada tahun 1610 M. Dan setelah menjadi penguasa Sumedang
ia kemudian memakai gelar Kusumah Dinata III.
Pada
masa Pangeran Rangga Gempol I membuat kebijakan yang menjadi malapetaka
yang besar, yaitu suatu kebijakan yang dianggap titik balik dalam peradaban
Sumedang waktu itu, dengan mengambil suatu kebijakan menjadi bawahan
Mataram. Karena komplik yang berkepanjangan dengan Banten dan juga
Cirebon, malah membuat kebijakan yang patal dalam peradaban Sumedang. Karena
bukan hanya egaliterisme Sumedang yang hilang, tetapi juga ia dituntut untuk
berbakti kepada tuan yang baru-nya. Jadi kebijakannya tidak hanya menghilangkan
kehormatan tetapi juga ia sendiri terjebak harus menjadi bagian yang diatur
oleh tuannya. Jadi kekuasaan tidak bisa dinikmati bahkan ia sendiri harus
rela menjadi bagian dari penaklukan Sampang Madura,.
a..Komplik antar Satu keturunan
Komplik
yang berkepanjangan antara Sumedang Larang dengan Cirebon dan juga dengan
Banten menyebabkan pasukan Sumedang seolah berada dalam kelelahan. Dan hal itu
ditambah dengan ekspansi Mataram ke wilayah barat seolah menjadikan sumedang
terjepit dalam tiga kekuatan besar. Di barat harus waspada terhadap kesultanan
Banten yang ekspansif. Sedang di utara harus menghadapi pemisahan wilayah
wilayah yang didukung oleh Cirebon, Sedang di timur ekspansi Mataram sedang
siap siap menyerang Sumedang.
Jika
dalam tradisi kerajaan Sunda klasik komplik antar negara selalu dihindari, dan
yang menjadi alternatif pemecahan adalah dengan perkawinan antar bangsawan
kerajaan. Hal ini seperti yang dilakukan oleh kerajaan Sunda dan kerajaan
Galuh, yang seolah telah menjadi kerajaan kembar, atau dengan Saunggalah /
Galunggung, yang satu sama lain menghargai eksistensi masing masing, Dan jika
ada komplik selalu diselesaikan dengan perkawinan antar kerajaan.
Tidak
halnya dengan kerajaan Cirebon, kesultanan Banten dan Sumedang Larang. Padahal
dari keturunan yang sama, mereka seolah saling bersaing. Sehingga melupakan
musuh mana yang sebenarnya harus di hadapi. Mereka belum mempunyai suatu
komunikasi yang setara dalam menyelesaikan komplik yang ada. Jika dalam tradisi
sunda klasik, perseteruan selalu diselesaikan dengan menjadikan keluarga.
Sehingga peradaban Sunda klasik dikenal sebagai peradaban yang plaing stabil di
nusantara.
Kesultanan
Cirebon, kesultanan Banten dan juga Sumedang Larang seolah tidak mempunyai
keinginan untuk menyelesaikan masalah dengan dada terbuka. Akhirnya ketiga
kerajaan itu hanya bertahan sesaat. Karena para keturunan yang sama melupakan
suatu prinsip yang dibangun ratusan tahun, yaitu kekeluargaan, dengan
tetap mempertahankan independensinya masing masing.
Karena
itu ketika ada ekspansi mataram ke barat, seolah disambut oleh pihak Sumedang
untuk menyelelamatkan dari ketertekanan tersebut. Suatu keputusan yang sangat
patal bagi generasi berikutnya. Egaliterisme Sumedang digadaikan kepada sistem
feodalistik yang terpusat. Meskipun secara de facto sulit bagi Mataram untuk
mengatur bekas kerajaan Sumedang Larang tersebut. Dan dalam sejarahpun Mataram
sangat sulit untuk menjadikan wilayah Sumedang menjadi bawahan yang taat.
Keputusan
dari dari Rangga Gempol ini bukan hanya merugikan bagi Sumedang itu sendiri,
tetapi juga Banten. Karena Banten nantinya harus berjuang sendirian dalam
mengahadapi kolnial belanda.Termasuk Cirebon, yang seolah kehilangan pengaruh.
Meskipun secara tradsi kesultanan Cirebon tetap dipertahankan. Tetapi pengaruhnya
sudah tidak terlalu besar. Sumedang kehilangan egaliterisme, Cirebon kehilangan
pengaruh, dan banten meskipun bebas dari pengaruh Mataram justru dia juga
tergopoh gopoh dalam menghadapi kolonial Belanda sendirian.. Cirebon
sebagai kerajan Islam di tatar Sunda, meskipun peradaban Islam awalnya terpusat
di Cirebon, karena baik Banten dan juga Sumedang (syekh datuk kahfi nenek
moyang sumedang larang berasal dari Cirebon), dari keturunan yang sama.
Justru tidak menjadi leader dalam peradaban Islam di tatar sunda.
Kurangnya
penguasaan dalam tradisi sunda membawa Cirebon tidak begitu berkembang dan
hanya berkutik di sekitar cirebon itu sendiri. Sedang Banten yang kurang
akomadtif dan lebih bersifat komprontatif menjadikan mereka susah dalam
memperluas kekuasaanya. Seperti halnya Cirebon, banten juga sepertinya telah
pada posisi titik jenuh dalam perluasan kekuasaan. Sedang Sumedang karena
berada di posisi tengah, merasa terancam dari kekuatan 2 kesultanan tersebut.
Karena satu sama lain saling bersaing. Sehingga karena ketertekanan ini, maka
sumedang larang malah meminta bantuan terhadap Mataram. Yang mungkin menurutnya
karena pusat kekuasaan yang jauh, menjadikan kontrol mereka terhadap Sumedang
Larang juga tidak terlalu dominan. Tetapi mereka akan aman dari serangan dari
kedua negara tetangga tersebut.
Tragis
memang. Karena egoisme yang berlebihan membuat satu keturunan justru terjebak
pada keterpurukan yang sama. Satu sama lain tidak punya keinginan yang sama
dalam memecahkan permaslahan. Karena tradisi yang dibangun oleh nenek
moyang tidak pernah menjadi dasar dalam memecahkan permasalahan.
b.. Peralihan Dari Keprabuan ke Kabupatian-Kewedanaan
Setelah
kebijakan yang salah dari Pangeran Rangga Gempol 1, maka pada tahun 1620 M,
Sumedang Larang berubah dari Keprabuan (kerajaan) menjadi
kabupatiank-kewedanaan. Ia sendiri turun jabatan dari raja menjadi
bupati-wedana.
Pangeran
Rangga Gempol I merupakan putra dari Prameswari Harisbaya, yang berasal dari
Pajang, yang mempunyai kedekatan silsilah dengan raja raja Mataram. Pangeran
Rangga Gempol I yang awalnya seorang raja berubah menjadi Bupati wedana. Dan
nama sumedang Larang kemudian dikenal dengan nama Priangan. sedangkan
kabupatian Sumedang dipegang oleh adiknya, Rangga Gede, putra Geusan Ulun dari
istrinya Nyi Mas Gedeng Waru. Sedang bupati wedana jatuh ke tangan adik
iparnya, Adipati Ukur. Kebijakan yang salah menyebabkan turun harga diri, dan
ia sendiri tidak menikmati masa jabatannya, karena harus ikut serta dalam
penyerangan ke Madura.
Pemindahan Ibukota
Pada
masa pemerintahan Rangga Gempol I, ia memindahkan ibukota dari Dayeuh
Luhur ke Tegal Kalong. Sedang, adiknya, Pangeran Rangga Gede berkuasa di
Canukur. Jadi pada masa Rangga Gempol I. Terdapat 2 pemerintahan, yaitu
kabupatian-kwedanaan yang merupakan eks kerajaan Sumedang Larang, yang dipimpin
oleh Rangga Gempol I, yang luasnya tidak hanya wilayah Sumedang sekarang,
tetapi meliputi: Sumedang, Bandung, Parakanmncang, dan sukapura (tasikmalaya).
Karawang, indramayu, Pamanukan dan Ciasem. Dan wilayah wilayah yang
termasuk Cianjur, Sukabumi dan Bogor waktu itu belum ada, masuk pada
wilayah sumedang, perbatasannya sungai cisadane.
Oleh
Mataram wilayah bekas Sumedang Larang kemudian dikenal dengan nama priangan
atau parahiyangan. Karena Sumedang merupakan wilayah Galuh yang masih eksis.
Dimana raja raja yang berasal dari Galuh dan sunda sering disebut dengan
Rahiyang.
c.. Wilayah Kekuasaan
Pada masa Pangeran Rangga Gempol I ini ada beberapa
wilayah yang mencoba melepaskan diri dari wilayah Sumedang larang yang didukung
Cirebon , yaitu Karawang, Ciasem, Pamanukan dan Indramayu.. Sehingga wilayah
wilayah Sumeeang Larang di era Rangga Gempol I meliputi daerah Parakanmuncang,
Bandung, Sukapura (Tasikmalaya).
Pada masa Rangga Gempol I terdapat 2 kekuasaan yaitu
kekuasaan eks Kerajaan Sumedang larang yang dipinpin oleg Rangga Gempol I
dengan ibukota Tegal Kalong, dan ia menjadi bupati wedana pertama dari
tahun1620 hingga 1625 M. . Sedang di kabupatia Sumedang dipegang oleh saudara
lain ibu, Pangeran rangga Gede, yang berikbukota di Parumasan kecamatan
Conggeang Sumedang sekarang.
Setelah Rangga Gempol ikut dalam peperangan ke
Madura, bupati wedana jatuh kepada Rangga Gede. Dan pada masa rangga gede ini
Sumedang disatukan kembali.
d.. Ikut Dalam Penaklukan Sampang Madura
Tidak
diceritakan secara terperinci tentang keberangkatan Pangeran Rangga Gempol I
dalam penyerangan ke Madura. Dan Rangga Gempol sendiri tidak pernah kembali ke
Sumedang, Dan ia meninggal di Mataram, daerah Lempuyangan.
Pada
tahun 1614 M Sultan Agung menggemukakan pengakuan atas seluruh wilayah jawa
barat kecuali Banten dan Cirebon kepada VOC. Dan pada tahun 1624 Rangga Gempol
I diminta suktan Agung untuk membantu penaklukan Sampang Madura. Dan jabatan
bupati sumedang sementara dipegang oleh Pangeran Rangga Gede.
Dalam
satu versi dikisahkan bahwa karean Pangeran Rangga Gempol I merupakan anak dari
Ratu Harrisbaya yang merupakan putri keturunan Madura. Maka tidak terjadi
peperangan antara Mtaram dengan Madura (sampang) tapi melalui perundingan.
d.. Turunan Rangga Gempol I
Rangga
Gempol I mempunyai 5 orang anak, yaitu : R.Kartajiwa,
R.Mangunrana, R. Tampangkil, Nyi R. Sumalintang, Nyi R. Nustawijah.
d.1. Raden Kartajiwa
Raden Kartajiwa merupakan anak pertama dari Pangeran Rangga Gempol I. Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1624 M, Penguasa Mataram kemudian mengangkat Rangga Gede sebagai Bupati Wedana Sumedang Larang. Karena itu ia kemudian pergi ke Banten.
Sebagai anak pertama dari Rangga Gempol I, R Kartajiwa
di era Rangga Gede berkuasa meminta haknya menjadi raja Sumedang, karena ayahnya. Tetapi
Rangga Gede menolaknya, dan terjadi serangan dari banten ke Sumedang di era
Pangeran Rangga Gede. Dan serangan terbesar banten ke sumedang bukan di era
Rangga Gede tetapi di era Sumedang diperintah oleh cucunya, Pangeran Panembahan
(mp. 1656-1706 M)
Karena Rangga Gede kemudian dijadikan pengganti
ayahnya, kemudian R Kartajiwa pergi ke Banten, untuk meminta bantuan penguasa
Banten untuk merebut kekuasaan dari Rangga Gede. Dan ia sendiri kemudian
menyebut dirinya dengan gelar Suriadiwangsa II.
d.2. R.Mangunrana,
d.3. R. Tampangkil,
d.4. N.R. Sumalintang,
Nyi Raden Sumalintang atau dikenal juga dengan nama
Nyi Raden Ayu Mayar atau dikenal juga dengan nama RA Sudarsah menikah dengan Pangeran
Kusumadiningrat atau Pgn Koesoema Diningrat dari Sukapura.
Dari perkawinannya, ia mempunyai 5 orang anak, yaitu:
- Sareupeun Manangel
- Sareupeun Cibeli
- Sareupeun Cihaurbeuti
- Sareupeun Dawagung
- Sareupeun Cibuni Agung
d.4.1. Sareupeun
Cibuni Agung
Sareupeun Cibuni Agung mempunyai anak:
·
Dalem Wiraha,
Dalem Wiraha ini
mempunyai 5 orang anak, yaitu:
ü
R. Wirawangsa atau R. Tumenggung Wiradadaha I
ü
R. Astrawangsa
ü
R. Narahita
ü
R. Pranawangsa
ü
R. Bagus Halipah
·
Nyai Ageung
Nyai Ageung
mempunyai 7 orang anak:
ü
NR Gede
ü
R. Astakerti
ü
R. Wasta
ü
R. Mangun
ü
R. Sanggana
ü
NR. Ngawa
ü
NR Purwana
* Tentang
Sejarah Pangeran Kusumadiningrat bisa
dibaca dari buku “Sejarah Babon Luluhur Sukapura” yang disusun oleh R. Sulaeman
Anggapraja, sesepuh KWS (kumpulan Wargi Sukapura), cabang Garut,
d.5. Nyi R. Nustawijah.
2.. Pangeran Rangga Gede (mp. 1625 – 1633 m)
Pangeran rangga Gede menjadi bupati wedana sumedang dari tahun 1625 hingga tahun 1633 M. Pada awalnya ia hanya menguasai Sumedang saja tetapi kemudian berkuasa menjadi bupati wedana terhadap eks Sumedang Larng dari tahun 1625 hingga tahun 1633 M.
Silsilah
Pangeran Rangga Gede merupakan putra pertama Prabu Geusan Ulun dari sitri pertamanya Nyi Mas Gedeng Waru.
Makam
Makamnya berada di daerah Panday kelurahan Talun, Kabupaten Sumedang.
Keturunan Pangeran Rangga Gede
Tentang istri istri Pangeran Rangga Gede, tidak diungkapkan dalam buku silsilah Pangeran Kusumah Dinata (pangeran Santri).
Ada buku yang menceritakan tentang istri istrinya*, yaitu Nyi Mas Romlah yang merupakan putri Arasauda dari istrinya NM Ngabehi Martaayuda. Dan yang kedua istrinya Nyi Mas Asidah (Entin) putra dari Sutra Bandera (sastra Pura Kusumah) dari istrinya Nyi Mas Hatimah (Nyi Mas Sumaenah) putri dari Prabu Nusya Mulya. Dan yang ketiga adalah Nyi Mas Roro (kokom Ruhada) putri dari Prabu Nusya Mulya dari istrinya Nyi Mas Euis Oo Imahu.
Tentang nama istrinya dan juga silsilahnya memang masih harus dicarikan sumber pembandingnya dan mengapa tidak diceritakan dalam buku silislah turunan Pangeran Santri. Karena ada silsilah yang mungkin harus dipertanyakan. Yang pertama adalah Nyi Romlah yang dikatakan merupakan anak dari adiknya Rangga Gede, Nyi Mas Ngabehi Martayuda. Berarti menikah dengan keponakannya. Hal ini aapakah dibenarkan dalam Islam?. Dan yang istri kedua dan ketiga masih keturunan Prabu Nusya Mulya (Panembahan Pulasari), raja Pajajaran terakhir. Apakah rentang waktunya masih relevan. Dan yang berikutnya adalah relevansi anak anaknya dengan Buku Silsilah Pangeran Santri masih banyak yang tidak sama.
Tetapi berikut ini adalah putra dan putri keturunan Pangeran Rangga Gede yang terdapat dalam buku silsilah keturunan Pangeran Santri, yang menulis bahwa Pangeran Rangga Gede mempunyai 29 anak, yaitu:
Ada buku yang menceritakan tentang istri istrinya*, yaitu Nyi Mas Romlah yang merupakan putri Arasauda dari istrinya NM Ngabehi Martaayuda. Dan yang kedua istrinya Nyi Mas Asidah (Entin) putra dari Sutra Bandera (sastra Pura Kusumah) dari istrinya Nyi Mas Hatimah (Nyi Mas Sumaenah) putri dari Prabu Nusya Mulya. Dan yang ketiga adalah Nyi Mas Roro (kokom Ruhada) putri dari Prabu Nusya Mulya dari istrinya Nyi Mas Euis Oo Imahu.
Tentang nama istrinya dan juga silsilahnya memang masih harus dicarikan sumber pembandingnya dan mengapa tidak diceritakan dalam buku silislah turunan Pangeran Santri. Karena ada silsilah yang mungkin harus dipertanyakan. Yang pertama adalah Nyi Romlah yang dikatakan merupakan anak dari adiknya Rangga Gede, Nyi Mas Ngabehi Martayuda. Berarti menikah dengan keponakannya. Hal ini aapakah dibenarkan dalam Islam?. Dan yang istri kedua dan ketiga masih keturunan Prabu Nusya Mulya (Panembahan Pulasari), raja Pajajaran terakhir. Apakah rentang waktunya masih relevan. Dan yang berikutnya adalah relevansi anak anaknya dengan Buku Silsilah Pangeran Santri masih banyak yang tidak sama.
Tetapi berikut ini adalah putra dan putri keturunan Pangeran Rangga Gede yang terdapat dalam buku silsilah keturunan Pangeran Santri, yang menulis bahwa Pangeran Rangga Gede mempunyai 29 anak, yaitu:
- ·
Dalem
Aria Bandayuda
- ·
Dalem
Djajoeda
- ·
Dalem
Wargaita
- ·
Dalem
Wangsasoebaja
- · Raden Bagus Weruh/Dalem Rangga Gempol II
- ·
Dalem
Loerah
- ·
R.
Singamanggala .
- ·
Ki
Wangsaparamadja .
- ·
Ki
Wiratama .
- ·
Ki
Wangsaparadja .
- ·
Ki
Djasinga .
- ·
Ki
Wangsasabadra .
- ·
Kiyahi
Anggatanoe .
- ·
Ki
Martabaja .
- ·
NM.
Anggadasta .
- ·
NM.
Nataparana .
- ·
NM.
Arjapawenang .
- ·
NM.
Martarana
- ·
NM.
Djagasatroe .
- ·
NM.
Wargakarti .
- ·
NM.
Bajoen .
- ·
NM.
Wangsapatra .
- ·
NM.
Warga Komara .
- ·
NM.
Joedantaka .
- ·
NM.
Toean Soekadana .
- ·
NM.
Oetama .
- ·
NM.
Kawangsa .
- ·
NM.
Wirakarti .
- ·
NR.
Nalawangsa .
2.1.
Dalem Aria Bandayuda
Dalem Aria Bandayuda mempunyai 1 orang anak yang
bernama: R. Aria Sacapati. Dan
turunannya nanti ada yang menjadi bupati Sumedang ke-12.
Dalem
Aria Bandayuda Yang menurunkan a putra-putri Dalam Satjapati I hingga ka
Satjapati IV.
2.2. Dalem Jayuda
Dalem
Jayuda ini yang menurunkan masyarakat di umbul Serang, Nyalindung dan
Cipameungpeuk.
Dalem
Jayuda mempunyai 6 orang anak yaitu:
- ·
Mas
Sandurana .
- ·
NM. Gunung .
- ·
NM. Kajaksan .
- ·
NM. Panggung .
- ·
Nyai Hideung .
- ·
NM. Tiya .
2.3.
Dalem Wargaita
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.4. Dalem Wangsasubaya
yang
menurunkan anak cucu di Cisalak
cimalaka, regol. Dalem Wangsasubaya
mempunyai 2 orang anak:
- ·
Rd.
Wangsakusumah .
- ·
NM.
Koesoemawidati
2.5.
R. Bagus Weruh/Pangeran Rangga Gempol II
R.
Bagus Weruh menggantikan ayahnya Pangeran Rangga Gede menjadi bupati Sumedang
yang ketiga.
Ia
mempunyai 29 anak, yaitu:
- ·
R.
Wirakara .
- ·
Pangeran
Panembahan Rangga Gempol III Kusumahdinata VI
- ·
R. Bagus .
- ·
R. Wanggamanggala .
- ·
R. Tanusuta .
- ·
R. Martayuda .
- ·
R. Sutaningdita .
- ·
Kiai Mugopar .
- ·
Kiai Kiras .
- ·
Kiai Sutareja .
- ·
R. Tanuraga .
- ·
R. Ngb. Jiwaparana ., I .
- ·
R. Ardoewangsa .
- ·
R. Tanoeredja .
- ·
R. Wangsasuta .
- ·
R. Dipa .
- ·
R. Patradipa .
- ·
R. Sutabadra .
- ·
R. Kusumaarja .
- ·
R. Mekas .
- ·
R. Ngb. Sedakerti .
- ·
R. Ngabeni .
- ·
R. Santaparaja .
- ·
R. Pani .
- ·
NM. Japar .
- ·
NM. Arya Pawenang .
- ·
NM. Kanten .
- ·
NM. Ayumayar atau RA Sudarsah .
- ·
NM. Ayu .
2.6. Dalem Lurah
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.7. R. Singamanggala
Raden Singamanggala yang menurunkan di Kaum Cikoneng. Raden
Singamanggala mempunyai 9 orang anak, yaitu:
- ·
R.
Singamanggala II .
- ·
Kiai Singadiwangsa .
- ·
Kiai Kertamanggala .
- ·
Kiai Paranamanggala .
- ·
Kiai Wangsakerta .
- ·
NM. Adjeng .
- ·
NM. Ante .
- ·
NM. Baros .
- ·
Kiai Abdul Mutolib .
2.7.1.
R. Singamanggala II .
R. Singamanggala II mempunyai 6 orang
anak, yaitu:
- ·
Rd.
Singamanggala III .
- ·
Mas
Djajakoesoemah .
- ·
Kiai
Wangsamerta .
- ·
Kiai
Singamerta .
- ·
Kiai
Bagoes .
- ·
Kiai
Wangsakerta .
2.7.2.Kiai Singadiwangsa .
2.7.3.Kiai Kertamanggala
2.7.4.Kiai Paranamanggala
2.7.5.Kiai Wangsakerta
2.7.6.NM.
Adjeng .
2.7.7.NM. Ante .
NM. Ante mempunyai anak 14 orang, yaitu .
NM. Ante mempunyai anak 14 orang, yaitu .
- ·
NM.
Ratna .
- ·
NM.
Radja .
- ·
NM.
Boender .
- ·
NM.
Moelja .
- ·
Mas
Tjandramanggala .
- ·
Kiai
Soerabaja .
- ·
Kiai
Soemadipa .
- ·
Kiai
Moehamad Sajid .
- ·
Kiai
Poeradiredja .
- ·
NM.
Sampan .
- ·
NM.
Moernata .
- ·
NM.
Ander .
- ·
NM.
Taroem .
- ·
NM.
Gender .
2.7.8.NM. Baros .
2.7.9.Kiai Abdul Mutolib .
Kiai Abdoel Moetolib mempunyai 1 orang anak,
yang bernama: Mas Tjandradipa
2.8. Ki Wangsaparamaja .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.9.
Ki Wiratama .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.10.
Ki Wangsaparaja .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.11.
Ki Jasinga .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.12.
Ki Wangsasabadra .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.13. Kiai Anggatanu.
Ia
mempunyai 2 anak, yaitu:
- ·
Mas
Anggacitra .
- ·
Mas Ma'sang citra .
2.14. Ki
Martabaya .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.15. NM. Anggadasta
.Raden Anggadasia yang menurunkan
keturunan di Cibeureum, Cangkudu Kaum sareng Tomo. Ia mempunyai 5 orang
anak, yaitu:
- ·
Mas
Ngb. Anggadasta .
- · Kiai Bagoes Rangin
- · Mas Anggamerta
- ·
Mas Anggadinata
- · Mas Wangsadinata
2.15.1. Mas Anggadinata
Mas Anggadinata mempunyai anak:
- ·
Kiai Moekid
- ·
Mas Anggaderpa
- ·
Mas Anggadiraksa
- ·
Mas Najadita
- ·
NM. Moerdja .
- ·
Natamanten .
2.16. NM.
Nataparana .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.17. NM.
Aryapawenang .
Ia
mempunyai 1 orang anak, yaitu Dlm. Cengkok
.
2.18. NM.
Martarana
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.19. NM.
Jagasatru .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.20. NM.
Wargakarti .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.21. NM. Bayun .
Nyi Mas Bayun menikah dengan Raden Wangsawijaya. Wangsa Wijaya dan istrinya
mendirikan perkampungan di Hariang. Sehingga dalam silsilah Wangsawijaya sering
diikuti dengan nama Hariang.
Dalam
sejarah Hariang sendiri dikatakan bahwa Wangsa Wijaya ini adalah anak dari
Bupati Bandung pertama, Tumenggung Wirangun Angun.
Perkawinan
antara Nyi Mas Bayun dengan Wangsawijaya dalam silsilah Sumedang mempunyai 4 orang anak, yaitu:
- ·
Mas Tarunadiwangsa .
- ·
NM. Mayar .
- ·
NM. Puna .
- ·
NM. Bungsu .
Sebagai
pendiri Hariang (sekarang namanya Desa Hariang kecamatan Buahdua), maka
masyarakat Hariang merupakan anak pinak dari Wangsa Wijaya dan Nyi Mas Bayu
melalui jalur anak lelakinya, Mas Tarunadiwangsa. Dan keunikan dari masyarakat
Hariang adalah tersambungnya silsilah hingga sekarang, karena dicatat antar
generasi.
Setetah
putranya Tarunadiwangsa dianggap sudah mapan di Hariang, maka Wangsawijaya dan
istrinya Nyi Mas Bayun pergi ke Pagaden. Setelah pergi dari Hariang ia tidak
pernah kembali, ada yang mengatakan ia meninggal disana. Tetapi ada yang
mengatakan bahwa iaa meninggal ketika serangaan banten di Hari raya idul fitra
di era Pangeran Rangga Gempol III / Pangeran Panembahan.
Dikatakan juga turunan dari Wangsawijaya dan Nyi Mas Bayun juga terdapat di Bojong Jati, kemungkinan daari anaknya yang perempuan.
2.21.1. Mas Tarunadiwangsa
Dikatakan juga turunan dari Wangsawijaya dan Nyi Mas Bayun juga terdapat di Bojong Jati, kemungkinan daari anaknya yang perempuan.
2.21.1. Mas Tarunadiwangsa
Dalam buku sejarah Hariang Mas Tarunadiwangsa hanya
disebut mempunyai 2 orang anak yang bernama Wangsadirana dan Paranawijaya. Dan
yang menurunkan masyarakat Hariang adalah Wangsadirana, karena Paranawijaya
(atau dalam silsilah Sumedang dikatakan dengan nama Tarunadipa) cucunya hilang
ketika di Ayun pada pesta Marak di Cikandung bersama para pangeran Sumedang.
Dan tempat hilangnya tersebut sampai sekarang bernama Longkeang.
Terdapat perbedaan jumlah anak Tarunadiwangsa dari
sejarah Hariang dan sejarah silsilah yang ada di msium sumedang. Dalam silsilah
di Sumedang dikatakan bahwa Mas Tarunadiwangsa mempunyai 6 orang anak,
yaitu:
- ·
Mas
Wangsadirana .
- ·
Mas
Tarunadipa .
- ·
Mas
Hasan Murka .
- ·
Mas
Sumadiraksa .
- ·
Mas
Kelar .
- ·
Mas
Bungsu .
2.21.1.1.
Mas Wangsadirana .
Dalam
silsilah Sumedang Mas Wangsadirana mempunyai 3 orang anak, yaitu:
- ·
Mas
Wangsadipoera .
- ·
Mas
Astadiwangsa .
- ·
Mas
Akung .
Sedang
dalam sejarah Hariang, Wangsadirana mempunyai 3 orang anak, yaitu Akung, Nyi
Rengka atau Nyi Dompo, dan Buyut Bungsu.
2.21.1.2. Yang lainnya
Untuk anak yang lainnya tidak diceritakan.
2.22. NM.
Wangsapatra .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.23. NM.
Warga Komara .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.24. NM.
Joedantaka .
Tidak
diceritakan anak anaknya
2.25. NM.
Toean Soekadana .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.26. NM.
Oetama .
Tidak
diceritakan anak anaknya
2.27. NM.
Kawangsa .
Tidak
diceritakan mempunyai anak
2.28. NM.
Wirakarti .
Tidak
diceritakan anak anaknya
2.29. NR.
Nalawangsa .
Nyi raden Nalawangsa menikah deangan Raden Ngabehi Natawangsa I.
Dan mempunyai 4 orang anak:
- ·
Rd. Ngb. Natawangsa II
- ·
Mas Kartasara .
- ·
Mas Kuan Bagus .
- ·
NM. Abdul Bakin .
3.. Dipati Ukur
Setelah
Pangeran Rangga Gede dipenjara oleh pihak Mataram, karena seolah membiarkan
Sumedang Larang diserang oleh Banten. Maka kemudian pihak Mataram mengangkat
bupati wedana masih dari lingkungan bangsawan Sumedang larang. Mataram
mengangkat salah satu menantu Prabu Geusan Ulun, yaitu Adpati Wangsanata, atau
dikemudian hari terkenal dengan nama Adipati Ukur, karena ia berasal dari tatar
Ukur. Adipati Ukur menikah dengan salah satu putri Prabu Geusan Ulun (raja
Sumedang Larang) yang dikenal dengan NM Dipati Ukur.
Silsilah
Dipati Ukur
atau lengkapnya Dipati Ukur Wangsanata, konon merupakan menak
asal Purbalingga,. Ia
pada awalnya merupakan penguasa wilayah ukur (daerah bandung sekarang), yang waktu itu dibawah kekuasaan Sumedang Larang. Ia menikah
dengan putri dari Prabu Geusan Ulun, yang terkenal dengan nama Nyi Mas Dipati
Ukur, sehingga mempunyai pengaruh
yang kuat di lingkungan istana Sumedang larang.
Menjadi Bupati Wedana Priangan
Setelah
Pangeran Ranggagede dipenjara oleh kerajaan Mataram, karena
dianggap gagal dalam
menghadapi serangan dari Banten, maka jabatan bupati wedana Sumedang larang (atau priangan)
diberikan kepada saudara iparnya, Adipati Ukur.
Serangan Terhadap Belanda di Batavia
Ketika
dipati ukur menjadi bupati wedana, pada tahun 1628 /1629 M, ia mendapat
perintah dari Sultan Agung untuk menyerang Batavia (Jakarta sekarang), yang
waktu itu dikuasai Belanda, bersama-sama pasukan Mataram yang dipimpin oleh
Tumenggung Bahurekso.
Adipati Ukur
membawa 9 umbul (pimpinan daerah) dalam penyerangan ke Batavia tersebut,
diantaranya. Dari
ke-9 umbul tersebut, 3 umbul kemudian menghianatinya dan menjadi antek-antek
mataram, yaitu Umbul Sukakerta Ki Wirawangsa, Umbul Cihurbeuti Ki Astamanggala,
dan umbul Sindangkasih, Ki Somahita.
Gerakan Pembebasan Dipati Ukur Dari Pengaruh Mataram
Sebagai bawahan Mataram
akhirnya Dipati Ukur menjalankan perintah Sultan Agung Mataram untuk
menyerbu Belanda di Batavia. Serangan pertama dari sultan Agung terhadap
VOC mendapat dukungan penuh dari Adipati Ukur, walaupun pada
penyerangan tersebut gagal. Pada penyerangan kedua, adiapati ukur
memamfaatkan kesempatan tersebut untuk membebaskan daerah ukur dan Sumedang
dari pengaruh Mataram.
Dari 4000
pasukan yang dikerahkan hanya 400 tentara yang kembali. Dari peristiwa itu ia
merasa terharu dan kemudian bersumpah untuk tidak mengabdi dan tunduk lagi ke
Mataram. Ia ingin membebaskan tanah Ukur dan Sumedang dari kekuasaan Mataram.
Ia ‘nyicikeun cai, ngawurkeun leubu, sumpah moal daek ngawula deui ka
Mataram’.
Tetapi
Dipati Ukur kemudian mendapat serangan dari Tumenggung Narapaksa,
senapati Sultan Mataram, yang membawa beribu-ribu pasukan untuk melumpuhkan
pasukan Dipati Ukur yang tinggal 400-an. Menghadapi
hal demikian, Dipati Ukur kemudian mundur, untuk mengatur strategi dan
menunggu di gunung Lumbung. Tentara Mataram banyak yang meninggal
‘ditinggangan’ (Dijatuhi) batu diatas gunung. Perlawanan Dipati Ukur dapat
dihentikan setelah Mataram mendapat bantuan dari 3 umbul yang menghianatinya,
yaitu: Umbul Sukakerta Ki Wirawangsa, Umbul Cihaurbeuti Ki Astamanggala, Umbul
Sindangkasih Ki somahita.
Atas
jasa-jasanya terhadap Mataram, ketiga umbul
yang menghianati Dipati Ukur tersebut kemudian
diangkat menjadi mantri agung
di tempatnya masing-masing. Ki Astamanggala, Umbul Cihaurbeuti diangkat
menjadi mantri Agung (bupati) Bandung dengan gelar Tumenggung Wirangun
angun. Ki Wirawangsa
menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha. Tanubaya
sebagai bupati Parakan Muncang.
Dipati
Ukur merupakan simbol dari pembebasan manusia sunda yang justru mendapat
penghianatan dari bangsanya sendiri, terutama antek-antek penjajah.
Suksesi
Setelah
pembeontakan Dipati Ukur, maka kekuasaan bupati wedana Sumedang Larang
diberikan lagi ke Pangeran Rangga Gede.
4.
Pangeran Bagus Weruh (Rangga Gempol II)
(mp. 1633 – 1656)
Setelah
wafatnya Rangga Gede digantikan oleh putranya Raden Bagus Weruh setelah
menjadi bupati memakai nama Pangeran Rangga Gempol II / Kusumahdinata
V (1633 – 1656), Pangeran Rangga Gempol II tidak diangkat menjadi Bupati
Wadana tetapi hanya Dipati Sumedang saja.
Pangeran
Bagus Weruh lahir pad tahun 1604 M.
Bupati
Wadana, sejak Amangkurat I menjadi Sultan Mataram tidak ada lagi, dengan
demikian Rangga Gempol II hanya menjadi Bupati Sumedang. Pada tahun 1655
pembagian kabupatian – kabupatian bukanlah pada wilayah kabupatian tetapi
cacahnya. Demikian pula batas kekuasaan bukan batas teritorial tetapi batas
sosial, tiap kabupaten mendapat + 300 umpi. Sumedang dengan cacah satu
perempat dari cacah Sumedang pada masa Rangga Gede. Setelah Rangga Gempol II wafat
digantikan oleh putra Pangeran Panembahan l.
Wilayah Kekuasaan
Setelah
Rangga Gede mmeninggal pada tahun 1633, jabatan bupati edana jatuh kepada
saudara iparnya, Adipati kur. Sedang anak rngga gede, Pangeran Bagus Weruh
menjai bupati Sumedang.
Pada
tahun 1641 wilayah Sunedang Larang meliputi Pamanukan, Ciasem, Karawang,
Sukapura, Limbangan dan Cianjur dibagi menjadi 4 kabupaten, yatu Sumedang,
Sukapura, Parakan Muncang dan Bandung..
Pada
tahun 1645 dibagi lagi menjjadi 12 Ajeg (setarap kabupaten), yaitu: Sumedang,
Parakanmuncang, bandung, Sukapura, Karawang, Imbanagara, Wirabaya, Kawasem,
Sakace, Bayumas, Ayah dan Banjar. Dan pada tahun 1656 jabatan bupati wedana
dihapuskan, dan setiap bupati langsung dibawah mataram.
Keturunan Pangeran Bagus Weruh (Rangga Gempol II)
Pangeran
Bagus Weruh atau Pangeran Rangga Gempol II mempunyai 29 anak, yaitu:
- ·
Rd.
Wirakara
- ·
Pangeran
Panembahan/Rangga Gempol III
- ·
Rd.
Bagoes
- ·
Rd.
Wanggamanggala
- ·
Rd.
Tanoesoeta
- ·
Rd.
Martajoeda
- ·
Rd.
Soetaningdita
- ·
Kiai
Moegopar
- ·
Kiai
Kiras
- ·
Kiai
Soetaredja
- ·
Rd.
Tanoeraga
- ·
Rd.
Martaparana
- ·
Rd.
Ardoewangsa
- ·
Rd.
Tanoeredja
- ·
Rd.
Wangsasoeta
- ·
Rd.
Dipa
- ·
Rd.
Patradipa
- ·
Rd.
Soetabadra
- ·
Rd.
Koesoemaardja
- ·
Rd.
Mekas
- ·
Rd.
Ngb. Sedakerti
- ·
Rd.
Ngabeni
- ·
Rd.
Santaparadja
- ·
Rd.
Pani
- ·
NM.
Djapar
- ·
NM.
Arja Pawenang
- ·
NM.
Kanten
- ·
NM.
Ajoemajar
- ·
NM.
Ajoe
3.1.
R. Wirakara
Ia
mempunyai 5 orang anak, yaitu:
- ·
NM.
Lengka .
- ·
NM.
Rija .
- ·
NM.
Laja .
- ·
Kiai
Soemadikara .
- ·
NM.
Noersian .
3.2. Pangeran
Panembahan/Rangga Gempol III
Pangeran
Panembahan atau Pangeran Rangga Gempol III di kemudian hari menggantikan
ayahnya, Pangeran bagus Weruh menjadi bupati Sumedang yang ke-4.
Ia
menikah dengan Nyi Raden Ayu Sepuh binti Dalem Rangga Panengah bin Dalem rangga
Nitinagara bin Prabu Geusan Ulun. NRA Sepuh ini merupakan cucu dari Raden
Rangga Nitinagara.
Dari pernikahannya dengan NRA Sepuh, ia mempunyai anak 21 orang.
Dari pernikahannya dengan NRA Sepuh, ia mempunyai anak 21 orang.
- ·
Dlm.
Adipati Tanoemadja, yang dikemudian hari menggantikan ayahnya sebagai bupati.
- ·
Rd.
Soetanata ., I
- ·
Rd.
Radjasoeta .
- ·
Rd.
Soetadjaja .
- ·
Rd.
Astradjaja .
- ·
Rd.
Astranata .
- ·
Rd.
Tjandradinata .
- ·
Rd.
Soetatjandra .
- ·
Radjataroena
.
- ·
Rd.
Natawiria .
- ·
Rd.
Moetaram .
- ·
Rd.
Soerawidjaja .
- ·
NR.
Halipah .
- ·
NR.
Tjandrapojang .
- ·
NR.
Goemarang .
- ·
NR.
Kartadipa .
- ·
NR.
Panggoeng .
- ·
NR.
Astrakoesoemah .
- ·
NR.
Kartapoera .
- ·
NR.
Dipawangsa .
- ·
Rd.
Kartadjiwa .
3.3. R. Bagus
Ia mempunyai 2 orang anak, yaitu
Rd.
Panri .
Mas
Wargakoesoemah .
3.4. R. Wanggamanggala
Ia mempunyai 2 orang anak, yaitu
Rd.
Wangsadjiwa Sepoeh .
Rd.
Wangsadjiwa Anom .
3.5. R. Tanoesoeta
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.6. R. Martajoeda
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.7. R. Soetaningdita
Ia mempunyai 1 orang anak, yaitu Rd.
Soetaningdita ., II .
3.8. Kiai Mugopar
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.9. Kiai Kiras
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.10. Kiai Sutareja
Ia mempunyai 2 orang anak, yaitu
Kiai
Ahsanoedin .
Mas
Satjadiwangsa .
3.11. R. Tanuraga
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.12. R. Martaparana / Rd. Ngb. Jiwaparana I
Ia mempunyai 1 orang anak, yaitu; Rd. Djiwaparana
., II .
3.13. R. Arduwangsa
Ia mempunyai 1 orang anak, yaitu NM. Indra
Koesoemah .
3.14. R. Tanureja
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.15. R. Wangsasuta
Ia mempunyai 3 orang anak yaitu:
NM.
Rengga .
NM.
Poera .
Mas
Natatjandra
3.16. R. Dipa
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.17. R. Patradipa
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.18. R. Sutabadra
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.19. R. Kusumaarja
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.20. R. Mekas
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.21. R. Ngb. Sedakerti
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.22. R. Ngabeni
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.23. R. Santaparadja
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.24. R. Pani
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.25. NM. Djapar
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.26. NM. Arja Pawenang
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.27. NM. Kanten
Tidak
diceritakan mempunyai anak
3.28. NM. Ayumayar
NM. Ayu Mayar atau RA Sudarsah menikah
dengan Pangeran Kusumadiningrat atau Pangeran Kusuma Diningrat, atau
terkenal juga dengan nama Pangeran Jago Jawa atau Sech Dago Jawa.
Ia mempunyai 5 orang anak, yaitu
·
Seureupeun
Manangel .
·
Seureupeun
Cibeuli .
·
Seureupeun
Cihaurbeuti .
·
Seureupeun
Dawagung .
·
Sareupeun
Cibuni Agung .
3.29. NM. Ayu
Tidak
diceritakan mempunyai anak
4.. Pangeran Panembahan / Rangga Gempol III (MP. 1656 – 1706)
Pangeran
Panembahan atau Rangga Gempol III
menjadi bupati sumedang dari tahun 1656 hingga 1706 M., menggantikan ayahnya,
Pangeran bagus Weruh menjadi bupati Sumedang yang ke-4.
Pangeran
Panembahan bergelar Pangeran Kusumah dnata VI dan juga mengambil gelar Rangga
Gempol III. Gelar panembahan sendiri merupakan gelar yang diberikan Amangkurat
I (mp. 1645-1677 M) atas kesetiannya pada Mataram.
Pangeran
Panembahan dikenal sebagai bupati yang
cerdas, lincah, loyal, pemberani dan perkasa. Pada masa kekuasaannya penuh
dengan idealisme dan perjuangan. Ia adalah sosok yang ingin mengembalikan
kejayaan sumedang Larang
Kekuasaan
.Pada
tahun 1952 Mataram mengadakan kontrak dengan VOC secara lisan, VOC diberi hak
secara penuh oleh Mataram atas daerah
seebelah barat sungai citarum. Meskipun kabupaten Sumedang tidak masuk wilayah
yang diberikan, tetapi wilayah sumedang
larang menjadi lebih sedikit. Dan waktu
itu bupati Sumedang adalah Pangeran Bagus Weruh/ Rangga Gempol II.
Pada
tahun 1677 M VOC melakukan perjanjian dengan mataram yang disaksikan oleh
Pangeran Rangga Gempol III. Salah satu isi perjanjian itu menyatakan bahwa
batas sebelah barat antara sungai Cisadane dan Cipunagara harus diserahkan
Mataram kepada VOC dan menjadi milik penuh VOC. Tetapi hal ini ditolak Mataram
karena daerah itu merupakan daerah Sumedang larang. Hal ini diterima VOC dengan
syarat bahwa yang diserahkan tahun 1652
menjadi milik VOC.
Melihat
realitas seperti diatas, Keinginan untuk mempersatukan lagi wilayah Sumedang Larang
bukan perkara mudah, karena beberapa wilayah
sudah menjadi wilayah Banten, Cirebon, Mataram dan VOC. Dengan demikian
sasaran penaklukan kembali adalah pantai utara Jawa seperti Karawang, Ciasem,
Pamanukan dan Indramayu yang merupakan kekuasaan Mataram. Pada awalnya Pangeran
Panembahan meminta bantuan Banten karena Banten sedang komplik dengan Mataram
dan hal ini disambut oleh Banten untuk menghadapi VOC dan Mataram, tetapi hal
ini diurungkan, karena masalah putra pangeran Rangga Gempol I, pangeran Suriadiawangsa
II, dan kemungkinan perang dengan Mataram dan VOC.
Karena
pembatalan ini menyebabkan Banten akan menyerang Sumedang. Karena itu Pangeran
panembahan mengirim suart kepada VOC yang isinya meminta VOC menutup muara
sungai Cipamanukan dan pantai utara untuk mencegat pasukan banten, sedang di
darat oleh Sumedang, dengan imbalan VOC diberi daerah antara Batavia dan
Indramayu (yang sebenarnya sudah diberikan mataram kepada VOC tahun 1677).
Pangeran Panemmbahan juga mengadakan hubungan dengan kepala Batulajang (selatan
Cianjur) Rangga Gajah Palembang yang merupakan cucu Adipati Ukur.
Serangan
pertama sumedang di pantai utara adalah daerah Ciasem, Pamanukan dan paragi,
dan dengan mudah duikuasai oleh Pangeran anembahan. Di Paragi Sumedang menempatkan pasukannya sebagai
persiapan menyerang Karawang. Setealah Karawang dikuasai, dan Daerah Indramayu sebelum diserang sudah menyatakan takluk.
Dengan demikian daerah pantai utara Jawa
antara Batavia dan Indramayu merupakan kekuasaan mutlak Sumedang.
Ketika Pangeran panembahan sibuk menaklukan pantai
utara, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten bersiap menyerang ibukota Sumedang. Pada tahun 10 Maret 1678
pasukan Banten bergerak untuk menyerang Sumedang melalui Muaraberes /Bogor,
Tangerang ke Patimun Tanjungpura dan berhasil melalui penjagaan VOC, awal
Oktober pasukan Banten telah datang di Sumedang tetapi pasukan Banten tidak
bisa masuk ke Ibukota karena Pangeran Panembahan bertahan dengan gigih. Pada
serangan pertama ini Banten mengalami kegagalan karena tepat waktu Ibukota
Sumedang diserang, di Banten terjadi perselisihan antara Sultan Agung Tirtayasa
dan Sultan Haji Surasowan,. Selama sebulan lamanya tentara Banten yang dipimpin
oleh Raden Senapati bertempur dan Raden Senapati tewas dalam pertempuran
tersebut sehingga pasukan Banten ditarik mundur karena Sultan Agung memerlukan
pasukan untuk menghadapi puteranya Sultan Haji. Pangeran Panembahan akhirnya
menguasai seluruh daerah pantai utara dan Pangeran Panembahan berkata kepada
VOC akan taat dan patuh asalkan terus membantunya terutama pengiriman senjata
dan mesiu tetapi Pangeran Panembahan tidak taat bahkan menentang kompeni VOC
dan tidak pernah datang ke Batavia dan tidak pernah pula memberi penghormatan
atau upeti kepada VOC, yang akhirnya VOC menarik pasukannya dari pantai utara..
Setelah menguasai pantai utara Pangeran Panembahan menguasai daerah kebupatian
yang dibentuk oleh Mataram pada tahun 1641 seperti Bandung, Parakan muncang,
dan Sukapura . Dengan demikian Pangeran Panembahan menguasai kembali seluruh
daerah bekas Sumedang Larang kecuali antara Cisadane dan Cipunagara yang telah
diserahkan oleh Mataram kepada VOC tahun 1677. Sehingga Sumedang mencapai
puncak kejayaannya kembali setelah pada masa Prabu Geusan Ulun. Penarikan
pasukan VOC dari pantai utara membuka peluang bagi Banten dengan mudah untuk
masuk wilayah Sumedang. Dalam melakukan penaklukan daerah-daerah di pantai
utara dan menghadapi Banten, Pangeran Panembahan dilakukan sendiri berserta
pasukan Sumedang tanpa ada bantuan dari VOC sama sekali, bantuan VOC hanya
menjaga batas luar wilayah Sumedang dan selama menjaga VOC tidak pernah
terlibat perang secara langsung di wilayah kekuasaan Pangeran Panembahan,
bantuan lain dari VOC berupa pengiriman beberapa pucuk senjata dan meriam
setelah Sumedang pertama kalinya diserang oleh Banten.
Pada awal oktober 1678 pasukan Banten
kedua kalinya kembali menyerang Sumedang, serangan pertama pasukan Banten
merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai oleh Sumedang di pantai utara,
Ciparigi, Ciasem dan Pamanukan akhirnya jatuh ke tangan pasukan Banten
sedangkan pasukan kompeni yang dahulu menjaga daerah tersebut telah ditarik .
Akhirnya pasukan Bali dan Bugis bergabung dengan pasukan Banten bersiap untuk
menyerang Sumedang. Pada awal bulan puasa pasukan gabungan tersebut telah
mengepung Sumedang, pada tanggal 18 Oktober 1678 hari Jumat pasukan Banten di
bawah pimpinan Cilikwidara dan Cakrayuda menyerang Sumedang tepat Hari Raya
Idul Fitri dimana ketika Pangeran Panembahan beserta rakyat Sumedang sedang
melakukan Sholat Ied di Mesjid Tegalkalong, serangan pasukan Banten ini tidak
diduga oleh Pangeran Panembahan karena bertepatan dengan Hari Raya dimana
ketika Pangeran Panembahan dan rakyat Sumedang sedang beribadah kepada Allah.
Akibat serangan ini banyak anggota kerabat Pangeran Panembahan yang tewas
termasuk juga rakyat Sumedang. Pangeran Panembahan sendiri berhasil meloloskan
diri ke Indramayu dan tiba pada bulan Oktober 1678. Serangan pasukan Banten ini
dianggap pengecut oleh rakyat Sumedang karena pada serangan pertama Banten,
Sumedang sanggup memukul mundur dan mengalahkan Banten. Oleh Sultan Banten,
Cilikwidara diangkat menjadi wali pemerintahan dengan gelar Sacadiparana
sedangkan yang menjadi patihnya adalah Tumenggung Wiraangun-angun dengan gelar
Aria Sacadiraja. Selama di Indramayu Pangeran Panembahan menggalang kekuatan
kembali dengan bantuan dari Galunggung, pasukan Pangeran Panembahan dapat
merebut kembali Sumedang setelah enam bulan berada di Sumedang, pada bulan Mei
1679 Cilikwidara menyerang kembali dengan pasukan lebih besar, yang akhirnya
Sumedang jatuh kembali ke tangan Cilikwidara, Pangeran Panembahan terpaksa
mundur kembali ke Indramayu. Pendudukan Sumedang oleh Cilikwidara tak
berlangsung lama pada bulan Agustus 1680 pasukan Cilikwidara ditarik kembali ke
Banten karena terjadi konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji
yang didukung oleh VOC, dalam konflik tersebut dimenangkan Sultan Haji. Sejak
itu kejayaan Sultan Banten berakhir. Sultan Haji berkata kepada VOC bahwa
Banten tidak akan mengganggu lagi Cirebon dan Sumedang, yang pada akhirnya
berakhirlah kekuasaan Banten di Sumedang. Pada tanggal 27 Januari 1681 Pangeran
Panembahan kembali ke Sumedang dan bulan Mei 1681 memindahkan pemerintahan dari
Tegalkalong ke Regolwetan (Sumedang sekarang) dan membangun gedung kebupatian
yang baru Srimanganti sekarang dipakai sebagai Museum Prabu Geusan Ulun Yayasan
Pangeran Sumedang, pembangunan Ibukota Sumedang yang baru tidak dapat
disaksikan oleh Pangeran Panembahan, pada tahun 1706 Pangeran Panembahan wafat
dan dimakamkan di Gunung Puyuh di samping makam ayahnya Pangeran Rangga Gempol
II. Pada tahun 1705 seluruh wilayah Jawa Barat dibawah kekuasaan kompeni VOC
Setelah wafatnya Pangeran Panembahan digantikan oleh putranya Raden Tanumaja
dengan gelar Adipati, bupati pertama kali yang diangkat oleh VOC. Pangeran
Rangga Gempol III Panembahan merupakan bupati paling lama masa pemerintahannya
hampir 50 tahun dari tahun 1656 sampai tahun 1705 dibandingkan dengan bupati –
bupati Sumedang lainnya.
Setelah peristiwa penyerbuan pasukan
Banten ke Sumedang, Pangeran Panembahan membentuk sistem keamanan lingkungan
yang disebut Pamuk terdiri dari 40 orang pilihan, setiap pamuk mendapatkan
sawah dari Pangeran Panembahan, sawah tersebut boleh digarap dan diterima hasilnya
oleh pamuk yang bersangkutan selama ia masih bekerja sebagai pamuk. Sawah
tersebut dinamakan Carik, suatu sistem gaji yang bekerja untuk kebupatian.
Carik disebut juga Bengkok di daerah lain yang akhirnya sistem pemberian gaji
ini untuk Pamong Desa.
Pangeran Rangga Gempol III Panembahan menyisihkan sebagaian tanahnya
miliknya sebagai sumber penghasilan bupati, agar penghasilan bupati tidak lagi
menjadi beban rakyat. Tanah tersebut tidak boleh dibagi waris jika Pangeran
Panembahan wafat tetapi diturunkan lagi kepada bupati berikutnya secara utuh
dan lengkap.
Makam
Makam
Pangeran panembahan berada di Gunung Puyuh kecamatan Sumedang selatan.
Keturunan
Ia
menikah dengan Nyi Raden Ayu Sepuh binti Dalem Rangga Panengah bin Dalem rangga
Nitinagara bin Prabu Geusan Ulun. NRA Sepuh ini merupakan cucu dari Raden
Rangga Nitinagara.
Dari
pernikahannya dengan NRA Sepuh, ia mempunyai anak 21 orang.
·
Dlm.
Adipati Tanoemadja, yang dikemudian hari menggantikan ayahnya sebagai bupati.
·
Rd.
Soetanata ., I
·
Rd.
Radjasoeta .
·
Rd.
Soetadjaja .
·
Rd.
Astradjaja .
·
Rd.
Astranata .
·
Rd.
Tjandradinata .
·
Rd.
Soetatjandra .
·
Radjataroena
.
·
Rd.
Natawiria .
·
Rd.
Moetaram .
·
Rd.
Soerawidjaja .
·
NR.
Halipah .
·
NR.
Tjandrapojang .
·
NR.
Goemarang .
·
NR.
Kartadipa .
·
NR.
Panggoeng .
·
NR.
Astrakoesoemah .
·
NR.
Kartapoera .
·
NR.
Dipawangsa .
·
Rd.
Kartadjiwa .
4.1. Dlm. Adipati Tanoemadja.
Ia
menggantikan ayahnya mnejadi bupati Sumedang selanjutnya (yang ke-5). Ia
mempunyai 10 anak, yaitu:
·
Pangeran
Karoehoen Rangga Gempol IV KOESOEMADINATA, VII
·
Rd.
Nitinagara .
·
Rd.
Dawi .
·
Rd.
Soeramanggala .
·
Rd.
Batawi .
·
NR.
Lengkapoera .
·
NRA.
Widjaksari .
·
NR.
Asmarawoelan .
·
NRA.
Radjanagara . Ia menikah dengan Ki Dalem Raden Rangga Wangsadita, dan
dikaarunia 13 orang anak, yaitu:Kd. Adipati Soerianagara, Kd. Rangga
Wangsadireja, Kd. Surapraja, Rd. Aria Wiradireja, Kd. Adipati Wangsareja, Rd.
Aria H. Kusumah
RM. Aria Tjakrayuda, RM. Natapraja, NRA. Natakaraton, NR. Ratnanagara, NR. Rajakaraton, NRA. Siti Gede, Dalem Rangga Bungsu
RM. Aria Tjakrayuda, RM. Natapraja, NRA. Natakaraton, NR. Ratnanagara, NR. Rajakaraton, NRA. Siti Gede, Dalem Rangga Bungsu
·
Rd.
Natasoera .
4.2. R. Sutanata I
Ia
mempunyai 17 orang anak, yaitu:
·
Rd.
Soetanata ., II
·
Rd.
Poesparadja .
·
Rd.
Natasoera ., I
·
Rd.
Soetakoesoemah .
·
Rd.
Oemar .
·
Rd.
Kertanata .
·
NM.
Singadipatra .
·
NM.
Wiradipatra .
·
NM.
Kasmaran .
·
NM.
Gendra .
·
NM.
Noerta .
·
NM.
Natapradja .
·
NM.
Arsapora .
·
NM.
Ambra .
·
NM.
Soemawajang .
·
NM.
Gandakoesoemah .
·
NM.
Lengka Asmara .
4.3. R. Rajasuta
Ia
mempunyai 1 orang anak, yaitu: R. Sutareja
.
4.4. R. Sutajaya
4.5. R. Astradjaja
a mempunyai 3 orang anak, yaitu:
·
Rd.
Astradjaja ., II .
·
Rd.
Sekar .
·
Rd.
Lumbar .
4.6. R. Astranata
Ia mempunyai 5 orang anak, yaitu:
·
Rd.
Astranata ., II .
·
Mas
Astraredja .
·
NM.
Ratna .
·
NM.
Panganten .
·
NM.
Kasmeri .
4.7. Rd. Tjandradinata
4.8. Rd. Soetatjandra
4.9. Rd. Radjataroena
4.10 Rd. Natawiria
4.11. Rd. Moetaram
4.12. Rd. Soerawidjaja
4.13. NR. Halipah
Ia
menikah dengan Rd. Soetadipa .
4.14. NR. Tjandrapojang
4.15. NR. Goemarang
4.16. NR. Kartadipa
4.17. NR. Panggoeng
4.18. NR. Astrakoesoemah
4.19. NR. Kartapoera
4.20. NR. Dipawangsa
4.21. Rd. Kartadjiwa
Ia mempunyai 8 orang anak, yaitu:
- Mas Apaloedin .
- Mas Soerajoedin .
- Mas Ahsamoedin .
- Mas Poespadjanggala .
- Mas Raksadinata .
- Mas Dipadjanggala .
- NM. Andikoesoemah .
- Mas Jahja
(Lanjut...)
Daftar Pustaka
- Latif, R. Abdul, R. Supian Apandi, R, Lucky Dj. S, Insun Medal Insun Madangan Sumedang Larang, Sumedang, 2008
- Soedradjat, Ade Tjanker, Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri Alias Pangeran Kosesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530-1578, Yayasan Pangeran Sumedang, 1996
- Dan dari berbagai sumber internet
Assalamualaikum Bah, punten.. hatur nuhun pisan info kerajaan Sumedang nya.. saya lagi mengorek dan mengumpulkan silsilah keluarga saya yang info nya menurut keluarga besar saya masih keturunan Prabu Geusan Ulun Sumedang yang Ngungsi ke wilayah Tangerang Banten ketika Sumedang sedang kacau karna perebutan Kekuasaan dan karna Ada serangan dari Mataram. Semoga saya bisa mengumpulkan silsilah keluarga besar saya, sekali lagi hatur nuhun pisan Bah.. 🙏 wassalamu'alaikum
BalasHapusDatang saja ke keramat batok.insya Allah terjawab
HapusDimana bah keramat batok teh?
HapusKeturunan prabu geusan ulun yg hijrah ke Tangerang adalah Aria Wangsakara, beliau menjadi kepercayaan sultan banten untuk menjaga tangerang dr serangan VOC. Sekarang beliau sedang diajukan untuk jadi pahlawan nasional dari kab. Tangerang.
BalasHapusAssalamualaikum bah, leluhur sy juga konon dari sumedang keturunan Prabu Geusan ulun,sayangnya secarik kertas semodel piagam atw sertifikat silsilahnya dibakar pd masa penjajahan karena yg megang piagam tsb slalu dicari2 belanda untuk dibunuh,sy baru mengetahui silsilah dari ayah sampe dg CANGGAH(kakeknya nenek sy) lengkap dg makam2 mreka, canggah sy adL seorang pejuang bernama LEONG BIN TEMPLUK pd abad 18, yg dimakamkan bersama2 dg pemimpin rombongan dri sumedang yg masih sdrnya yakni eyang Kyai Kabid/Gabid yg kini makamnya di kramatkan dan trkenal dg nama makam kramat batok yg trletak di desa jayabakti cabangbungin bekasi. Sy brharap smoga abah dpt info tentang keturunan prabu Geusan ulun yg hijrah ke Bekasi pd masa perang gerilya, trimakasih sbelumnya bah, wassalam
BalasHapusAssalamu alaikum...sblmnya anda berasal dari mana..saya bisa bantu
HapusDatang saja ke keramat batok setiap mlm sabtu.insya Allah terjawab disitu
HapusAssalamualaikum warahmatullahi.mbah saya minta tolong silsilah keturunan kertamanggala yang ada di daerah Brebes khususnya di dusun kami penjalin banyu, kecamatan larangan.di situ ad makam PANDAWA LIMA.lima orang itu kira kira namanya siapa saja Mbah, minta ppenjelasan Mbah,?? Kami masih keturunan kertamanggala kalo dari keturunan buyut bpa kami namanya haji Muhyiddin kalo dari keturunan buyut ibu kami haji Nuridum.
BalasHapusTerimakasih atas informasinya
Wasallam
#kertamanggalabangkit
sampurasun...mantap artikelnya kang, sangat rapih jelas ....salam rahayu ti ciamis
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAsalamualaikum saudara kuruhun.
BalasHapusApa ada sejarah nya rd kartajiwa / suriadiwangsa II hizrah ke banten dan di makam kan di daerah mana.
assalamu alaikum mohon pencerahannya apakah tau sejarahnya dan silsilahnya buyut bolon katanya masih keturunan dari prabu geusan ulun terimakasih
BalasHapusAssalamu'alaikum
BalasHapusSaya mau tanya apakah hubungan antara Sareupeun Cihaurbeuti dengan Ki Astamanggala?
Terima kasih sebelum dan sesudahnya.
Assalamualaikum
BalasHapusSaya mau tanya.
Nyimas bayun + Rd wangsa wijaya /wijaya manggala punya anak 4
1 Rd mas taruna diwangsa
2 Nyimas majar
3 Nyimas poena
4 Nyimas bungsu
Yg saya tanyakan yg no 4
Silsilah nyimas bungsu siapa suaminya dan anak" nya 🙏🙏
Assallamuallaikum...bah,saya sekarang dikalimantan,tapi turunan dr Sumedang,kalau ingin singgah langsung buat mengetahui silsilah keluarga saya,kemana saya harus datang,
BalasHapusSaya dari Gebang Cirebon, katanya keturunan saya dari raden Tungkes keluarga sumedang dari jalur pangeran astradjaya, cuma belum tahu rentetan silsilahnya bah
BalasHapusAssalam...salam kasadaya kawargian, hapunten nu kasuhun abdi langsung ka poin intina, manawi ayanu tiasa nyalusur silsilah nu aya di keluarga abdi, pami ayanu uninga kedah kasaha abdi nepangana, maksad bade ngalaksanakn amanah kedah silaturahmi mapay galur rundayan sakaruhun, dicutat ku pun uyut Rd.Tirtadisastra Bin R.Sastradipura tahun 1920.
BalasHapusmulai ti pun rama:
E.Suparyat bin R. Ruchiyat Tirtadisastra bin R. Tirtadisastra bin R. Sastradipura (kolektour kaliputjang) bin R. Kyai Muhammad al Kanah (patinggi cijeler) bin Kyai Muhammad al Timah (patinggi cikadu) bin R. Suma bin R. Suramanggala bin R. Wirakara III bin R. Wirakara II bin R. Wirakara I bin Rangga Gempol II (Raden Bagus Weruh) bin Rangga Gede bin Prabu Geusan Ulun.
punten sakedik info bahwa di Karaton /museum Sumedang Larang keturunan bergelar Wirakara mung 1 generasi sedengkn di abdi Wirakara sampai 3.
salami ieu nukapendak ku abdi Raden Sastradipura aya di Ciamis malih tokoh pelopor nu ngadegkn bank Ciamis keturunana ayanu janten Kedubes di London. abdi kantos komunikasi via WA namung tacan kantos tepang langsung.
Ada sdr nu nyebatkan yen R. Suramanggala aya kaitan sareng Sukapura pernahna putrana bupati Sukapura (Aria Wiradadaha) sedengkn kawargian ti Solo nyaeta Mas Angga sulvana Suramanggala nyebatkn bahwa R Wirakara dengan R. Panembahan itu adalah org yg sama dg kata lain satu org bergelar 2 nama.
mungkin eta nu tiasa didugikn, hapunten sakali deui bilih aya petunjuk kedah kasaha tokoh nu apal kana silsilah abdi mangga japri wae, wasta pun Lingga, no WA : 085323076060 hatur nuhun. salam baktos ka pihatur.
Assalamu'alaikum, pangapunten saya dari jawa tengah, mohon informasinya tentang R.M Tjandramanggala bin N.M Ante binti R.Singamanggala bin Rangga Gede, itu makamya ada dimana ? menurut pitutur sesepuh kami masih ada kaitan darah dengan beliau. terimakasih.
BalasHapus