.........Cilembang ngagenclang herang, caina ngalembang .....
Demikian potongan syair syair tentang sumber mata air Cilembang, yang terkenal sangat bening (ngagenclang herang) sehingga warnanya kebiiru-biruan. Caina ngalembang yang artinya airnya membersihkan. Jadi Cilembang berarti air yang membersihkan.
Sumber mata air Cilembang letaknya berada di kampung Curug Desa Hariang, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Dari dulu mata air ini telah menjadi tempat renang warga setempat. Tetapi ramainya hanya pada libur lebaran saja, dan pengunjungnya hanya sanak keluaga warga setempat yang mengembara ke Jakarta atau Bandung.
Musim liburan akhir tahun 2015 merupakan titik balik dari mata air Cilembang ini. Sekarang mata air Cilembang ini telah ramai dikunjungi wisatawan dari daerah daerah yang jauh, seperti dari Indramayu, Cirebon, Majalengka, Sumedang kota, Bandung dan kota lainnya.
Tujuan mereka datang ke mata air Cilembang karena berbagai hal. Mata air Cilembang airnya begitu indah, bening kebiruan, dan belum banyak terekspolitasi, dan juga mitos yang berkembang "dapat menyembuhkan" penyakit, atau "isu bisa awet muda" mungkin menjadi daya tarik para pengunjung. Meskipun hal ini terlalu dibesar besarkan.
Kedatangan pengunjung yang langsung banyak, mungkin mengagetkan masyarakat setempat. Mereka belum banyak persiapan, termasuk membersihkan lokasi wisata, dan juga sarana prasarana lainnya. Penulis sendiri, seminggu sebelumnya pulang ke Hariang. Belum melihat tanda tanda akan kedatangan banyak pengunjung
Mata air Cilembang sebenarnya merupakan sumber mata air yang belum banyak terjamah, terutama di hulunya, sehingga seolah dibiarkan begitu saja. Meskipun dulunya sudah ada upaya untuk menjadikan sebagai tempat wisata, tetapi kurang berhasil. Hingga ada seseorang yang mengunduh ke You tube dan sambung menyambung di media sosial, sehingga begitu cepat tersebar dan juga terkenal.
Bagi mastyarakat setempat kebiasaan renang atau mandi di Cilembang biasanya di daerah yang lebih hilirnya. Mitos yang banyak berkembang membuat masyarakat Hariang tidak begitu tertarik untuk melihat lihat atau menjamah hulu mata air Cilembang, Sehingga sumber mata air dihulu seolah belum banyak terjamah oleh masyarakat setempat.
Banyak mitos yang berkembang dalam hubungannya dengan sumber mata air Cilembang ini, Meskipun demikian tempat ini masih menjadi favorit untuk renang anak anak setempat, disamping menjadi alternatif untuk mencuci pakaian rame rame di musim libur lebaran, karena di Hariang itu sendiri air cukup begitu sulit.
Banyak mitos yang berkembang berhubungan dengan mata air Cilembang ini, diantaranya ada mitos keberadaan Nini Sariwlana dan mitos Aki Buleuneung (Kakek Gundul), yang kadang katanya sering menemani disampingnya, kalau ada yang mancing sendirian. Ada juga katanya ada ikan hanya kepala dan ekornya saja, sedang badannya hanyalah rangka/ tulang belulang (cucuk). Ada juga mitos bahwa di daerah itu ada Oray Totog (sejenis ular Kobra besar berwarna hitam). Mitos Oray Totog ini menjadi mitos yang cukup terkenal di Hariang.
Mitos mitos ini kemungkinan dibuat untuk kearifan lokal dan juga kehati hatian, karena di daerah ini masih banyak daerah yang jarang terjamah, jadi kemungkinan semacam ular kobra pasti ada, sehingga harus hati hati dan sebagainya.
Disamping itu di Cilembang ini terdapat Daun Pulus, suatu tanaman yang daunnya sangat gatal sekali. Jadi memang harus perlu ekstra hati hati jika menemukan pohon ini. Mungkin orang sunda sering mendengar judul lagu "Daun Pulus", tetapi tidak pernah tahu sebenarnya seperti apa daun pulus itu. Di hariang daun pulus tumbuh di sekitar daerah Cilembang ini dan juga di daerah yang sekarang dinamakan Cipulus.
Dulu juga di mata air Cilembang ini banyak sekali monyet, yang kadang mereka tidak takut kalau diacung acungkan golok, bahkan cenderung menantang. Tetapi sekarang seolah telah tiada atau jarang, memang sangat disayangkan. Karena jika monyet monyet ini ada, akan menjadi daya tarik tambahan untuk lokasi wisata mata air Cilembang ini.
Banyak mitos yang berkembang berhubungan dengan mata air Cilembang ini, diantaranya ada mitos keberadaan Nini Sariwlana dan mitos Aki Buleuneung (Kakek Gundul), yang kadang katanya sering menemani disampingnya, kalau ada yang mancing sendirian. Ada juga katanya ada ikan hanya kepala dan ekornya saja, sedang badannya hanyalah rangka/ tulang belulang (cucuk). Ada juga mitos bahwa di daerah itu ada Oray Totog (sejenis ular Kobra besar berwarna hitam). Mitos Oray Totog ini menjadi mitos yang cukup terkenal di Hariang.
Mitos mitos ini kemungkinan dibuat untuk kearifan lokal dan juga kehati hatian, karena di daerah ini masih banyak daerah yang jarang terjamah, jadi kemungkinan semacam ular kobra pasti ada, sehingga harus hati hati dan sebagainya.
Disamping itu di Cilembang ini terdapat Daun Pulus, suatu tanaman yang daunnya sangat gatal sekali. Jadi memang harus perlu ekstra hati hati jika menemukan pohon ini. Mungkin orang sunda sering mendengar judul lagu "Daun Pulus", tetapi tidak pernah tahu sebenarnya seperti apa daun pulus itu. Di hariang daun pulus tumbuh di sekitar daerah Cilembang ini dan juga di daerah yang sekarang dinamakan Cipulus.
Dulu juga di mata air Cilembang ini banyak sekali monyet, yang kadang mereka tidak takut kalau diacung acungkan golok, bahkan cenderung menantang. Tetapi sekarang seolah telah tiada atau jarang, memang sangat disayangkan. Karena jika monyet monyet ini ada, akan menjadi daya tarik tambahan untuk lokasi wisata mata air Cilembang ini.
Dalam hubungannya dengan mitos
bahwa mata air ini dapat menyembuhkan
penyakit kulit yang menahun. Hal ini ini juga mungkin dikaitkan dengan sembuhnya salah
seorang desa tetangga, Mang Isur namanya, berpuluh puluh tahun yang lalu. Seorang warga Kampung Carik (suatu daerah di sekitar Gunung Geulis, yang konon mempunyai penyakit kulit yang menahun tidak sembuh sembuh, dan konon pula ia bermimpi dibawa ke mata air Cilembang ini dan langsung sembuh.
Mitos mitos di Sekitar Mata Air Cilembang
Telah diungkap diatas bahwa begitu banyak mitos di sekitar mata air Cilembang ini, meskipun pada awalnya bukan mitos., diantaranya,
1. Mitos Nini Sari Walana Dan Aki
Buleuneung
Orang tua dulu untuk menakut nakuti agar anaknya tidak renang di mata air Cilembang, karena lokasinya agak jauh dari kampung, sering menakut nakuti "Awas nanti ada Nini Sari Walana jeung Aki Buleuneung (buleuneung = botak/ kepala tidak berambut). Cara ampuh untuk menakut nakuti sang anak. Karena waktu itu hampir tidak ada anak yang berani renang sendirian di mata air tersebut, kecuali rame rame.
Kadang waktu kecil sering
bertanya tanya, siapa sebenarnya Nini Sariwalana atau Aki Buleuneung ini. Karena
konon banyak orang yang mancing ikan sendirian, katanya sering didampingi oleh Aki Buleuneung. Jadi asumsi tempo dulu Nini Sariwalana atau Aki Buleuneung
merupakan refresentasi dari jurig atau setan siluman yang ada di mata air Cilembang ini.
Ternyata bahwa anggapan ini salah, karena cerita Nini
Sariwalana dan Aki Buleuengeng itu bukan siluman, atau jurig, atau bukan mitos.
Karena memang dulu ada sejarahnya. Menurut ahli sejarah Hariang, Sekitar tahun 1700-an ada
sekelompok ahli seni dari Hariang. Dalam seni gemyung buhun yang punya ketenaran
antara tahun 1706 hingga 1709 M. Pada periode 3 tahun tersebut kelompok seni ini begitu
terkenal, sehingga banyak diundang ke mana mana.
Kelompok seni ini dinamakan Sekar Terbang Buhun, yang anggotanya terdiri dari: Aki Angga Waruling, sebagai lurah atau pemimpin Sekar Terbang Buhun; Nini Angga Waruling, istri si Aki, ia terkenal sebagai ahli suling; Nini Sariwalana, sebagai pesinden / jurukawih; Leunyang Kuning, sebagai juru tari / ronggeng; Jagabaya, sebagai keamanan seni, tukang wawancara atau pembawa acara; Aki Buleuneung, sebagai ahli kendang.
Kelompok seni ini dinamakan Sekar Terbang Buhun, yang anggotanya terdiri dari: Aki Angga Waruling, sebagai lurah atau pemimpin Sekar Terbang Buhun; Nini Angga Waruling, istri si Aki, ia terkenal sebagai ahli suling; Nini Sariwalana, sebagai pesinden / jurukawih; Leunyang Kuning, sebagai juru tari / ronggeng; Jagabaya, sebagai keamanan seni, tukang wawancara atau pembawa acara; Aki Buleuneung, sebagai ahli kendang.
Tetapi kelompok ini
terkenalnya justru sudah terlalu tua untuk ukuran orang orang seni, sehingga
setelah tahun 1709 M, ketenarannya mulai menurun. Karena sudah sepi manggung,
akhirnya kelompok ini menyepi dengan membuat tempat tinggal disekitar mata air Cilembang, hingga akhirnya meninggal
di sekitar mata air Cilembang ini.
Nini Sariwalana dan Aki Buleuneung ini banyak dikaitkan dengan mata air Cilembang ini. Sedang Nyi Leunyang Kuning dikaitkan dengan nama suatu daerah menanjak yang disebut dengan daerah Leunyang Kuning. Kesenangan dari Nini Sariwalana adalah terasi. Karena itu bagi orang yang mempercayai mitos maka sering bawa terasi ke daerah itu jika mau memancing.
Nini Sariwalana dan Aki Buleuneung ini banyak dikaitkan dengan mata air Cilembang ini. Sedang Nyi Leunyang Kuning dikaitkan dengan nama suatu daerah menanjak yang disebut dengan daerah Leunyang Kuning. Kesenangan dari Nini Sariwalana adalah terasi. Karena itu bagi orang yang mempercayai mitos maka sering bawa terasi ke daerah itu jika mau memancing.
Jadi intinya tidak ada cerita
horor dalam hubungannya dengan Nini Sariwalana dan Aki Buleuneung ini. Tetapi karena sering
dipakai untuk menakut nakuti anak supaya jangan renang sendirian ke daerah ini, maka Nini Sariwalana dan Aki Buleuneung ini seolah telah menjadi cerita semacam jurig atau setan yang menakutkan. Padahal awalnya hanya untuk menaku nakuti saja.
2. Mitos Mata Air Yang
Menyembuhkan
Hal ini ada kaitan dengan seorang yang bernama Mang Isur, seorang yang berasal dari Kampung Carik Desa Kamal, suatu desa di sekitar gunung Geulis. (sebelah barat hariang yang melintasi sungai Cikandung). Ceritanya ia mempunyai penyakit bibir yang menahun, tidak sembuh sembuh. Karena mungkin sudah prustasi karena penyakitnya tidak sembuh sembuh, hingga suatu hari sedang tidur, ia ngelindur, dan seolah ada yang membawanya ke suatu tempat, yang katanya istana. Setelah adzan subuh ia, bangun. Ia baru sadar bahwa ia bukan tidur di istana tetapi di tidur diatas pohon merambat yang ada diatas bebatuan yang ada di Cilembang. Dan ia kaget penyakitnya bertahun tahun dialaminya dalam semalam langsung sembuh.
Jadi mengapa mungkin, isu bahwa mata air cilembang itu ada kaitannya dengan pengobatan, mungkin karena cerita dari Mang Isur ini.
3. Mitos Ikan berbadan tulang belulang
Ada mitos dari Cilembang ini,
katanya ada ikan berkepala dan berekor, tetapi berbadan tulang belulang, Mitos ini mungkin hanyalaah agar masyarakat mempunyai kearifan lingkungan. Agar ikan di Cilembang ini tetap terpelihara. Karena ikan disini sulit untuk dipancing, karena memang airnya sangat bening.
Disamping itu katanya ditempat ini jangan senang kalau mancing atau mencari ikan dapat banyak, terutama menjelang maghrib. Karena mungkin kita supaya tidak terlena, bahwa waktu itu ada batasnya. Kita harus menghargai alam. Jika kita sudah terlena kita akan tidak tahu waktu, sehingga kita tidak mengenal bahwa hari sudah malam, sehingga nanti "katalimeung' alias tidak tahu arah kemana kita harus pulang.
Disamping itu katanya ditempat ini jangan senang kalau mancing atau mencari ikan dapat banyak, terutama menjelang maghrib. Karena mungkin kita supaya tidak terlena, bahwa waktu itu ada batasnya. Kita harus menghargai alam. Jika kita sudah terlena kita akan tidak tahu waktu, sehingga kita tidak mengenal bahwa hari sudah malam, sehingga nanti "katalimeung' alias tidak tahu arah kemana kita harus pulang.
Mungkin segala mitos ini dibuat untuk kearifan
lingkungan, supaya alam tetap terpelihara.
Tetapi bagaimanapun karena lokasinya berbatu batu, jadi untuk wisatawan harus hati hati, karena katanya di sekitar daerah itu banyak lubang lubang yang dalam di selal sela batunya. Dan karena relatif masih banyak yang jarang terjamah, maka harus hati hati, kemungkinan banyak ular. Mitos Oray Totog, mungkin menyarankan untuk kita supaya hati hati. Meskipun dalam sejarahnya, tidak pernah ada yang di makan atau dipatuk oleh oray totog ini.
Dan telah diungkap diatas bahwa di sekitar Cilembang ada pohon yang spesial daerah Cilembang ini, yaitu pohon pulus, yang terkenal dengan daunnya yang sangat gatal. Karena di Hariang daun ini banyak tumbuh di sekitar Cilembang.
Sebenarnya daya tarik wisata Cilembang ini akan bertambah, jika ada penghuni lama yang sudah jarang, yaitu monyet. Dulu di daerah ini banyak sekali monyetnya. Jadi jika Cilembang bisa jadi sentra pelestarian monyet asli daerah itu, mungkin akan menjadi daua tarik tersendiri.
Cilembang sekarang ini bagaimanapun telah menjadi milik banyak orang. Karena telah begitu banyak didatangi orang. Sumber pendukung mungkin harus juga dipikirkan oleh masyarakat setempat. Toilet umum mungkin harus di bangun, dan juga fasilitas fasilitas, termasuk akses ke lokasi harus banyak di perbaiki.
Jadi ini merupakan anugrah bagi warga Hariang, suatu potensi ekonomi seolah datang dengan sendirinya. Karena itu semoga bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka yang datang. Dan karena sekarang masih musim hujan, sebaiknya hati hati, karena jalan yang terjal ke lokasi (turun) cukup licin, sehingga harus ekstra hati hati,
Dan diakhir tulisan ini, saya ingat pada suatu potongan syair yang digubah oleh Bapak Emut Muchtar dan istrinya tentang desa Hariang, yang berbunyi:
...... Hariang mawa hareupan
Duh Cilembang nu ngagenclang
Tonjong rakyatna nu ngarojong
Tipar nu jadi panghegar
Curug nu pada ngajugjug
Cimamut nu jadi pangirut.........
Tetapi bagaimanapun karena lokasinya berbatu batu, jadi untuk wisatawan harus hati hati, karena katanya di sekitar daerah itu banyak lubang lubang yang dalam di selal sela batunya. Dan karena relatif masih banyak yang jarang terjamah, maka harus hati hati, kemungkinan banyak ular. Mitos Oray Totog, mungkin menyarankan untuk kita supaya hati hati. Meskipun dalam sejarahnya, tidak pernah ada yang di makan atau dipatuk oleh oray totog ini.
Dan telah diungkap diatas bahwa di sekitar Cilembang ada pohon yang spesial daerah Cilembang ini, yaitu pohon pulus, yang terkenal dengan daunnya yang sangat gatal. Karena di Hariang daun ini banyak tumbuh di sekitar Cilembang.
Sebenarnya daya tarik wisata Cilembang ini akan bertambah, jika ada penghuni lama yang sudah jarang, yaitu monyet. Dulu di daerah ini banyak sekali monyetnya. Jadi jika Cilembang bisa jadi sentra pelestarian monyet asli daerah itu, mungkin akan menjadi daua tarik tersendiri.
Cilembang sekarang ini bagaimanapun telah menjadi milik banyak orang. Karena telah begitu banyak didatangi orang. Sumber pendukung mungkin harus juga dipikirkan oleh masyarakat setempat. Toilet umum mungkin harus di bangun, dan juga fasilitas fasilitas, termasuk akses ke lokasi harus banyak di perbaiki.
Jadi ini merupakan anugrah bagi warga Hariang, suatu potensi ekonomi seolah datang dengan sendirinya. Karena itu semoga bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka yang datang. Dan karena sekarang masih musim hujan, sebaiknya hati hati, karena jalan yang terjal ke lokasi (turun) cukup licin, sehingga harus ekstra hati hati,
Dan diakhir tulisan ini, saya ingat pada suatu potongan syair yang digubah oleh Bapak Emut Muchtar dan istrinya tentang desa Hariang, yang berbunyi:
...... Hariang mawa hareupan
Duh Cilembang nu ngagenclang
Tonjong rakyatna nu ngarojong
Tipar nu jadi panghegar
Curug nu pada ngajugjug
Cimamut nu jadi pangirut.........
By: Adeng Lukmantara bin Abah Olin
Penulis berasal dari Hariang Sumedang