Laman

Jumat, 05 September 2014

Hariang & Masalah Air

Hariang Tempo Dulu

Konon, mungkin Wangsa Wijaya mendirikan kampung Hariang tempo dulu dikarenakan sumber air yang melimpah. Betapa tidak setidaknya ada sekitar 7 sumber air yang berada atau dekat sekitar Harang sekarang. Dulu waktu saya masih kecil, Hariang dibelah oleh Sungai yang bernama Cimamut. Sungai Cimamut membelah hariang menjadi 2, yang sebelah barat (kulon) dinamakan hariang, sedang di sebelah timur kemudian terkenal dengan nama Tipar dan lebih ke selatan (kidul) Tonjong.

Jadi hariang sendiri telah dibelah oleh sungai Cimamut. Dan ketika saya masih SD sungai ini sangat pavorit untu di pakai renang. Di sebelau utara (kaler) ada air terjun atau Curug, makanya kampung dekat  air terjun terkenal dengan nama Curug.  Penulis sendiri termasuk dalam kampung Curug ini.  Disebelah barat tidak jauh dari hariang dan menjadi perbatasan dengan desa tetangga, kampung Cihayam. Yang dibatasi oleh sungai Cigarukgak. Perbatasan dengan dsa wanajaya juga ada sungai yang relatif besar yang menjadi muara sungai Cimamut dan sungai Cigarukgak, yaitu sungai Cikandung. Jadi sungai disekitar hariang saja sudah ada 3, yaitu Cimamut, cigarukgak dan Cikandung.  Hal ini belum sumber mata ar lainnya yang melimpah.

Tidak hanya sungai, di hariang sendiri terdapat 4 buah mata air, yaitu Cilembang (terbesar), Cilebak (dekat curug Cimamut), Ci Urug dan Ci Rani. Ketika masih kecil mata air itu mengalr dengan derasnya tanpa ada kekeringan. Jadi sesungghnya Hariang tempo adalah surga air, banyak alternatif mata air yang bisa digunakan, disamping air ledeng yang dialirkan dari daerah Cikurubuk atau Cilumping.

Dari sumber mata air f yang terissa yang sepanjang masa sebenarnya hanya Cilembang dan Ci urug. Cilembang adalah sumber air yang sangat besar, mata airnya melimpah, dan menjadi sumber mata air bagi desa di bawahnya, seperti desa Wanajaya dan lainya. Ci Urug adalah sumber mata air dari daerah yang tadinya longsor (urug) sehingga dinamakan ciurgug. Sedang Cirani hanya mengalir dimusim penghujan saja, dimusim kemarau cenderung tidak mengalir. Hal ini sama dengan Cilebak sekarang ini hanya dimusim penghuja saja mengalirnya.

Sungai Cimamut adalah sungai yang membelah kampung, sekarang sudah tidak mengalirkan air lagi sama sekali, dan hanya berfungsi sebagai selokan saja ketika hujan turun. Hal ini terjadi juga pada sungai Cigarukgak meskipun masih ada airnya tetapi sangat sedikit.

Hariang Sekarang & Sumber Air Alternatif

Sekarang hal ini menjadi lain. Hariang bukan saja daerah yang susah air. Air yang ke rumah-rumah merupakan selang-selang sebesar “buntut beurit (ekor tikus)”, hal ini untuk menjelaskan begitu sedikitnya air yang didapat ke rumah-rumah mereka. Hal ini terasa jika hari liburan lebaran atau kedatagan banyak tamu. Air yang penuh dimalam hari habis dalam sekejap dipagi hari dan menunggu 1 hari penuh untuk mengisi kembali.

Sebenarnya Hariang masih kaya akan air, jika mengusahakannya. Pembatasan dari sumber air utama (sumber ledeng) di Cilumping/ Cikurubuk, menjadikan orang hariang tidak bisa menambah kuota, untuk saluran air yang lebih besar. Mengharapkan pemberian jatah dari kampung lain merupakan hal yang sia-sia. Apalagi sekarang mata air tersebut sudah berubah menjadi kolam renang. Jadi kebutuhan untuk daerahnya sendiri juga mungkin dianggap kurang. Jadi satu-satunya jalan adalah membuat alternatif memamfaatkan sumber yang ada yang kita punya.

Sebenarnya tidaklah susah untuk mengalirkan air dari manapun juga, hal ini tergantung kemauan dan juga dananya. Disamping itu pengerjaan oleh kaum profesional juga harus menjadi hal yang diuatamakan. Karena biaya yang sudah dikeluarkan begitu besar akan sia-sia belaka. Dan yang terutama dari itu adalah kepercayaan. Jika kepercayaan dari masyarakat tidak ada , karena sudah demikian kecewa. Maka sangat susahlah untuk mengembalikan kepercayaan ini. Karena masyarakat yang sudah skeptis, sangat sulit untuk mempercayai juga.


Jangan menyerah, mungkin kata itu yang harus kita pegang. Karena dengan cepat menyerah berarti kita kalah. Sebenarnya masih ada harapan untuk hal  tersebut. Yang menjadi masalah adalah kita harus menyerahkan kepada yang ahlinya. Bukan hanya karena kita seorang pengurus desa sehingga kita seolah paling menguasai. Jadi hal ini perlu diperbincangkan dulu, perlu dikonsultasikan dulu dengan ahlinya.

(By Adeng lukmantara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar