Hariang Tempo Dulu
Konon, mungkin Wangsa Wijaya
mendirikan kampung Hariang tempo dulu dikarenakan sumber air yang melimpah.
Betapa tidak setidaknya ada sekitar 7 sumber air yang berada atau dekat sekitar
Harang sekarang. Dulu waktu saya masih kecil, Hariang dibelah oleh Sungai yang
bernama Cimamut. Sungai Cimamut membelah hariang menjadi 2, yang sebelah barat
(kulon) dinamakan hariang, sedang di sebelah timur kemudian terkenal dengan
nama Tipar dan lebih ke selatan (kidul) Tonjong.
Jadi hariang sendiri telah
dibelah oleh sungai Cimamut. Dan ketika saya masih SD sungai ini sangat pavorit
untu di pakai renang. Di sebelau utara (kaler) ada air terjun atau Curug,
makanya kampung dekat air terjun
terkenal dengan nama Curug. Penulis
sendiri termasuk dalam kampung Curug ini.
Disebelah barat tidak jauh dari hariang dan menjadi perbatasan dengan
desa tetangga, kampung Cihayam. Yang dibatasi oleh sungai Cigarukgak. Perbatasan
dengan dsa wanajaya juga ada sungai yang relatif besar yang menjadi muara
sungai Cimamut dan sungai Cigarukgak, yaitu sungai Cikandung. Jadi sungai
disekitar hariang saja sudah ada 3, yaitu Cimamut, cigarukgak dan
Cikandung. Hal ini belum sumber mata ar
lainnya yang melimpah.
Tidak hanya sungai, di hariang
sendiri terdapat 4 buah mata air, yaitu Cilembang (terbesar), Cilebak (dekat
curug Cimamut), Ci Urug dan Ci Rani. Ketika masih kecil mata air itu mengalr
dengan derasnya tanpa ada kekeringan. Jadi sesungghnya Hariang tempo adalah
surga air, banyak alternatif mata air yang bisa digunakan, disamping air ledeng
yang dialirkan dari daerah Cikurubuk atau Cilumping.
Dari sumber mata air f yang
terissa yang sepanjang masa sebenarnya hanya Cilembang dan Ci urug. Cilembang
adalah sumber air yang sangat besar, mata airnya melimpah, dan menjadi sumber
mata air bagi desa di bawahnya, seperti desa Wanajaya dan lainya. Ci Urug
adalah sumber mata air dari daerah yang tadinya longsor (urug) sehingga
dinamakan ciurgug. Sedang Cirani hanya mengalir dimusim penghujan saja, dimusim
kemarau cenderung tidak mengalir. Hal ini sama dengan Cilebak sekarang ini
hanya dimusim penghuja saja mengalirnya.
Sungai Cimamut adalah sungai yang
membelah kampung, sekarang sudah tidak mengalirkan air lagi sama sekali, dan hanya
berfungsi sebagai selokan saja ketika hujan turun. Hal ini terjadi juga pada
sungai Cigarukgak meskipun masih ada airnya tetapi sangat sedikit.
Hariang Sekarang & Sumber Air Alternatif
Sekarang hal ini menjadi lain. Hariang
bukan saja daerah yang susah air. Air yang ke rumah-rumah merupakan
selang-selang sebesar “buntut beurit (ekor tikus)”, hal ini untuk menjelaskan
begitu sedikitnya air yang didapat ke rumah-rumah mereka. Hal ini terasa jika
hari liburan lebaran atau kedatagan banyak tamu. Air yang penuh dimalam hari
habis dalam sekejap dipagi hari dan menunggu 1 hari penuh untuk mengisi
kembali.
Sebenarnya Hariang masih kaya
akan air, jika mengusahakannya. Pembatasan dari sumber air utama (sumber
ledeng) di Cilumping/ Cikurubuk, menjadikan orang hariang tidak bisa menambah
kuota, untuk saluran air yang lebih besar. Mengharapkan pemberian jatah dari
kampung lain merupakan hal yang sia-sia. Apalagi sekarang mata air tersebut
sudah berubah menjadi kolam renang. Jadi kebutuhan untuk daerahnya sendiri juga
mungkin dianggap kurang. Jadi satu-satunya jalan adalah membuat alternatif
memamfaatkan sumber yang ada yang kita punya.
Sebenarnya tidaklah susah untuk
mengalirkan air dari manapun juga, hal ini tergantung kemauan dan juga dananya.
Disamping itu pengerjaan oleh kaum profesional juga harus menjadi hal yang
diuatamakan. Karena biaya yang sudah dikeluarkan begitu besar akan sia-sia
belaka. Dan yang terutama dari itu adalah kepercayaan. Jika kepercayaan dari
masyarakat tidak ada , karena sudah demikian kecewa. Maka sangat susahlah untuk
mengembalikan kepercayaan ini. Karena masyarakat yang sudah skeptis, sangat
sulit untuk mempercayai juga.
Jangan menyerah, mungkin kata itu
yang harus kita pegang. Karena dengan cepat menyerah berarti kita kalah.
Sebenarnya masih ada harapan untuk hal tersebut. Yang menjadi masalah adalah kita harus
menyerahkan kepada yang ahlinya. Bukan hanya karena kita seorang pengurus desa
sehingga kita seolah paling menguasai. Jadi hal ini perlu diperbincangkan dulu,
perlu dikonsultasikan dulu dengan ahlinya.
(By Adeng lukmantara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar